Menuju konten utama

Tradisi Syawalan di Berbagai Daerah di Indonesia yang Unik

Keunikan tradisi syawalan di berbagai daerah di Indonesia. Syawalan tak bisa lepas dari rangkaian Idulfitri dan Lebaran Ketupat.

Tradisi Syawalan di Berbagai Daerah di Indonesia yang Unik
Warga dari 19 kecamatan mengikuti kirab gunungan sego megono dan hasil bumi di Linggoasri, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu (23/6). ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra.

tirto.id - Memasuki Lebaran Idul Fitri, masyarakat di sejumlah daerah di Indonesia biasanya melakukan syawalan sesuai dengan tradisi daerah masing-masing.

Syawalan sendiri merupakan salah satu bulan yang ada dalam penanggalan kalender Islami. Secara historis, tradisi syawalan biasanya akan digelar rutin selama seminggu setelah Salat Idul Fitri hingga Lebaran Ketupat atau hari raya hari ke-tujuh.

Seiring perkembangan zaman, syawalan tak hanya dilaksanakan oleh masyarakat Muslim saja, melainkan ikut dijalankan juga oleh masyarakat non Muslim sebagai tradisi setelah Lebaran Idul Fitri.

Tradisi syawalan di berbagai daerah di Indonesia ini juga berbeda-beda, tetapi memiliki makna yang sama seperti menjadi momentum saling memaafkan, sarana silaturahmi, berbagi rezeki, saling berbagi kebahagiaan, dan lainnya.

Perlu diketahui saat ini mayoritas masyarakat Indonesia juga tengah bersiap menghadapi Lebaran Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 10 April 2024.

Tradisi Syawalan di Berbagai Daerah di Indonesia

Tradisi syawalan banyak hadir di sebagian masyarakat di pulau Jawa. Berikut daftar beberapa tradisi syawalan yang unik dan menarik di Inodnesia.

1. Bermaaf-maafan

Tradisi syawalan yang pertama biasanya akan dilaksanakan setelah salat Idul Fitri yakni warga berkumpul untuk saling bertemu dan bermaaf-maafan.

2. Berbagi Uang/THR

Tradisi ini biasanya dilakukan oleh setiap keluarga masing-masing setelah selesai melaksanakan shalat Id dan bermaaf-maafan dengan warga setempat.

Tradisi ini hampir sama dengan pemberian Angpao ketika Imlek, yakni keluarga tertua atau yang memiliki rezeki lebih akan memberikan sedikit uangnya kepada seluruh atau sebagian anggota keluarganya.

3. Makan Bersama

Tradisi selanjutnya yakni makan bersama warga setempat dimana setiap masyarakat akan membawa makanannya masing-masing dari rumah kemudian menyantapnya di satu tempat yang sama secara bersamaan.

4. Tradisi Makan Ketupat

Tradisi satu ini biasanya dilakukan setelah selesai salat Idul Fitri di mana terdapat satu rumah atau pengurus mesjid yang menyediakan sarapan ketupat untuk disantap bersamaan sambil merekatkan tali silaturahmi sesama warga.

5. Ritual Sesaji Rewanda

Ritual ini biasanya dijalankan oleh masyarakat di Gunungpati dimana akan menghadirkan atraksi wisata unggulan Pemerintah Kota Semarang dan mengaraknya sepanjang 800 meter.

6. Ziarah kubur

Tradisi syawalan ini seperti tradisi lainnya yakni dilaksanakan setelah salat Id dan menyantap hidangan khas Lebaran seperti ketupat.

Tradisi ziarah kubur biasanya dijalankan oleh setiap keluarga besar masing-masing sebagai pengingat diri.

7. Tradisi Lopis Raksasa

Tradisi ini menjadi tradisi unik di Kota Pekalongan di mana akan hadirnya Lopis Raksasa berukuran mencapai 2 meter.

Tak hanya itu, dalam tradisi ini ribuan warga juga akan berkumpul serta makan bersama dengan maksud mencari keberkahan di hari yang suci.

8. Tradisi Silaturahmi

Tradisi silaturahmi identik dengan tradisi syawalan. Tradisi ini biasanya dilaksanakan setelah berziarah ke kuburan yang dilanjutkan dengan bersilaturahmi ke rumah-rumah warga setempat untuk saling bermaaf-maafan.

9. Sungkeman

Bagi masyarakat Jawa tradisi sungkeman menjadi salah satu tradisi sakral yang dilaksanakan setelah shalat Idul Fitri. Sungkeman dijalankan setiap keluarga masing-masing di mana anak dan orang tua akan saling meminta maaf.

10. Nyadran

Tradisi ini dikenal baik di kalangan masyarakat pulau Jawa. Tradisi nyadran sendiri yakni bersih-bersih makam saudara, orang tua, atau kerabat dekat.

Baca juga artikel terkait SYAWALAN atau tulisan lainnya dari Imanudin Abdurohman

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Imanudin Abdurohman
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Dipna Videlia Putsanra