tirto.id - Gejala akibat racun gas sarin ditunjukkan oleh para korban pascaserangan di wilayah kekuasaan pemberontak Suriah yang menewaskan lebih dari 80 orang. Kondisi korban serangan gas beracun ini ditemukan oleh tim Dokter Lintas Batas atau Médecins Sans Frontières (MSF) pada Rabu (5/4/2017).
Organisasi tersebut menjelaskan, tim menemukan para korban di Rumah Sakit Bab al Hawa, 100 kilometer di utara lokasi serangan pada Selasa (4/4/2017).
"Delapan pasien menunjukkan gejala-gejala seperti biji mata mengerut, kejang otot dan buang air besar tanpa sadar, yang merupakan tanda-tanda terpapar racun saraf seperti gas sarin atau senyawa serupa," demikian menurut pernyataan MSF yang dilansir Antara.
Tim MSF juga mengunjungi beberapa rumah sakit lain tempat para korban dirawat dan melaporkan bahwa para korban berbau pemutih yang mengindikasikan mereka terpapar klorin.
Sebelumnya diwartakan, Rusia membela sekutunya Suriah menjelang sidang Dewan Keamanan PBB untuk menampik tudingan pemerintah pimpinan Presiden Bashar al Assad melancarkan serangan kimia.
Tak hanya itu, Rusia juga mengecam rancangan resolusi PBB mengenai insiden itu sebagai hal yang tidak dapat diterima.
Moskow – yang memiliki hak veto – membela sekutu Suriah dengan mengatakan walaupun pesawat Suriah melancarkan sebuah serangan, zat kimia itu adalah bagian dari cadangan “zat beracun milik teroris” yang menghantam tanah.
Sementara itu, Observatorium Suriah untuk HAM merilis jumlah korban tewas akibat dugaan serangan senjata kimia di kota yang diduduki pemberontak di Suriah bertambah menjadi 86, 30 di antaranya adalah anak-anak.
“Ada juga 20 perempuan di antara korban dan jumlah korban tewas bisa bertambah karena ada orang yang hilang,” kata Observatorium.
Kelompok pemberontak yang dipimpin Front Fateh al-Sham pada Selasa kemarin berjanji akan membalas serangan di kota Khan Sheikhun di provinsi Idlib itu.
Pemerintah Suriah membantah telah menggunakan senjata kimia untuk menghancurkan para pemberontak. Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad mengatakan kepada stasiun TV pan-Arab Al-Mayadeen balik menuduh gerilyawan yang didukung Perancis, Inggris, Turki, dan Arab Saudi-lah yang melancarkan serangan kimia di Khan Sheikhoun.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari