Menuju konten utama

Transmisi Listrik Jawa-Sumatera akan Terintegrasi pada 2024

Rencana Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) 2017-2026 PT PLN (Persero) menargetkan membangun sistem transmisi listrik yang terintegrasi di Jawa dan Sumatera.

Transmisi Listrik Jawa-Sumatera akan Terintegrasi pada 2024
(Ilustrasi) Pekerja memasang instalasi listrik di menara Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di kawasan Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (11/1/2017). Pemerintah menargetkan proyek pembangunan pembangkit listrik mencapai 35 ribu MW hingga tahun 2019 masuk dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). ANTARA FOTO/Umarul Faruq.

tirto.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan transmisi jalur listrik Jawa-Sumatera, atau HVDC (High Voltage Direct Current), ditargetkan akan terbangun pada 2024.

Proyek pembangunan HVDC tersebut telah disepakati dan masuk dalam Rencana Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) 2017-2026 PT PLN (Persero).

“Untuk HVDC yang 500 kV (kilo volt), pemerintah dan PLN telah sepakat untuk mengerjakan. Baru akan dibangun pada 2021,” kata Jonan di Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Jakarta, Senin (10/4/2017).

Menurut Jonan, HVDC dibangun karena pemerintah mengubah skema distribusi listrik. Pada 2021 mendatang, Pulau Jawa diprediksi akan mengalami surplus listrik sebesar 5.000 MW.

Oleh karena itu, surplus di Jawa itu akan dialirkan ke Pulau Sumatera untuk daerah-daerah yang masih membutuhkan.

Proyek HVDC ini untuk mengembangkan pembangkit yang dapat mendistribusikan energi listrik dari wilayah dengan sumber energi primer tinggi ke wilayah lain dengan sumber energi yang terbatas.

“Sebenarnya enggak ada bedanya. Kalau dulu penggunaan listrik dari S2JB (wilayah Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu) ke Jawa P2B (Jawa-Bali), sekarang pindah. Kemungkinan dari Jawa itu menyuplai listrik ke sana, dan itu pasti dua arah,” kata Jonan.

Untuk membangun HVDC di 2021, Jonan menyatakan perlunya melihat tingkat pertumbuhan ekonomi di Jawa dan Sumatera pada periode tersebut untuk menghitung persediaan dan kebutuhan setrum di dua kawasan.

“Dilihat dulu berapa jumlah tumbuhnya. Ini masih prediksi saja, kalau (pertumbuhan) 6 persen bagaimana (dibangun HVDC),” Jonan mengimbuhkan.

Direktur Perencanaan PLN, Nicke Widyawati menambahkan pengalokasian surplus listrik sebesar 5.000 MW dari Pulau Jawa ke Sumatera tersebut akan melalui proses pengkajian terlebih dahulu.

“Tidak boleh semuanya diangkut. Tingkat permintaan di Pulau Jawa yang tercatat di neraca daya, pada 2019 marginnya 54 persen. Jadi nanti itu tergantung kebutuhan,” ujar Nicke.

Dia menjelaskan sistem interkoneksi itu adala dua sistem besar yang saling mendukung. Dengan begitu, ketika kondisi di Jawa kekurangan daya, maka suplai listrik akan dibantu dari Sumatera dan sebaliknya.

RUPTL 2017-2026 PLN juga merencanakan penyediaan infrastruktur listrik berbasis energi terbarukan. PLN menargetkan persediaan listrik berbasis energi terbarukan di Indonesia menjadi 22,5 persen dari total suplai daya pada 2025. Sebelumnya PLN hanya menargetkan 19,6 persen saja di tahun itu.

Apabila digabung, pembangkit listrik dari energi air, panas bumi dan energi terbarukan lainnya diharapkan bisa mencapai bauran energi 22,5 persen pada 2025. Hal itu pun terbilang sejalan dengan target yang tercantum pada Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).

Baca juga artikel terkait PLN atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom