tirto.id - Nur Widiyanti (50) tak sanggup menahan tangis ketika menceritakan peristiwa kebakaran yang melanda ratusan rumah di RW 06 dan RW 12 Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan, pada Selasa (13/8/2024) dini hari. Meski bersedih, perempuan yang berumur setengah abad ini masih bersyukur bisa selamat dari amukan si jago merah.
Sebelum kebakaran melanda, Nur baru tiba di kamar kosnya di kawasan Manggarai pada Senin (12/8/2024) pukul 23.00 WIB. Nur pun sempat memejamkan mata hingga akhirnya terbangun pada Selasa (13/8/2024) dini hari. Saat terbangun, Nur pun sulit kembali istirahat hingga akhirnya mendengar bunyi bising satu jam kemudian dari kamar kosnya.
"Jam 02.00 WIB itu ada bunyi geruduk-geruduk. Ada apa ya, kok ramai-ramai di bawah. Saya pikir ada maling ketangkap, ketahuan. Terus tiba-tiba teman saya baru pulang, bilang kalau ada kebakaran," tutur Nur saat ditemui reporter Tirto di kawasan Manggarai, Jakarta, Rabu (14/8/2024).
"Turun dong saya ke bawah, di situ sudah ngelihat ada api sudah ke atas. Sudah naik. Kita langsung buru-buru naik ke atas buat beres-beres," lanjut dia.
Di tengah kepanikan, Nur berupaya membereskan barang-barang pribadi di kamar kosnya. Ia hanya teringat mengambil surat penting dan dompet saat menyelamatkan barang dari kebakaran. Sisanya? Nur tinggal karena tidak mampu diselamatkan. Baju, sepatu, tas, perhiasan, serta barang elektronik miliknya ditinggal. Wajar, Nur mengaku takut menjadi korban kebakaran.
"Abis itu aku sudah enggak bisa ngambil apa-apa lagi. Sudah. Baju apa segala macem udah enggak bisa aku ambil lagi. Tas aku asal ambil saja, sudah kacau," katanya sambil menitihkan air mata.
"Turun, di sini sudah ramai orang. Sudah enggak karuan-karuan di sini deh. Mau naik lagi sudah enggak mungkin, ramai orang, penuh," imbuhnya.
Nur mengaku melihat secara langsung kala si jago merah menyambar rumah satu per satu hingga akhirnya menyambar kosan yang ia huni selama beberapa tahun terakhir.
Seingat Nur, listrik sempat padam pada malam itu. Petugas pemadam kebakaran (damkar) kemudian datang ke kawasan tersebut. Masyarakat pun berlalu-lalang membantu pemadaman.
Di satu sisi, Nur mengaku belum menghitung berapa kerugian yang ia alami akibat kebakaran tersebut. Ia mengaku mengikhlaskan barang yang lenyap karena kebakaran.
"Semua sudah kelihatan panik, kan posisinya gelap. Kita ngamanin barang masing-masing ya, ya sudah mau bagaimana lagi," sebut dia.
"Enggak ngitung [berapa kerugian]. Sudah lah, aku ikhlasin aja [barang yang terbakar]. Kalau mau dihitung ya sedih juga. Mungkin Tuhan punya rencana lain di balik ini semua. Kita ambil hikmahnya," lanjut Nur.
Awal Mula Kebakaran
Nur merupakan satu dari ribuan korban kebakaran yang terjadi pada Selasa (13/8/2024) dini hari itu. Kebakaran yang melalap ratusan rumah itu bermula saat warga RT 02/RW 06 Manggarai berinisial S mengisi daya ponselnya. Tak lama setelahnya, ponsel milik S meledak pada Selasa sekitar pukul 02.00 WIB.
Ledakan itu kemudian menyambar tempat tidur di kediaman S. Ia langsung berusaha memadamkan kebakaran itu. Namun, api membesar dengan cepat.
Warga setempat kemudian mendobrak kediaman S. Mereka hendak membantu memadamkan api di kediaman S. Akan tetapi, api tak kunjung dapat dipadamkan.
Dari kediaman S, api kemudian menyambar kediaman lain. Si jago merah kemudian melalap ratusan rumah di Kelurahan Manggarai.
Warga lantas menghubungi pihak damkar sekitar pukul 02.30 WIB. Tim damkar tiba di tempat kejadian perkara (TKP) sekitar pukul 02.42 WIB.
Tim damkar mulai memadamkan titik api sekitar pukul 02.44 WIB. Pemadaman terus berlangsung sampai 06.30 WIB. Setelah pemadaman, tim mulai mendinginkan lokasi yang terbakar mulai 06.57 WIB.
Berdasarkan catatan terkini yang diperoleh Tirto, sebanyak 7 orang terluka serta 3.332 warga RW06 dan warga RW12 di Kelurahan Manggarai menjadi korban kebakaran tersebut. Setidaknya 1.172 kk mengungsi pasca kebakaran.
Pengungsian Kurang Air dan Listrik
Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, baru sempat meninjau lokasi pengungsian kebakaran Manggarai pada Rabu (14/8/2024) sore. Usai melakukan peninjauan, Heru mengakui bahwa ada beberapa hal yang belum tersedia di lokasi pengungsian.
Meski mengakui ada kekurangan, Heru menilai tenda pengungsian para korban telah cukup layak digunakan. Menurut mantan Wali Kota Jakarta Utara ini, BPBD DKI Jakarta akan menambahkan tenda pengungsian jika warga yang berada di lokasi penampungan bertambah.
"Tadi ada keluhan, air bersih kurang, nanti saya minta PAM untuk menambahkan [air]. Termasuk juga tadi keluhan toilet kurang, mudah-mudahan nanti [ditambahkan]," ucapnya usai peninjauan di lokasi pengungsian, Manggarai, Jakarta, Rabu (14/8/2024).
"BPBD DKI kalau kurang ditambahkan. Tapi kita lihat sementara cukup dan suplai makanan ya pagi, siang, dan sore," lanjut dia.
Dalam kesempatan itu, Heru merespons tentang kejadian kebakaran permukiman padat penduduk di dua lokasi pada dua hari yang berdekatan, yakni di Penjaringan dan di Manggarai. Pria yang juga kini menjabat sebagai Kepala Sekretariat Presiden ini meminta perangkat RT/RW agar lebih gencar mengimbau soal pencegahan bencana.
Di saat yang sama, Heru mengaku tengah mempertimbangkan untuk pendirian rumah susun (rusun) yang diperuntukkan masyarakat bertempat tinggal di kawasan padat penduduk.
"Kepada seluruh masyarakat untuk menjaga rumahnya masing-masing, melihat dan yang berisiko kebakaran itu ya tolong dijaga lebih. Ya nanti kita pikirkan [soal pendirian rusun]," sebutnya.
Heru menilai, tim Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI telah responsif menghadapi kebakaran yang terjadi. Namun, ia tidak menjawab secara gamblang mengapa anggaran untuk Dinas Gulkarmar DKI diturunkan. Heru hanya mengatakan Gulkarmat DKI bisa jadi telah memenuhi semua fasilitas serta sarana yang dibutuhkan.
"Ya, kan tergantung kebutuhan dari Dinas Pemadam Kebakaran. Peralatannya mungkin sudah cukup, cuma mungkin kekurangannya mungkin personel ya. Personel kan tahun ini akan direkrut, statusnya PNS. Nanti direkrut untuk petugas pemadam kebakaran," tutur dia.
Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji, mengatakan, kebakaran di kawasan padat penduduk kerap terjadi karena instalasi listrik di sekitar permukiman mereka yang sudah tua. Seharusnya, kabel listrik mentok hanya dipakai hingga 20 tahun. Akan tetapi, masih banyak kabel listrik di Jakarta sudah berusia di atas 20 tahun padahal beban daya listrik yang ada semakin tinggi. Dengan demikian, korsleting listrik semakin gampang terjadi.
"Sekarang kontrakan kecil saja ada kipas angin, ada charger, dan lain-lain. Penggunaan kabel elektronik itu kadang tidak SNI. Kemudian, ketika penggunaan elektronik yang banyak, dengan beban tadi kabel yang serabutan, tidak mungkin kekuatan menampung daya hantar listrik yang sangat besar," urai dia.
Untuk mengatasi kabel berusia tua ini, BPBD DKI Jakarta mengklaim telah berkonsultasi dengan Heru Budi dan Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta, Joko Agus Setyono, untuk mengganti instalasi listrik di sejumlah kawasan.
Akan tetapi, proses pergantian instalasi listrik ini harus melewati beberapa tahapan. Salah satunya, yakni perihal legalitas tanah yang menjadi kawasan permukiman.
"Kita juga harus ajak PLN, tapi kita haeus clean and clear dulu, tanahnya bermasalah atau tidak atau masih sengketa bukan milik para penghuninya," tutur Isnawa.
Di satu sisi, BPBD DKI disebut telah menggencarkan sosialisasi terkait kawasan padat penduduk yang rawan terkena kebakaran. Menurut Isnawa, sosialisasi ini juga harus dilakukan oleh perangkat RT/RW setempat.
Pemilik kos-kosan atau kontrakan juga dinilai harus lebih peka terhadap resiko bencana seperti kebakaran. Ia beralasan, penghuni kos-kosan atau kontrakan biasanya membawa banyak barang elektronik.
"Perangkat RT itu mengimbau para penghuninya, yang punya kontrakan tolong dicek, yang punya rumah terutama di kawasan petakan padat agar mereka sadar secara inisiatif memantau instalasi listriknya. Karena kalau tidak, gara-gara 1-2 rumah konslet, bisa satu RW habis, tiga RT habis [terbakar]," ucap Isnawa.
"Kita sosialisasi terus dari dulu termasuk damkar, termasuk RT/RW, peran pengurus RT/RW sangat penting untuk mendata hal itu kan," lanjut dia.
Penulis: Muhammad Naufal
Editor: Andrian Pratama Taher