tirto.id - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) akan memberlakukan pelatihan guru per wilayah. Hal tersebut imbas dari penerapan sistem zonasi guru yang mulai akan diberlakukan pada tahun ajaran baru nanti.
Menurut Direktur Jenderal (Dirjen) GTK Kemendikbud, Supriano kebijakan tersebut lebih efektif bagi para guru-guru, karena mereka tidak perlu lagi ke pusat untuk sekedar mengikuti pelatihan.
"Dengan sistem zona ini nanti pelatihan tidak lagi terfokus pada pusat. Dulu itu kan begitu, 3 juta guru ke pusat, kalau dipanggil semua maka tidak selesai," ujarnya dalam diskusi publik 'Profesionalisme Guru di Era Revolusi Industri 4.0' di kantor Kemendikbud, Jakarta Selatan, Senin (29/4/2019).
Lebih lanjut, ia juga katakan pelatihan tersebut akan dilakukan melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang mekanisme dan metodenya akan segera diperbarui demi menjawab kebutuhan zaman.
"MGMP now akan mengikuti grand design kami. Kami akan buat sebuah siklus yang tidak akan hanya satu pertemuan saja. Di sana guru-guru akan mendiskusikan masalah-masalahnya," ujarnya.
Ia menjelaskan dalam satu siklus terdapat 82 jam, yang akan dimanfaatkan oleh 10 sampai 20 guru dalam satu zona untuk mendiskusikan persoalan-persoalan terkait pedagogik dan konten soal.
"Kami tidak fokus pada peningkatan konten. Fokusnya pada pembelajaran, 70 persen pedagogi dan 30 persen konten soal," ujarnya.
Pelatihan-pelatihan guru berbasis zona tersebut, menurutnya, sebagai salah satu upaya pemerintah untuk menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0. Sehingga penting adanya peningkatan kualitas pada SDM pendidikan, terkhusus guru, agar mampu menghasilkan siswa-siswa yang cerdas dan relevan dengan zaman.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Maya Saputri