tirto.id - Kepala Odontologi Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Kombes Agustinus mengatakan cara identifikasi yang paling mudah adalah melalui identifikasi gigi gerigi.Namun masalahnya sampai saat ini belum ada lagi gigi yang ditemukan dari korban jatuhnya pesawat Lion Air.
Hal ini disampaikan Agustinus di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (2/11/2018). Agustinus menegaskan susunan dan bentuk gigi tidak mungkin sama di antara miliaran orang sekalipun.
“Yang paling bagus catatan gigi [untuk identifikasi]. Dari gigi itu satu banding dua miliar,” kata Agustinus.
Sayangnya gigi yang ditemukan dari potongan tubuh korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 tidak ada. Petugas Disaster Victim Investigation (DVI) hanya berhasil menemukan satu gigi yang juga rusak dari 65 kantung jenazah yang diterima.
“Temuan gigi itu boleh dibilang hampir tidak ada di Post Mortem. Hanya ditemukan satu gigi, tapi itu sudah pecah,” kata Agustinus.
Identifikasi berdasarkan bentuk gigi memang merupakan identifikasi yang sifatnya primer selain tes DNA dan sidik jari. Selain itu ada juga penyelidikan yang menggunakan data sekunder seperti properti yang dikenakan korban dan juga bagian tubuh identik, seperti ada tato atau ada kelainan di bentuk tubuhnya.
Sejauh ini baru satu jenazah yang telah diketahui identitasnya bernama Jannatun Cintya Dewi yang merupakan staf Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berumur 24 tahun. Jannatun berhasil diidentifikasi karena jenazahnya terbilang paling utuh dibanding yang lain.
Jenazah almarhum Cintya masih memiliki lima jari tangan yang lengkap menyambung sampai ke bahu kanan dan masih menyatu dengan perutnya. Meski begitu bagian kiri badannya, kaki, dan kepala sudah tidak ada.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Irwan Syambudi