Menuju konten utama

Tangani PMK Hewan Ternak, Kementan Pilih Impor Vaksin

Antivirus PMK bisa dibuat di dalam negeri. Namun untuk penanganan awal, pemerintah akan mengimpor terlebih dahulu dalam jumlah yang tidak banyak.

Tangani PMK Hewan Ternak, Kementan Pilih Impor Vaksin
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (kiri) berbincang dengan Direktur Utama Pupuk Kujang Bambang Eka Cahyana pada Pupuk Kujang Festival di Karawang, Jawa Barat, Sabtu (7/3/2020). ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar/ama.

tirto.id - Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkap jumlah hewan ternak yang terinfeksi penyakit mulut dan kuku (PMK) sebanyak 200 ekor. Dari jumlah tersebut, yang terkonfirmasi mati ada empat ekor dan sembuh 12 ekor.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menjelaskan, ini adalah penyakit menular yang menyerang ternak seperti sapi, kerbau, kambing, dan babi. Ia mengklaim PMK mewabah pada level yang ringan dengan tingkat risiko rendah sehingga jenis penyakit ini dapat ditangani secara cepat.

“Hari ini kita harus berhadapan dengan PMK, tetapi mudah-mudahan PMK ini adalah PMK yang levelnya ringan, yang mutasi atau tingkat penyebarannya tidak terlalu tinggi dan tingkat kematiannya pada hewan rendah” kata Syahrul dalam keterangan resmi pada Rabu 11 Mei 2022.

Syahrul memastikan PMK bisa menyebar secara cepat. Oleh sebab itu, pemerintah melakukan langkah mitigasi agar radius penularannya tidak semakin luas. Namun, kata dia, penyakit ini dipastikan tidak berisiko terhadap kesehatan manusia.

“Yang perlu kita pahami penyakit PMK ini memang berbahaya bagi hewan, tetapi tidak menular atau tidak berisiko pada kesehatan manusia, untuk itu kita akan lakukan berbagai upaya untuk mengatasi PMK ini,” jelas Mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu.

Kementan, kata Syahrul, berencana mengimpor vaksin untuk mengentaskan wabah PMK pada hewan ternak. Vaksin impor ini jumlahnya tidak banyak dan akan hadir dalam waktu 14 hari mendatang.

"Oleh karena itu dalam waktu 14 hari pak dirjen akan kita tugaskan untuk menghadirkan vaksin impor yang jumlahnya tidak banyak, hanya untuk menunggu kelahiran vaksin yang ada," jelasnya.

Antivirus PMK bisa dibuat di dalam negeri. Namun untuk penanganan awal, pemerintah akan mengimpor terlebih dahulu dalam jumlah yang tidak banyak. Impor vaksin dilakukan demi mempercepat penanganan penyakit menular ini. Vaksinasi bisa segera diberikan pada hewan ternak yang wilayahnya sudah di-lockdown.

"Menurut para expert kita di Kementan ini bisa dibuat antivirusnya, sampai kaya virus flu burung itu kita buat sendiri. Cuma sekarang ini masalah waktu. Kita dikejar kecepatan waktu dan kecepatan virus," ucap Syahrul.

Kementan mengklaim penyakit ini memiliki tingkat kematian yang rendah.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Nasrullah, mengatakan akan menambahkan berbagai langkah penanggulan PMK agar tren kesembuhan bergerak positif.

“Hasil lapangan hari ini kami melihat ada kemajuan yang berarti, dengan pemberian obat sejak kasus pertama di 28 April hingga hari ini sudah banyak hewan ternak yang menuju ke sehat, ini belum menggunakan vaksin, baru obat-obat yang kita berikan sesuai rekomendasi kesehatan hewan, dan kami melihat sendiri di satu kandang di sini sudah ada beberapa hewan yang sudah mulai makan, berdiri dan menuju ke sehat” terang Nasrullah.

Terkait pengawasan lalu lintas hewan ternak dan penetapan gugus tugas penanganan PMK secara nasional, Nasrullah menyebut Kementan telah menetapkan sejumlah kebijakan.

Pengawasan dan pengaturan lalu lintas hewan ternak juga dilakukan di masing masing daerah baik ditingkat provinsi maupun kabupaten. Ia berharap upaya yang dilakukan ini dapat mencegah kepanikan masyarakat serta memperkecil kesempatan bagi pihak yang ingin berspekulasi.

“Untuk pemotongan tetap dilakukan di pemotongan hewan dan dilakukan secara ketat, sudah ada surat edaran Menteri Pertanian terkait penanganan pemotongan hewan yang berada di rumah potong hewan” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PMK HEWAN TERNAK atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Fahreza Rizky