tirto.id - Teror pelemparan bom molotov di Desa Balaicatur, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, sudah terjadi dua kali dalam dua bulan terakhir.
"Dulu pernah [ada pelemparan bom molotov]. Tp cuma nglempar kena tembok gitu aja. [Kejadiannya] belum lama. Mungkin sekitar sebulan dua bulan yang lalu," kata Kapolsek Gamping Kompol Sudaryo saat ditemui Rabu (11/12/2019).
Sudaryo menjelaskan, dalam kejadian pertama pelemparan bom molotov sempat terekam CCTV. Namun berdasarkan rekaman tersebut tidak dapat dijadikan petunjuk yang mengarah pada pelaku pelemparan.
"Kena (teremkam) CCTV tapi enggak jelas karena dia pake sebo. Kemudian dari pihak korban dan saksi-saksi yang kami mintai keterangan juga enggak bisa mengarah ke siapa pelakunya," ujarnya.
Polisi mengaku sulit melakukan indentifikasi meskipun peristiwa pelemparan bom molotov tersebut terekam CCTV.
Belum juga tertangkap pelakunya, kejadian serupa terjadi pada Rabu (11/12/2019) dini hari. Kali ini terjadi di Dusun Pasekan Kidul, Balecatur, hingga membuat rumah milik Ngadilah rusak.
Dari lokasi kejadian polisi mengamankan pecahan botol bersumbu yang diduga bom molotov. Selain itu polisi juga mengamankan pecahan kaca jendela dan gorden rumah yang terbakar.
Ngadilah menerangkan pelemparan bom molotov di rumahnya itu terjadi sekitar 03.00 WIB. Mulanya ia bangun pukul 02.00 WIB untuk memasak air. Pukul 03.00 saat ia selesai salat ia mendengar suara orang mengetuk pintu.
"Ada yang ngetuk pintu terus saya jawab 'siapa ya?' Tapi tidak ada yang menjawab [balik] langsung kacanya [jendela] dipecah langsung api menjilat korden sama kursi. [Dilempar] kataknya bom molotov," kata Ngadilah saat ditemui Rabu pagi.
Setelah melihat api menjalar, Ngadilah panik ia tak berani keluar langsung dari pintu depan. Ia memutar ke luar rumah melalui pintu belakang. Samar-samar dalam keadaan gelap ia melihat dua orang mengendari motor matic pergi usai kejadian.
Melihat api yang makin membesar sejumlah tetangga mendatangi rumahnya ikut membantu memadamkan api. Usai berhasil dipadamkan, Ngadilah menemukan serpihan botol yang diduga bekas bom molotov.
"Ada pecahan botol kaca warna bening," kata perempuan 52 tahun itu.
Setelah kejadian polisi kata dia langsung mendatangi rumahnya dan memintanya keterangan. Ia kemudian juga membuat laporan resmi ke polisi.
Ngadilah yang kesehariannya berdagang di Pasar Gamping mengatakan ia, suami dan anaknya merasa tak memiliki masalah sehingga ia yakin pelemparan bom molotov itu bukan karena permasalahan pribadi.
Selain rumah Ngadilah, sebuah Warung Makan Padang yang terletak sekitar 300 meter dari Rumah Ngadilah juga dirusak orang tak dikenal. Etalase warung terbuat dari kaca.
Pemilik Warung Padang, Robby Algedra (33) mengatakan kejadian pecah kaca itu terjadi Rabu dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Kejadiannya hampir bersamaan dengan pelemparan molotov di rumah Ngadilah.
Robby mengatakan saat kejadian ia sedang tidak berada di warung karena saat itu warungnya sudah tutup. Ia mendapatkan informasi dari kejadian tersebut dari tetangga sebelah warung saat hendak membuka warung pukul 08.00 WIB.
"[Kejadian] jam 3. Yang dengar tetangga, [saat] keluar kaca [warung] sudah pecah [...] Setelah kejadian ada yang melihat orang naik [Honda] Scoopy warna coklat melaju kencang ke arah timur," katanya.
Setelah kejadian itu di lokasi ia tak menemukan bekas benda yang digunakan untuk memecah kaca. Ia hanya mendapati serpihan kaca yang berserakan.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Gilang Ramadhan