tirto.id - Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional Raja Juli Antoni berharap Partai Demokrat tidak membesar-besarkan masalah perusakan sejumlah bendera partai di Pekanbaru, Riau. Dia berharap kasus itu diserahkan pada pihak berwajib dan Partai Demokrat tak usah berspekulasi macam-macam.
“Kalaupun diseriusin lebih baik pada aspek proses hukum aja daripada ramai di media sosial yang cenderung merusak citra partai secara kolektif,” kata Toni pada reporter Tirto, Senin (17/12/2018).
Toni merasa perusakan atribut partai, terlebih juga calon legislatif mereka bukanlah hal yang baru. Di beberapa daerah, PSI juga menjadi korban. Meski begitu, Toni yang juga Sekretaris Jenderal PSI ini mengaku tak pernah melebih-lebihkan.
“Makanya [Demokrat] jangan terus didramatisir [peristiwanya],” ucap Toni. “Pak SBY saya kira terlalu berlebihan kalau persoalan ini digulirkan sedemikian rupa.”
Menurut Toni, cara-cara yang dilakukan Demokrat menggulirkan kasus ini adalah untuk menarik simpati masyarakat dengan memposisikan diri sebagai korban. Meski demikian Toni tidak mau berkomentar soal efektivitas cara Demokrat ini dalam pileg mendatang.
Salah satu tudingan dari Partai Demokrat terkait peristiwa ini adalah soal motif perusakan yang terjadi. Berdasar pengakuan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief, dia mendapat pengakuan dari tersangka bahwa perusakan ini adalah pesanan dari kader PDIP.
“Pengakuan pelaku pada kami [demikian],” kata Andi pada reporter Tirto, Sabtu (15/12/2018).
Hal ini kemudian dibantah oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Menurutnya, PDIP tidak pernah melakukan hal-hal semacam itu.
“PDI Perjuangan tidak pernah main sembunyi-sembunyi. Kami selalu di ruang terbuka. Tidak ada untungnya bagi kami merusak atribut partai lain, apalagi Partai Demokrat. Sebab kami tidak punya ilmu merusak,” kata Hasto dalam keterangan tertulisnya.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Maya Saputri