Menuju konten utama

Teknologi Ini Bikin Sinyal Anti Lelet di Gedung Tinggi

Seperti halnya penjajahan, persoalan sinyal lelet juga mesti dihapuskan, lebih-lebih di era Revolusi 4.0 yang serba menuntut kecepatan.

Teknologi Ini Bikin Sinyal Anti Lelet di Gedung Tinggi
Ilustrasi sinyal di atas gedung tinggi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Pada hari kerja, Alina Marsha, 28 tahun, bisa berkali-kali meninggalkan ruangannya untuk sekadar menerima telepon atau menghubungi klien. Alasannya klasik belaka: sinyal di situ buruk. Kantor Alina berada di lantai 9 APL Tower, salah satu gedung perkantoran di bilangan Tanjung Duren, Jakarta Barat.

“Ruanganku di bagian tengah gitu. Susah sinyal. Kalau mau telepon harus ke ruang meeting, dekat jendela. Dan kalau ruang meeting sedang dipakai, apa boleh buat, telepon sepenting apa pun jadi ke-pending. Biasanya aku segera ke bawah, ke luar gedung,” papar Alin, seorang desainer grafis.

Persoalan sinyal jelek atau lemah di area perkantoran atau apartemen tampaknya telah menjadi semacam pengetahuan bersama. Bahkan jika kamu mengetik “sinyal jelek di gedung” pada laman mesin pencari, sedikitnya ada 108 ribu hasil pencarian. Pertanyaannya, mengapa sinyal seluler sering timbul tenggelam di dalam gedung, sekalipun lokasinya berada di pusat kota?

Situs TechWella menyebut hal demikian disebabkan oleh material bangunan: sinyal yang notabene gelombang elektromagnetik mudah terhalang oleh material konstruksi seperti logam, alumunium, dan beton. Sedangkan Business Insider menerangkan, hal lain yang menyebabkan kualitas layanan menjadi buruk adalah keramaian. Ya, kerumunan manusia pada gedung atau stadion rentan bikin traffic tinggi, sementara kapasitas jaringan yang tersedia terbatas.

Apa pun penyebabnya, persoalan sinyal lelet tetap saja sebuah persoalan. Dan seperti halnya penjajahan, ia mesti dihapuskan, lebih-lebih di era Revolusi 4.0 yang serba menuntut kecepatan.

Bayangkan, saat kamu hendak melangsungkan meeting virtual atau ditunggu deadline, jaringan seluler di kantor atau apartemenmu tiba-tiba tidak bisa diandalkan: koneksi tersendat, video nge-lag, download melambat, dan layar loading melulu. Apa kata dunia?

Untungnya, pelan tapi pasti, persoalan bersama itu kini mulai diatasi oleh Hutchison 3 Indonesia alias Tri, perusahaan penyedia layanan telekomunikasi seluler terkemuka. Sejak tahun lalu, Tri berkolaborasi dengan perusahaan asal Jepang NTT DOCOMO, INC. mengimplementasikan teknologi Narrow Beam Antenna.

Infografik Advertorial Tri Indonesia

Infografik Advertorial Sinyal Kuat di Gedung Bertingkat. tirto.id/Mojo

Teknologi Narrow Beam Antenna dipasang di atas menara seluler untuk meningkatkan kekuatan dan penetrasi sinyal ke dalam ruangan (indoor) dalam gedung. Hasilnya, lantai-lantai tinggi di dalam gedung mendapatkan penguatan sinyal sehingga pelanggan dapat menikmati jaringan yang lebih kuat dan stabil.

Kini, solusi Narrow Beam Antenna telah diterapkan di enam area Jabodetabek, yakni Kuningan, Casablanca, Pancoran, Jatinegara, Meruya, dan Bintaro. Selain itu, Tri Indonesia juga dalam proses implementasi Narrow Beam Antenna di area SCBD Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan dan Makassar.

“Sebagian besar dari lalu lintas data di area metropolitan berasal dari dalam ruangan (indoor). Teknologi Narrow Beam Antenna memungkinkan kami untuk meningkatkan cakupan jaringan dalam ruangan di beberapa gedung secara efektif pada saat bersamaan, tanpa harus memasang perangkat IBS (in-building solution) di masing-masing gedung,” ujar Chief Technical Officer of Hutchison 3 Indonesia, Desmond Cheung.

Di negeri asalnya, NTT DOCOMO telah mengimplementasikan berbagai solusi guna memberikan kualitas pelayanan seluler terbaik dan cakupan jaringan terluas. Keisuke Yoshizawa, Executive General Manager Global Business Division NTT DOCOMO, INC., menyebut Narrow Beam Antenna DOCOMO sebagai solusi yang niche namun mudah diimplementasikan demi memberikan kualitas jaringan yang kuat dan stabil di lantai-lantai gedung tinggi.

“Teknologi Narrow Beam Antenna meningkatkan cakupan jaringan dalam ruangan di beberapa gedung secara efektif pada saat bersamaan. Solusi ini juga lebih efisien dibandingkan dengan cara-cara konvensional seperti pemasangan IBS (in-building solution) dan antena outdoor di masing-masing gedung,” terang Yoshizawa.

Menyusul kesuksesan Narrow Beam Antenna di Jepang dan sejumlah negara lain di Asia, sambung Yoshizawa, pihak NTT DOCOMO sangat senang berkolaborasi dengan Hutchison 3 Indonesia.

“Kami juga bangga dapat membawa teknologi mutakhir ini lewat kolaborasi dengan NTT DOCOMO, world leader dalam meningkatkan pengalaman pengguna, terutama dalam ruangan,” timpal Desmond Cheung.

Sebelum mengimplementasikan solusi Narrow Beam Antenna, Tri Indonesia telah membangun solusi Zero Drive Test, yakni teknologi pengukuran jaringan otomatis yang dapat mendeteksi situasi tidak diinginkan secara lebih cepat dan tepat sehingga mampu membantu Tri menjaga keandalan layanan internet, tak terkecuali jaringan 4G Tri.

Semua itu dilakukan 3 secara berkelanjutan demi memberikan pelayanan terbaik buat pengguna. Saat ini, 3 sudah mendukung jaringan 4.5G Pro di 377 kabupaten, lebih dari 4 ribu kecamatan, serta 37 ribu desa di Indonesia. Dengan 97 persen pelanggan merupakan anak muda dengan gaya hidup digital yang tinggi, Tri terus berkomitmen menyediakan layanan internet berkualitas berupa paket data hemat berkuota besar dengan harga yang dapat dijangkau semua lapisan masyarakat Indonesia.

Menarik, bukan? Sudahlah jaringannya luas dan kuat, paketnya juga hemat dan kuotanya besar!

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis