Menuju konten utama

TBC Bisa Jadi Infeksi Otak: Ketahui Gejala dan Pencegahannya

Pengobatan terhadap pasien yang mengidap meningitis TB dilakukan selama 12 bulan berturut dan mengharuskan pasien untuk rawat inap di rumah sakit.

TBC Bisa Jadi Infeksi Otak: Ketahui Gejala dan Pencegahannya
Seorang peserta menggunakan kursi roda saat mengikuti pawai Hari Tuberkulosis (TB) di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (19/3). Kegiatan yang digelar dalam rangka memperingati Hari TB sedunia tersebut bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk lebih sadar akan risiko dan bahaya penyakit Tuberkulosis. ANTARA FOTO/Moch Asim/pd/17

tirto.id - Tuberkulosis atau TBC, adalah penyakit menular yang diakibatkan oleh bakteri bernama Mycobacterium tuberculosis. Di awali dengan batuk berkepanjangan, TB pada umumnya mempengaruhi paru-paru.

Apabila tidak diobati dengan cepat, maka bakteri dapat melakukan perjalanan melalui aliran darah untuk menginfeksi organ dan jaringan lain.

Bakteri terkadang akan melakukan perjalanan ke meninges yaitu selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Infeksi pada meninges akan mengakibatkan kondisi lain yang disebut Meningeal tuberculosis atau meningitis TB.

Medline Plus menuliskan, meningitis TB dapat juga diakibatkan oleh penyakit lain selain tuberkulosis seperti HIV/ AIDS, kondisi imun tubuh yang lemah, dan peminum alkohol yang berat. Gejala akan timbul secara perlahan dan pada umumnya adalah sebagai berikut dilansir dari Medline Plus:

  • Demam dan menggigil
  • Perubahan status mental
  • Mual dan muntah
  • Sensitif terhadap cahaya
  • Sakit kepala yang parah
  • Leher kaku
  • Agitasi
  • Fontanel (bagian lunak di antara pelat tengkorak kepala pada bagian atas dan belakang kepala bayi) menggembung pada bayi
  • Penurunan kesadaran
  • Postur yang tidak biasa dengan kepala dan leher melengkung ke belakang (opisthonos), yang biasanya ditemukan pada bayi

Apabila dokter menemukan kemungkinan pasien menderita penyakit ini, ia akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan gejala serta riwayat medis yang diderita. Tidak hanya itu, pada umumnya, dokter akan memberlakukan tes pada pasien untuk menentukan kondisi pasien secara pasti.

Spinal tap atau tusukan lumbal mungkin akan dilakukan dengan mengumpulkan cairan dari tulang belakang dan menganalisisnya di laboratorium untuk hasil lebih lanjut. Healthlinemenuliskan bahwa dokter mungkin akan melakukan tes lain kepada para pasien seperti biopsi meninges, kultur darah, rontgen dada, CT scan kepala, dan tes kulit untuk TBC.

Dalam artikel yang ditulis dokter Dwi Astini, pengobatan terhadap pasien yang mengidap meningitis TB dilakukan selama 12 bulan berturut dan mengharuskan pasien untuk rawat inap di rumah sakit.

Seseorang yang dinyatakan menderita penyakit ini akan diberikan obat anti-tuberkulosis seperti rifampisin, isonazid, pirazinamid, etambutol, dan streptomisin dalam 2 bulan pertama.

Selanjutnya, obat rifampisin dan isoniasid akan dilanjutkan dalam 10 bulan berikutnya. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir resiko terjadinya resistensi obat.

Obat steroid juga akan diberikan dalam beberapa minggu perlama pengobatan. Perkembangan penyakit akan terus dipantau sehingga direkomendasikan untuk para pasien selalu melakukan kontrol ke dokter atau rumah sakit.

Dokter Dwi Astini juga menuliskan pentingnya pengobatan untuk dilakukan secara tuntas. Pasalnya, banyak penderita meningitis TB akan berlanjut ke tahap penyakit yang lebih parah dan berat.

Sekitar 15-20 persen penderita meningitis TB akan mengalami komplikasi jangka panjang akibat penyakit ini yang berupa kerusakan otak yang berat, epilepsy, kelemahan anggota gerak tubuh, tuli, buta, hingga kematian. Oleh karenanya, masyarakat luas perlu memahami gejala dari penyakit ini.

Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian vaksin BCG yang efektif dilakukan sejak masih bayi atau anak-anak. Selain itu, ada baiknya untuk melakukan pola hidup sehat yang akan meningkatkan daya tahan tubuh dan meminimalisir risiko terjangkit meningitis TB.

Baca juga artikel terkait TUBERKULOSIS atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Alexander Haryanto