tirto.id - Ada banyak cara menikmati hidup, seperti membaca buku, mendengarkan musik, menonton film, atau bahkan liburan.
Semua itu merupakan bentuk relaksasi agar hidup tidak kepalang tegang dan suntuk. Liburan atau traveling biasanya digunakan untuk menyegarkan kembali tubuh dan pikiran yang penat dengan pekerjaan.
Sebuah studi dari State University of New York di Oswego yang melibatkan 12.000 orang berusia antara 35 sampai 57 tahun, menunjukkan bahwa mereka yang liburan setahun sekali memiliki harapan hidup 20 persen lebih tinggi dari yang tidak liburan.
Sementara riset dari perusahaan perjalanan, Expedia menunjukkan, 34 persen pekerja yang baru pulang dari liburan bekerja lebih efektif daripada yang tidak pernah sama sekali.
Biasanya, orang-orang melakukan traveling minimal sekali dalam setahun. Pergi sendirian merupakan tren traveling yang diperkirakan akan meledak di tahun 2019.
Selain itu, kebiasaan selfie atau swafoto diperkirakan akan hilang di tahun 2019, berganti dengan pengambilan foto dengan kualitas tinggi.
Berikut ini beberapa tren traveling terbesar yang akan terjadi di tahun 2019, seperti dilansir South China Morning Post.
Penerbangan Tanpa Bagasi dan Makanan Akan Jadi Hal Lumrah
Penerbangan tanpa bagasi, makanan dan minuman (no frills) khususnya pada penerbangan jarak jauh, diperkirakan akan meningkat dan menjadi tren tahun ini.
Sebenarnya, inovasi bisnis seperti ini jauh lebih efektif, karena para traveler hanya membayar sesuai kebutuhan mereka tanpa harus mengeluarkan biaya untuk akomodasi lainnya yang tidak digunakan.
Adam Ewart, seorang CEO layanan Send My Bag berpendapat, di 2019 akan ada perubahan khsusus traveling menggunakan maskapai penerbangan tertentu.
“Saya memperkirakan tahun 2019 akan menjadi tahun perubahan, khususnya untuk maskapai 'lawas',” kata Adam Ewart, seraya menambahkan bahwa ia mengharapkan tren traveling no-frills menyebar secara global sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar penerbangan.
Dan Asia tidak terkecuali, katanya. “Maskapai terbesar China, China Southern, memiliki penawaran yang sangat murah dalam hal alokasi bagasi. Sayangnya, hal tersebut sepertinya tak begitu efektif .” Lanjutnya.
Sementara itu, maskapai beranggaran rendah seperti Air Asia cenderung lebih maju dengan kebijakan bagasi ketat mereka.
Adam menjelaskan, maskapai lama seperti British Airways memperkenalkan tarif ekonomi dasar yang mungkin lebih sulit untuk dipahami.
Tidak Ada Produk Sekali Pakai
Menurut kamus Collins, kata paling terpopuler di tahun 2018 adalah “sekali pakai”. Dan di 2019 kita berharap alat makan dan pembungkus berbahan plastik seperti itu tidak lagi digunakan di hotel, restoran, atau pun kapal pesiar.
"Banyak orang yang berlibur, dan tak perlu merasa bersalah tentang cara mereka bepergian," kata Al Hakim, salah satu pendiri AliKats Mountain Holidays di Perancis.
Sebagian besar kapal pesiar telah melarang penggunaan sedotan plastik. Virgin Voyages bahkan berencana untuk meluncurkan kapal tanpa peralatan makan berbahan plastik, pada tahun 2020.
Wisatawan siap melakukan sesuatu untuk kepentingan lingkungan. Menurut Booking.com, sebanyak 87 persen wisatawan Hong Kong bersedia meluangkan waktu untuk kegiatan yang mengimbangi dampak lingkungan saat berwisata, dengan seperlima (21 persen) repsonden bersedia membersihkan plastik dan sampah dari pantai atau objek wisata lainnya.
Tren "kesempatan terakhir berwisata"
Sudah waktunya untuk mengubah daftar "100 tempat yang harus dikunjungi sebelum Anda mati" menjadi "100 tempat yang harus dikunjungi sebelum mereka mati".
“Saya memperkirakan 'kesempatan terakhir berwisata' akan menjadi tren motivasi untuk mengunjungi suatu tempat. Perubahan iklim terhadap lingkungan juga akan menjadi salah satu faktor penentu," kata Sam Bruce, salah satu pendiri Much Better Adventures.
Dia mengutip Greenland sebagai contoh, "Greenland baru saja menandatangani kesepakatan pembangunan bandara baru untuk memenuhi permintaan.
Hal ini adalah salah satu contoh dampak dari perubahan iklim. Kapal pesiar juga mengambil keuntungan dari pencairan es di sepanjang garis pantainya." sambungnya.
Jumlah Orang yang Traveling Sendirian Meningkat
Solo traveling atau berlibur sendiri diperkirakan juga akan menjadi tren di 2019.
"Solo traveling yang dilakukan oleh traveler perempuan terus meningkat. Volume pencarian rata-rata bulanan untuk istilah 'perjalanan sendirian untuk perempuan' meningkat sebesar 52 persen antara 2016 dan 2017, dengan lebih banyak operator tur grup yang disiapkan untuk melayani mereka." Ujar Bruce, penyedia layanan tur solo untuk perempuan.
Bruce melaporkan, perusahaannya telah melihat peningkatan pemesanan tur oleh perempuan dalam dua tahun terakhir dan segmen tersebut sekarang mewakili 65 persen dari total pemesanannya.
“Penelitian yang kami lakukan pada awal tahun ini menunjukkan bahwa lebih dari seperempat orang sekarang melakukan perjalanan sendirian lebih dari sekali setahun, dengan para perempuan memimpin,” kata Prini Patel, kepala pemasaran di Jules Verne.
Penelitian Jules Verne menunjukkan bahwa 22,6 persen perempuan sekarang bepergian sendirian setidaknya setahun sekali.
“Spanyol adalah tujuan solo favorit responden kami, diikuti oleh India, Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Italia,” kata Patel.
Trend Selfie Telah Tiada
Gambar-gambar indah dari selebritas, blogger, dan jurnalis perjalanan rupanya merusak tren selfie atau swafoto.
"Saya memperkirakan lebih banyak pelancong akan naik dan mengkuratori konten sosial mereka sendiri dengan lebih hati-hati tahun depan, menjauh dari budaya selfie," kata Valerie Lopez, pendiri Shoot My Travel, sebuah jaringan fotografer lepas yang dapat dipekerjakan oleh para pelancong untuk mengambil foto mereka saat berlibur dengan kualitas tinggi.
"Orang-orang akan mulai membawa rasa glamor dan keinginan yang lebih besar ke dalam feed Instagram mereka sendiri. Mereka mulai mencari gambar berkualitas tinggi untuk mengingat perjalanan mereka, bukan selfie buram yang diambil pada smartphone lama, yang dengan cepat keluar dari tren." tambahnya.