Menuju konten utama

Tapak Tilas Proklamasi, Agenda Rutin Munasprok Setiap Tahun

Tapak Tilas Proklamasi digelar untuk menghidupkan semangat kebangsaan dan memperdalam pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia.

Tapak Tilas Proklamasi, Agenda Rutin Munasprok Setiap Tahun
Para aktor dari Reenactor Bangor memainkan sosiodrama tentang detik-detik menjelang kemerdekaan Indonesia di halaman Museum Naskah Perumusan Proklamasi, Jakarta Pusat, Jumat (16/8/2024). Foto/Dok. Museum Perumusan Naskah Proklamasi

tirto.id - Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok) menggelar serangkaian kegiatan "Tapak Tilas Proklamasi" pada Jumat (16/8/2024). Kegiatan yang dimaksudkan untuk mengenang peristiwa bersejarah perumusan Naskah Proklamasi tanggal 16 Agustus 1945 tersebut merupakan agenda rutin Munasprok, berlangsung sejak 1983.

"Tapak Tilas Proklamasi" digelar untuk sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun ke-79 Republik Indonesia, dengan harapan menjadi ajang bagi masyarakat untuk lebih mengenal dan menghargai proses perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia.

"Kegiatan 'Tapak Tilas Proklamasi' ini bukan hanya sekadar peringatan, tetapi juga sebagai upaya untuk terus menghidupkan semangat perjuangan dan rasa cinta tanah air di hati setiap generasi, terutama bagi generasi muda yang akan meneruskan perjuangan ini di masa depan," ungkap Zamrud Setya Negara, Ketua Tim Museum dan Galeri, Jumat (16/8/2024).

Zamrud menambahkan, kegiatan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi juga menjadi salah satu contoh nyata dari penerapan tiga pilar Indonesian Heritage Agency (IHA) yaitu Reprogramming, Redesigning, dan Reinvigorating. "Dengan ketiga pilar tersebut, IHA bertekad mewujudkan museum menjadi ruang berbagi pengalaman dan pengetahuan mengenai sejarah Indonesia," sambung Zamrud.

Kegiatan "Tapak Tilas Proklamasi" berlangsung seharian. Dimulai dengan berbagai lomba yang melibatkan partisipasi masyarakat, disusul pentas seni, angklung kreasi, hingga sosiodrama dari Reenactor Bangor yang menggambarkan perjuangan bangsa. Seluruh rangkaian kegiatan melibatkan lebih dari 700 partisipan, menunjukkan semangat kebersamaan dan kesadaran akan pentingnya menjaga memori sejarah bangsa.

“Tujuan utama dari program ini adalah untuk menghidupkan kembali semangat kebangsaan dan memperdalam pemahaman masyarakat, khususnya generasi muda, tentang nilai-nilai perjuangan yang terkandung dalam sejarah bangsa kita," ungkap Vincentius Agus Sulistya, PJU Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jumat (16/8/2024).

Agus berharap program "Tapak Tilas Proklamasi" punya dampak lebih dari sekadar meningkatkan kesadaran sejarah masyarakat, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta dan tanggung jawab untuk menjaga warisan budaya. "Serta memperkaya pemahaman publik tentang nilai-nilai kebangsaan dan kebudayaan Indonesia,” sambung Agus.

Acara puncak dari rangkaian kegiatan tersebut adalah “Pawai Tapak Tilas Proklamasi”. Para peserta berjalan bersama dari Museum Perumusan Naskah Proklamasi di bilangan Jalan Imam Bonjol, Menteng, menuju Tugu Proklamasi di kawasan yang dulunya bernama Jalan Pegangsaan Timur. Arak-arakan ini dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan terhadap langkah-langkah yang ditempuh para pendiri bangsa dalam merumuskan proklamasi kemerdekaan.

Meutia Hatta

Meutia Hatta memberikan orasi seputar kemerdekaan di kediamannya di Jalan Diponegoro Nomor 57, Jakarta Pusat, Jumat (16/8/2024). Foto/Dok. Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Para peserta pawai kemudian berhenti sejenak di Jl. Diponegoro No. 57, kediaman almarhum Bung Hatta, untuk mendengarkan orasi singkat seputar kemerdekaan. Meutia Hatta, perwakilan keluarga Tokoh Proklamator Mohammad Hatta, menyatakan bahwa kegiatan Tapak Tilas Proklamasi rutin ia ikuti setiap tahun untuk mengenang sekaligus meresapi kembali semangat proklamasi yang begitu penting bagi bangsa Indonesia.

"Kita harus terus berjalan dengan semangat yang sama dalam menjaga kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan susah payah. Kita harus menjadi bangsa yang memiliki jiwa perjuangan, karena tugas kita hari ini bahkan lebih berat daripada para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan. Semangat itulah yang harus kita teruskan dan wariskan kepada generasi mendatang," papar Meutia Hatta.

Di malam hari, "Tapak Tilas Proklamasi" dipungkas dengan "Renungan Suci" dari Komunitas Historia serta penampilan musik dari Keroncong Tugu, Angelina, dan Efek Rumah Kaca. "Renungan Suci" berlangsung di salah satu ruangan di sisi kiri gedung utama Munasprok, sedangkan pentas musik dilangsungkan di halaman Munasprok, dalam suasana sarat refleksi serta penghormatan terhadap semangat kemerdekaan.

"Bener, kan, lebih susah lawan bangsa sendiri? [...] Semoga kemerdekaan ini benar-benar nyata adanya," ungkap vokalis Efek Rumah Kaca, Cholil Mahmud, di sela-sela pertunjukan.

Tentang Museum dan Cagar Budaya (Indonesian Heritage Agency)

Indonesian Heritage Agency (IHA) merupakan badan layanan umum di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia yang saat ini bertanggung jawab atas pengelolaan 18 museum dan galeri serta 34 situs cagar budaya nasional di Indonesia. Terbentuk pada tahun 2022 dan diresmikan menjadi badan layanan umum pada 1 September 2023, IHA mempunyai visi menjadi institusi yang bersifat kolaboratif dan mendorong daya cipta, perubahan sosial, serta pembangunan masyarakat yang berbudaya.

IHA mengedepankan peningkatan pelayanan yang berbasis perlindungan sebagai prioritas utama. Dengan merangkul kreativitas dan mengusung semangat kolaborasi yang inklusif. IHA secara kolektif berkontribusi untuk membuka wawasan apresiasi mendalam terhadap warisan budaya Indonesia yang beragam.

Tentang Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok), merupakan saksi bisu dari masa penjajahan Belanda dan Jepang hingga era revolusi kemerdekaan Indonesia. Bangunan bergaya art deco yang dirancang oleh arsitek Belanda J.F.L Blankenberg pada sekitar tahun 1920-an ini memiliki peran historis sebagai lokasi di mana para tokoh pendiri bangsa merumuskan naskah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 16 Agustus 1945.

Kini, tempat ini menghadirkan narasi faktual mengenai peristiwa-peristiwa penting yang terjadi menjelang proklamasi kemerdekaan hingga pasca proklamasi kemerdekaan khususnya peristiwa penting pada 16 hingga 17 Agustus 1945 yang dapat dirasakan melalui kontemplasi sejarah.

Museum ini menyimpan lebih dari seribu benda koleksi asli dan replika bersejarah terkait dengan gedung, peristiwa, dan tokoh sekitar perumusan naskah proklamasi kemerdekaan sehingga menjadikannya pusat destinasi sejarah tingkat nasional dan diakui sebagai titik nol lahirnya NKRI. Di antara koleksinya ada mesin tik historis, piano, radio era kemerdekaan, stempel hantu maut, plakat pelantikan Raja George VI dari kerajaan Inggris.

Dengan terus melakukan transformasi pelayanan publik, Munasprok ini menjadi tempat pengenalan tokoh-tokoh proklamasi dan pusat kontemplasi sejarah "Berdirinya Indonesia", serta ruang presentasi publik yang mengedukasi dan menghibur, memperkaya pemahaman publik tentang sejarah Indonesia.

Baca juga artikel terkait MUSEUM PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Siaran Pers
Editor: Zulkifli Songyanan