Menuju konten utama

Tuhan Menjawab Doa Politik

Doa politik adalah bagian dari kekonyolan politik. Maka tepat sekali kalau Tuhan juga menjawabnya secara konyol.

Tuhan Menjawab Doa Politik
avatar hasanudin abdhurakman

tirto.id - Ribuan orang berkumpul di Masjid Istiqlal, mereka berdoa untuk masa depan kepemimpinan ibu kota. Kasarnya, mereka menolak Ahok, non-muslim yang kini menjadi Gubernur DKI, dan akan maju kembali dalam pemilihan gubernur. Orang-orang yang berkumpul itu berdoa, agar dimudahkan jalan untuk mendapatkan calon yang lebih baik dari Ahok, dan tentu saja dia muslim. Lebih dari itu, tentu mereka berdoa untuk hal yang lebih substansial: Ahok kalah dan tidak lagi menjadi gubernur.

Tak sampai 2 pekan kemudian, proses politik menghasilkan 2 pasangan calon yang muslim semua. Bila dikaitkan dengan doa tadi, hasil ini cukup menggelikan. Kita bisa memaknainya dengan 2 cara. Pertama, 2 calon pemberian Tuhan ini adalah isyarat bahwa Tuhan maha pemurah; hamba minta 1 diberi 2. Atau, ini adalah olok-olok dari Tuhan, bahwa Dia sebenarnya tidak peduli dengan segala macam doa politik itu.

Hasil proses politik yang keluar setelah doa tadi bukanlah hasil yang memuaskan para pendoa. Selain 2 pasang, yang artinya akan membuat suara mereka terpecah, tak satu pun dari kedua pasang calon ini yang berasal dari kelompok yang bisa disebut kelompok Islam. Pasangan Agus Harimurti – Sylviana Murni adalah pasangan yang seolah-olah jatuh dari langit, tidak diperkirakan atau dikehendaki oleh orang-orang tadi. Padahal mereka diusung oleh partai-partai Islam, yaitu PAN, PPP, dan PKB. Demikian pula pasangan Anies Baswedan – Sandiaga Uno. Anies khususnya, adalah sosok yang selama ini lebih dianggap mewakili kepentingan kelompok liberal, ketimbang kelompok-kelompok Islam politik.

Haram hukumnya memilih pemimpin dari kalangan non-muslim, begitulah pendapat kaum muslim yang menolak Ahok. Tidak memilih Ahok tentulah perbuatan yang akan didukung Tuhan. Maka, kalau mereka berdoa kepada Tuhan, tentulah Tuhan akan mengabulkannya. Tepat sekali. Tuhan mengabulkan doa itu, dengan memberi mereka calon muslim, tidak hanya sepasang, tapi 2 pasang sekaligus. Kini mungkin para pendoa itu sedang kebingungan dalam memahami makna jawaban Tuhan ini.

Bagaimana hasil pilkada nanti? Apakah Tuhan benar-benar akan mengabulkan doa, Ahok yang non-muslim itu akan dikalahkan? Atau, Tuhan akan sekali lagi menjawab dengan canda, yaitu memenangkan Ahok? Kalau Ahok menang lagi, mungkin orang-orang itu akan semakin kesulitan dalam memaknai kehendak Tuhan.

Begitulah. Masih sangat banyak orang yang mengira Tuhan itu penuh perhatian pada mereka. Tuhan yang mengatur alam semesta, yang terdiri dari 100 atau 200 milyar galaksi. Itu pun masih bisa berkembang menjadi beberapa kali lipat lagi, seiring dengan kemampuan manusia mengamatinya. Setiap galaksi terdiri dari setidaknya 400 milyar bintang. Satu bintang itu setara dengan sistem tata surya kita. Artinya, satu tata surya kita ini hanyalah 1/80 ribu milyar dari alam semesta, atau jauh lebih kecil dari itu. Dengan kekuasaanNya yang maha besar itu, Tuhan dianggap masih sempat memperhatikan keluhan sejumlah orang soal siapa yang akan jadi Gubernur DKI.

Doa dalam hal ini sebenarnya bukan doa untuk meminta pada Tuhan. Sehari sebelumnya pengurus masjid Istiqlal sebenarnya sudah membatalkan acara ini, karena dianggap menyalahi permohonan yang diajukan. Bahasa kasarnya, pengurus masjid sebenarnya gerah dengan pemakaian masjid Istiqlal untuk keperluan politik sejumlah orang. Tapi Rizieq, motor kegiatan ini, bersikukuh untuk tetap melaksanakan acara.

Kenapa doa harus di Istiqlal, dengan puluhan ribu jamaah? Apakah doa seperti ini akan lebih kuat untuk menggerakkan Tuhan ketimbang doa yang dilakukan Rizieq di Petamburan? Rizieq sebenarnya sedang melakukan kampanye politik anti-Ahok, dengan menggunakan doa sebagai media, dan masjid sebagai tempat. Sebagaimana layaknya kampanye politik, jumlah peserta, serta gaung dalam pemberitaan media menjadi sangat penting. Sementara itu hal-hal tersebut sangat tidak diperlukan dalam berdoa. Artinya sekali lagi, ini bukan acara berdoa untuk meminta kepada Tuhan, tapi untuk unjuk kekuatan.

Doa politik adalah bagian dari kekonyolan politik. Maka tepat sekali kalau Tuhan juga menjawabnya secara konyol.

*) Isi artikel ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.