Menuju konten utama

Teten Minta Aksi Semen Kaki Berhenti, Petani Kendeng Menolak

Teten Masduki akhirnya menemui para petani Kendeng yang menggelar aksi menyemen kaki di depan Istana Merdeka Jakarta. Teten meminta aksi itu dihentikan, tapi para petani Kendeng menolak permintaan itu.

Teten Minta Aksi Semen Kaki Berhenti, Petani Kendeng Menolak
Perwakilan petani Kendeng yang disemen kakinya memasuki Istana untuk diterima Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana, Jakarta, Senin (20/3/2017). Dalam pertemuan itu disepakati bahwa Semen Indonesia akan berhenti melakukan aktivitas penambangan serta menunda peresmian pabrik yang semula direncanakan April 2017. ANTARA FOTO/Hanni Sofia.

tirto.id - Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki akhirnya menemui empat petani asal Pegunungan Kendeng, Rembang Jawa Tengah di Gedung Bina Graha Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, pada Senin sore (20/3/2017).

Empat petani itu perwakilan dari puluhan warga penolak pabrik Semen Indonesia di Pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah, yang menggelar aksi menyemen kedua kakinya di depan Istana Merdeka Jakarta sejak 13 Maret 2017 lalu. Mereka adalah aktivis Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng.

Sebagaimana dilansir Antara, keempat petani, yang memasung kakinya dengan disemen dan dilapisi kayu, tersebut diangkut dengan menggunakan mobil Toyota Innova lalu diturunkan dan didorong menggunakan troli barang menuju ruangan tempat pertemuan diterima Teten Masduki. Mereka tiba di Bina Graha sekitar pukul 16.40 WIB dan menjalani pertemuan hingga Senin petang.

Pada kesempatan itu, empat petani Kendeng tersebut didampingi oleh Tim Advokasi dan Kuasa Hukum mereka yakni, aktivis KontraS, Haris Azhar. Sementara Teten didampingi oleh Deputi Kementerian LHK dan Deputi Menteri BUMN.

Seusai pertemuan itu, Teten meminta para petani Kendeng itu untuk mengakhiri aksinya. Dia berharap mereka bersedia menunggu hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) tentang kelayakan pabrik Semen Indonesia di Rembang.

Teten beralasan proses KLHS tidak bisa selesai dalam waktu singkat. Kajian itu dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan ditargetkan selesai bulan ini. Pemerintah juga harus meninjau berbagai aspek lain terkait tuntutan para petani Rembang itu, terutama karena pabrik sudah dibangun.

Dia mengklaim, pemerintah tetap memegang isi kesepakatan, yang dibuat antara masyarakat Kendeng dan Presiden Joko Widodo pada Agustus 2016 lalu, bahwa KLHS dilakukan di area tambang.

"Nah ini yang sedang dilakukan KLHS, sehingga kami menghendaki semua menunggu dulu hasilnya, setelah selesai kita lebih mudah ambil keputusan meski harus dibicarakan antara Kementerian BUMN, KLHK, PTSI (Semen Indonesia), dan Pemda (Jawa Tengah," kata Teten.

Di pertemuan itu, Teten juga memastikan PT Semen Indonesia menghentikan proses penambangan di Pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah. Karena itu, menurut Teten, rencana peresmian pabrik Semen Indonesia di Rembang oleh Jokowi juga ditunda.

Teten juga menyampaikan bahwa PT Semen Indonesia setuju untuk melakukan perbaikan pada jalan-jalan yang rusak akibat alat-alat berat yang dioperasikan selama proses penambangan.

"Beberapa proses hukum terhadap masyarakat Kendeng juga akan kami bicarakan dengan Kapolri dan Kapolda," kata dia.

Pertemuan yang berlangsung satu jam lebih tersebut berlangsung alot karena para petani Kendeng menolak menghentikan aksinya selama Pemprov Jateng belum mencabut izin lingkungan untuk pabrik Semen Indonesia di Rembang.

Menanggapi hasil pertemuan ini, Ketua Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng, Gunretno mengatakan belum menemukan solusi dari pertemuan tersebut. "Belum ada.”

Ia menegaskan puluhan petani Kendeng akan terus melakukan aksi menyemen kaki.

“Kami akan tetap terus di seberang sana (depan istana) sampai ada keputusan ketemu Pak Jokowi (untuk) menghentikan izin lingkungan yang dikeluarkan, izin lingkungan Pak Ganjar Pranowo harus dicabut," kata Gunretno yang juga menyemen kedua kakinya.

Baca juga artikel terkait PETANI KENDENG atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom