Menuju konten utama

Transparansi Data Dapat Cegah Terulangnya Kebakaran Hutan

Transparansi data dapat menjadi upaya jitu untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan di Indonesia yang mungkin terus berulang di masa depan.

Transparansi Data Dapat Cegah Terulangnya Kebakaran Hutan
Warga menyiram sisa bara api akibat kebakaran di lahan perkebunannya di kawasan Lembah Seulawah, Aceh Besar, Aceh, Senin (10/10). Kebakaran yang terjadi sejak sepakan terakhir telah menghanguskan puluhan hektare kawasan yang ditumbuhi pohon cemaran dan tanaman palawija. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra.

tirto.id - Transparansi data dapat menjadi salah satu upaya jitu untuk mencegah terjadinya kembali kebakaran hutan dan lahan di Indonesia di masa depan.

Hal itu disampaikan oleh lembaga swadaya masyarakat internasional di bidang lingkungan Greenpeace dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (16/12/2016), seperti dikutip dari kantor berita Antara.

"Transparansi data adalah salah satu cara untuk mencegah kebakaran hutan terjadi atau meluas," kata Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Yuyun Indradi. Melalui transparansi data, lanjutnya, maka berbagai pihak dapat mengetahui lokasi titik api secara jelas di suatu tempat yang lahannya terbakar.

Selain itu transparansi juga membuat berbagai pihak mengetahui siapa yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kebakaran di lokasi tertentu tersebut, kata Yuyun.

Greenpeace juga mengingatkan bahwa kebakaran dan bencana asap di penghujung tahun lalu dinilai sebagai tindakan kriminal lingkungan hidup terbesar pada abad ke-21.

Berdasarkan data Bank Dunia, kebakaran hutan tahun 2015 menimbulkan kerugian ekonomi lebih dari $16 miliar, dan kerugian lingkungan terkait hilangnya keanekaragaman hayati sekitar $295 juta.

Untuk itu, sebagai salah satu upaya untuk mencegah kebakaran hebat terjadi kembali, Greenpeace meluncurkan Kampanye Hutan Tanpa Api dengan membentuk Tim Cegah Api yang berisi relawan dari berbagai daerah.

Tim ini terlebih dahulu menjalani latihan-latihan sejak pertengahan 2016. Mereka dilatih secara khusus untuk mendeteksi titik api dan memadamkannya.

Bentuk pelatihan lainnya meliputi investigasi potensi kebakaran, edukasi pencegahan kebakaran, pengawasan pengelolaan lahan gambut, hingga pelatihan negosiasi dengan perusahaan dan pemerintah. Deteksi titik panas dilakukan melalui situs Kepo Hutan Greenpeace.

Harapan kita adalah tidak ada lagi kebakaran, hutan dan gambut terlindungi serta memberi manfaat lebih besar bagi kehidupan, sebut Yuyun.

Sebelumnnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah meluncurkan portal geospasial teranyar yang berfungsi sebagai basis data mengenai hutan dan sumber daya alam lain yang dimiliki Indonesia.

Portal geospasial ini menggunakan platform analisis berbasis lokasi (ArccGIS) yang dikembangkan oleh penyedia teknologi pemetaan, ESRI. Platform ini mengintegrasikan data kehutanan dan lingkungan hidup yang disediakan oleh berbagai lembaga pemerintahan.

Pengguna akan mendapatkan data mengenai wilayah pemanfaatan hutan, batas-batas daerah aliran sungai (DAS), wilayah dan luas hutan serta lahan untuk keperluan rehabilitasi, lokasi unit pengelolaan hutan, dan data-data lainnya.

Baca juga artikel terkait SOSIAL BUDAYA atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara