tirto.id - Presiden AS Donald Trump melalui Penasihat Keamanan Nasional Michael Flynn menuduh pemerintah Iran melakukan tindakan jahat setelah menghelat uji coba rudal.
Tanpa memberi penjelasan, Michael Flynn mengatakan kepada wartawan Gedung Putih: "Pada hari ini, kami secara resmi menempatkan Iran dalam peringatan," demikian yang dialnsir dari BBC News, Kamis (2/2/2017).
Sementara itu, Washington sebelumnya telah menyatakan uji coba rudal yang dilakukan Iran tersebut benar-benar tidak dapat diterima.
Pada Rabu (1/2/2017) Iran menegaskan telah menguji rudal selama akhir pekan, tetapi membantah melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
Flynn tidak memberikan rincian lebih lanjut tindakan yang mungkin akan diambil AS menanggapi uji coba rudal yang menurut para pejabat Pentagon gagal memasuki kembali atmosfer bumi.
Peluncuran rudal itu segera mendorong AS menuduh Iran melanggar resolusi PBB 2231. Adapun isi resolusi itu menyerukan kepada Iran untuk tidak melakukan aktivitas terkait rudal balistik yang dirancang untuk mampu menembakkan senjata nuklir".
Sebagai bagian dari negosiasi akhir perjanjian nuklir tahun 2015 dengan enam kekuatan dunia, Teheran pun setuju soal perpanjangan delapan tahun larangan PBB tentang pengembangan rudal balistik.
Selama pengarahan pers harian di Gedung Putih, Flynn tidak menuduh Teheran melanggar kesepakatan nuklir. Penasehat keamanan nasional itu justru memaparkan bahwa kesepakatan yang ditengahi pemerintahan Obama tersebut lemah dan tidak efektif.
"Bukannya berterima kasih kepada Amerika Serikat untuk perjanjian ini, Iran kini merasa berani," katanya.
Dia mengatakan pemerintahan Obama gagal menanggapi tindakan Teheran secara memadai, termasuk transfer senjata, dukungan untuk terorisme, dan pelanggaran lain dari norma-norma internasional.
Flynn juga menunjuk serangan baru-baru ini terhadap kapal perang Saudi oleh militan Houthi yang didukung Iran, sebagai bukti perilaku mendestabilisasi Iran di Timur Tengah.
Sebagai informasi, selama kampanye Trump sebagai presiden, ia kerap menyerang pakta nuklir Iran dan bersumpah untuk membongkar kesepakatan yang dianggap bencana tersebut.
Menanggapi itu, pada Desember 2016 Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan kepada publik di Universitas Teheran bahwa ia tidak akan membiarkan Trump untuk merusak kesepakatan.
Maka pada Rabu Menteri Pertahanan Iran Hossein Dehghan menyatakan siap dengan uji rudal mereka.
"Kami sebelumnya telah mengumumkan bahwa kami akan melaksanakan program yang sudah direncanakan sebagai bagian dari produksi alutsista yang dimaksudkan untuk tujuan kepentingan nasional Iran," jelas Dehghan seperti dikutip dari media Iran.
"Tidak ada yang bisa mempengaruhi keputusan kami. Kami tidak akan mengizinkan orang asing untuk campur tangan dalam urusan pertahanan kami," tegasnya.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari