Menuju konten utama

Sulitnya Identifikasi Jenazah Korban Kecelakaan Lion Air JT-610

Hingga Kamis (1/1/2018), RS Polri menerima 238 potongan tubuh yang harus diidentifikasi.

Sulitnya Identifikasi Jenazah Korban Kecelakaan Lion Air JT-610
Anggota TNI AL membawa kantong jenazah korban Lion Air JT-610 dari KRI Torani di posko utama Dermaga JICT 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (1/11/2018). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Polri telah mengidentifikasi jenazah salah satu korban Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkalpinang yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. Jenazah tersebut diketahui bernama Jannatun Cintya Dewi, karyawan di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Proses identifikasi terhadap jenazah Cintya merupakan bagian dari identifikasi primer, tanpa perlu memakai DNA. Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Inafis Bareskrim Polri Brigjen Hudi Suryanto di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (1/11/2018).

Hudi menyampaikan, hingga saat ini terdapat 238 potongan tubuh korban Lion Air JT-610. Dari jumlah tersebut, hanya potongan tubuh jenazah almarhum Cintya saja yang cukup lengkap, yaitu sekitar 20 persen dari anggota tubuh.

Jenazah Cintya ditemukan dengan lima jari tangan kanan yang lengkap sampai ke bahu kanan, hingga menyambung dengan bagian perut. Selain itu, semuanya tidak ada.

Tak butuh waktu lama, tim forensik langsung melakukan cek sidik jari terhadap potongan tubuh itu. Kondisi jari telunjuk dan kelingking daripada jenazah Cintya masih cukup baik, tidak sobek dan belum rusak karena air laut.

Melalui alat yang dimiliki Polri, data sidik jari Cintya dicek dan dicocokan dengan data e-KTP. Hasilnya, data sepuluh jari Cintya keluar beserta hubungan keluarganya.

Sidik jari memiliki titik-titik identik yang menjadi tanda identitas orang tersebut. Pada kasus Cintya, titik yang teridentifikasi mencapai 13 titik. Tim forensik hanya memerlukan 12 titik saja untuk memastikan bahwa jenazah itu memang Cintya sesuai data e-KTP.

Selain sidik jari, Cintya juga punya ciri khas memakai cincin di jari tengahnya. Ketika pihak keluarga diberitahu data tersebut, mereka yakin wajah yang muncul di data Polri itu adalah anaknya.

“Kami meyakini ini karena tidak satu pun dari 100 juta orang sidik jarinya sama,” tegas Hudi.

Dari hasil pemeriksaan 48 kantong jenazah lainnya, Kepala Rumah Sakit RS Polri Kombes Musyafak menegaskan tidak ada yang memiliki kelengkapan cukup untuk diidentifikasi secara cepat dari gigi gerigi ataupun sidik jari. Mau tidak mau, keluarga harus sabar menunggu tes DNA.

Tes DNA ini bisa berlangsung selama 4 sampai 8 hari. Meski demikian, Musyafak meyakinkan seluruh potongan tubuh yang diambil Polri sudah diambil DNA-nya. Pihaknya akan berusaha secepat mungkin melakukan identifikasi.

“Tidak ada pilih-pilih [potongan tubuh] besar atau kecil,” kata Musyafak. “Semua kita identifikasi.”

Minggu Depan Diprediksi Akan Lebih Banyak Jenazah Teridentifikasi

Meski potongan tubuh di hari kedua meningkat drastis sekitar 151 bagian, tetapi identifikasi belum tentu berjalan dengan mulus. Kepala Badan SAR Nasional M. Syaugi menyampaikan potongan tubuh pada hari kedua sebagian besar ditemukan dari bawah laut, tidak dari permukaan.

“Saya baru saja mendarat dari TKP dari laut untuk melihat adakah yang berada di atas permukaan, ternyata di atas permukaan sudah tidak ada,” tegas Syaugi di RS Polri, Selasa (30/10/2018).

Hal ini menjadi kendala tersendiri. Selain karena tes DNA yang membutuhkan waktu lama, organ tubuh yang terkena air laut cenderung rusak dan DNA dikhawatirkan tak bisa terdeteksi atau masih cukup baik.

Mantan Direktur Eksekutif Disaster Victim Indonesia (DVI) Polri Kombes (purn) Anton Castilani menyatakan identifikasi paling cepat biasa dilakukan dalam waktu satu minggu. Hal ini karena ada beberapa proses dalam tes DNA yang membutuhkan waktu lama.

“Kalau yang mudah, sidik jari itu hitungan menit juga sudah selesai,” kata Anton yang juga menjadi Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana. “Kalau terendam air laut lama, kadang bisa sampai dua minggu atau bahkan tidak terbaca sama sekali.”

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia Ade Firmansyah Sugiharto menyatakan, peluang untuk identifikasi selesai minggu ini masih ada. Hal ini karena ada rekonsiliasi setiap harinya.

Namun memang ada beberapa persyaratan seperti rekam medis, bagian tubuh identik, dan properti yang dipakai oleh korban dan masih terdapat do potongan tubuh.

Namun dia mengakui bahwa kemungkinan besar minggu depan akan lebih banyak lagi yang teridentifikasi, sebab tes DNA sendiri paling cepat membutuhkan waktu 4 hari.

“Sangat mungkin sekali minggu depan jadi banyak karena hasil DNA-nya keluarnya pas banyak semua. Eggak harus menunggu satu-satu,” tegas Ade pada Tirto, Kamis (1/11/2018).

Baca juga artikel terkait LION AIR JATUH atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Dipna Videlia Putsanra