Menuju konten utama

Titiek Ingin Kembali ke Orba, PDIP: Yang Enak Cendana, Bukan Rakyat

"Berapa kekayaan yang dimiliki oleh keluarga Pak Harto? Jadi enak bagi keluarga [Pak Harto], tapi tidak enak bagi rakyat," kata Hasto.

Titiek Ingin Kembali ke Orba, PDIP: Yang Enak Cendana, Bukan Rakyat
Dua putri almarhum mantan Presiden Soeharto, Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto (kiri) bersama Siti Hutami Endang Adiningsih alias Mamiek Soeharto (kanan) berfoto bersama di sela-sela meninjau pameran foto dalam acara Bulan HM Soeharto di kompleks Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu (11/3). ANTARA FOTO/Ubaidillah.

tirto.id - Sekretaris Jendaral PDIP Hasto Kristiyanto tak menganggap zaman Orde Baru lebih sukses daripada zaman reformasi. Menurut Hasto, ukuran kesuksesan itu hanya dirasakan Keluarga Cendana atau trah Presiden Soeharto, bukan rakyat.

Hal tersebut disampaikan Hasto guna menanggapi pernyataan Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto yang ingin kembali seperti zaman Orde Baru, tepatnya saat ayahnya sedang memimpin Indonesia.

“Saat itu semua kekayaan dikontrol. Berapa kekayaan yang dimiliki oleh keluarga Pak Harto? Jadi enak bagi keluarga [Pak Harto], tapi tidak enak bagi rakyat, tidak enak bagi aktivis, tidak enak bagi media,” kata Hasto di kawasan Jalan Proklamasi, Jakarta, Rabu (21/11/2018)

Pernyataan Hasto itu merujuk kepada banyaknya pembredelan terhadap media yang terjadi di era Soeharto. Selain media, era Orba juga meninggalkan rekam jejak penangkapan terhadap aktivis.

Di sisi lain, mantan kader Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang kini bergabung dengan PDIP, Budiman Sudjatmiko mengaku menghargai keinginan Titiek yang ingin mengembalikan Indonesia seperti era Soeharto. Namun, ia mengingatkan konsekuensinya bila wacana itu benar-benar terealisasi.

“Jika kembali ke Orba, berarti kembali ke pemilu yang kita tahu siapa yang akan menang, kembali ke zaman di mana partai itu-itu saja yang akan berkuasa, kembali ke zaman orang mengkritik bisa ditahan, harga cengkeh bisa dikuasai keluarga Cendana, dan juga mobil nasional dimonopoli,” kata Budiman kepada reporter Tirto, Selasa sore (20/11/2018).

Pernyataan Budiman ini sebagai respons terhadap wacana Titiek yang selalu mengkampanyekan kebijakan era Soeharto. Salah satunya yang dibangga-banggakan adalah swasembada pangan.

“Sudah cukup. Sudah saatnya Indonesia kembali seperti waktu era kepemimpinan Bapak Soeharto yang sukses dengan swasembada pangan, mendapatkan penghargaan internasional dan dikenal dunia,” tulis Titiek melalui akun Twitternya, Rabu (14/11) lalu.

Tanggapan Kubu Prabowo Soal Zaman Orde Baru

Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Ahmad Muzani memberi penjelasan untuk menanggapi pernyataan kontroversial Titiek Soeharto yang mengaku ingin Indonesia kembali seperti saat masa Orde Baru.

Muzani mengklaim maksud dari pernyataan Titiek itu hanya ingin mengembalikan era swasembada pangan saja di Indonesia. Dia mengatakan, keinginan itu muncul karena pemerintah saat ini dinilai masih mengedepankan impor daripada kedaulatan pangan.

"Pak Harto waktu memimpin negara itu sempat mencapai swasembada pangan. Yang hendak dilakukan oleh Pak Prabowo jika rakyat memilih beliau sebagai presiden, [ialah] mengembalikan semangat kita memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri, baik pangan dalam arti konvensional, seperti padi atau pun lainnya," kata Muzani di rumah Prabowo, Jalan Kertanegara IV, Jakarta Selatan, pada Senin sore (19/11/2018).

Muzani mengklaim pencapaian Orde Baru dalam swasembada pangan belum bisa disaingi oleh pemerintahan saat ini. Dia menuding pemerintah saat ini masih memiliki ketergantungan tinggi pada impor pangan sehingga orientasi kebijakan ekonominya perlu diubah.

"Bagaimana orientasinya kepada peningkatan produksi dalam negeri di bidang pangan, sehingga ketergantungan kita kepada impor yang bisa menguras devisa dan akan mengganggu neraca pembayaran itu bisa teratasi, kira-kira itu semangatnya," ujar Muzani.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Politik
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Alexander Haryanto