Menuju konten utama
Laporan dari Florida

Trio di Balik Peluncuran Satelit Merah Putih Telkom

Satelit Merah Putih milik Telkom telah sukses meluncur menuju orbit. Di balik cerita kesuksesan itu ada tiga orang Indonesia yang mengawal proses pembuatan satelit di Amerika, sejak dua tahun lalu.

Trio di Balik Peluncuran Satelit Merah Putih Telkom
Hendra Gunawan, Koordinator Proyek Peluncuran Satelit merah Putih, berfoto bersama dengan Rezki Erdian (kanan) dan Sofyan (kiri). FOTO/Plurk, Twitter/Ryan

tirto.id - Sorak sorai dan tepuk tangan membahana di ruang monitor peluncuran Satelit Merah Putih atau Telkom-4 di Kennedy Space Center, Florida, Amerika Serikat, pada Selasa (7/8/2018) pukul 01.15 waktu setempat. Orang-orang sempat melakukan aksi hitung mundur sebelum detik-detik roket berkelir putih melesat ke angkasa.

Namun, di sela-sela keriuhan itu, ada anak muda yang hampir tak sempat menarik napas saat roket mengangkasa. Ia duduk tegang menghadap monitor raksasa. Pria berjaket gelap dan baju merah itu adalah Rezki Erdian, usianya baru 28 tahun. Ia lahir di Teluk Kuantan, sebuah kota kecil yang berjarak 160 km arah tenggara Kota Pekanbaru.

Ia duduk di ruang kontrol, bersama teknisi-teknisi SpaceX dan Space System Loral (SSL). Erdian bukan pejabat penting di Telkom Indonesia, tapi ia salah satu figur vital di balik keberhasilan peluncuran Satelit Merah Putih, beberapa hari lalu.

“Saya beruntung bisa masuk ke Telkom setelah lulus kuliah (dari STT Telkom),” kata Erdian kepada Tirto.

Erdian masuk ke Telkom pada 2012, keberuntungan menghampirinya manakala dua tahun lalu, ia ditunjuk oleh Telkom masuk dalam daftar tim kecil yang akan menjadi perwakilan teknis PT Telkom Indonesia di Amerika Serikat.

Tim kecil terlibat dalam proses pembuatan satelit komunikasi yang baru untuk menggantikan Satelit Telkom 1 yang masuk periode usang. Kontrak pembuatan satelit itu dimenangkan oleh SSL, perusahaan pembuat satelit dengan reputasi mentereng dari AS.

Selain Erdian, ada dua seniornya, Ryan Vamondo, 33 tahun dari Jakarta dan Sofyan asal Medan dengan dua anak yang telah dewasa. Sofyan adalah manager representative yang juga bertindak sebagai ketua tim kecil. Ryan adalah Satellite System Engineer, dan Erdian bertindak sebagai Payload Engineer.

Tugas Erdian adalah memonitor pembuatan satelit terutama yang berhubungan dengan payload system, menjaga kontak dengan vendor/pabrikan satelit, terlibat dalam proses pengadaan payload, ikut me-review desain, sampai ikut merencanakan proses pengujian satelit.

Tim kecil ini bekerja sejak Desember 2016. Pos utamanya ada di Palo Alto, pabrik pusat SSL. Dari Palo Alto inilah ketiganya, setiap hari mengawal proses pembuatan Satelit Merah Putih. Mereka berdialog dan ikut dalam keputusan teknis dalam proses pembuatan satelit setiap hari.

“Tapi dia (Erdian) yang paling banyak jalan keluar. Pulang pergi Palo Alto dan Vancouver (Kanada), karena ada sebagian komponen yang didesain di sana,” kata Sofyan usai peluncuran satelit di Hotel Hilton, Cocoa Beach, Florida.

SSL adalah perusahaan pembuat satelit. Ia banyak bekerja sama dalam hal komponen dengan vendor-vendor dari seluruh dunia. “Jadi SSL dalam hal ini yang mendesain satelitnya, dan bertindak sebagai perakitnya,” ujar Erdian.

Infografik Satelit Merah Putih

Namun, tak mudah untuk bisa langsung meleburke dalam tim dari perusahaan global seperti SSL dengan 2.900 karyawan. “Untungnya, Telkom sama-sama perusahaan global, sehingga dari kultur kerja tidak banyak ada perbedaan,” ucap Erdian.

Persoalan kultur kerja bukan masalah baginya, kendati tingkat tekanan kerja di SSL sangat tinggi. “Kalau sudah masuk pengetesan, bukan lagi (jam ) 9 to 5, tapi 8 – 21, dan weekend tetap masuk,” katanya. Hampir saban minggu, selalu ada kerja lembur. Namun, tantangan kerja ini bisa dihadapinya dengan hobi berlarinya.

Yang jadi persoalan justru kendala pribadi. Sofyan, untuk beberapa saat harus berpisah dengan keluarga sebelum akhirnya, istri dan salah satu putrinya bergabung tinggal di Palo Alto. Sementara itu, Erdian harus mengubur kisah cintanya dengan sang kekasih.

“LDR ternyata tidak mudah.”

Pada 7 Agustus lalu, kerja keras trio engineer Telkom ini selama hampir dua tahun akhirnya terbayar. Pada Maret 2018, proses pembuatan satelit Merah Putih telah selesai. Selanjutnya, fokus pekerjaan beralih pada peluncuran. Telkom telah menunjuk SpaceX, selaku vendor peluncur Satelit merah Putih.

Pada hari itu Satelit Merah Putih berhasil diluncurkan menuju orbitnya di garis 108 Bujur Timur. Ikhtiar Erdian, Sofyan, dan Ryan untuk mengawal proses pengerjaan proyek senilai US$ 165 juta sudah terbayar.

Namun kerja belum selesai. Setelah peluncuran, tim akan kembali berjaga, sampai dengan masa serah terima resmi dilakukan pada 18 September 2018. Erdian berjaga dari tanah air, sementara rekan di tim kecilnya siaga dari Palo Alto.

Tiga jam setelah suksesnya peluncuran Satelit Merah Putih, Erdian dan Sofyan ikut dalam sebuah pesta kecil di pinggir pantai Cocoa Beach. Ia masih merasakan bunga di hatinya. “Suatu kebanggaan buat saya bisa dipercaya untuk mengawal mewakili Telkom di proyek sebesar ini,” kata Erdian dengan nada lirih.

Trio Telkom ini tentu akan mengenang jerih payah mereka menghantarkan satelit berbobot 5,8 ton dengan membawa 60 transponder itu mengangkasa dan beroperasi. Sebanyak 36 transponder Satelit Telkom akan digunakan untuk kepentingan lokal Indonesia, sedangkan 24 transponder lainnya dipergunakan untuk ekspansi bisnis Telkom ke Asia Selatan. Satelit Merah Putih diestimasi punya waktu aktif minimal 16 tahun. Selama waktu itu pula satelit ini akan mengambil peran penting untuk urusan telekomunikasi.

Baca juga artikel terkait SATELIT atau tulisan lainnya dari Teguh Budi Santoso

tirto.id - Teknologi
Reporter: Teguh Budi Santoso
Penulis: Teguh Budi Santoso
Editor: Suhendra