Menuju konten utama

Supermoon atau Super Blue Blood Moon, Apa Bedanya?

Peristiwa lunar trifecta yang terjadi pada 31 Januari nanti dikenal dengan super blue blood moon. Apa bedanya dengan supermoon?

Supermoon atau Super Blue Blood Moon, Apa Bedanya?
Supermoon. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Supermoon pada 31 Januari menjadi fenomena yang paling dinanti karena dipastikan menampilkan pemandangan terbaik. Sebab, saat itu pula, akan muncul peristiwa langka bernama super blue blood moon yang dapat diamati di Indonesia.

Lantas, apa yang membedakan fenomena supermoon dan super blue blood moon yang muncul tanggal 31 Januari nanti?

NASA telah memprediksi adanya peristiwa lunar trifecta hari itu: gerhana bulan total, supermoon, danblue moon. Mari menguraikan satu per satu fenomena alam ini.

Gerhana bulan total terjadi saat Bulan melewati bayangan Bumi. Tapi Bumi tidak benar-benar melemparkan satu bayangan yang sangat jelas. Ada dua komponen bayangan bumi: yaitu penumbra dan umbra.

Penumbra lebih merupakan bayangan parsial, yang disebabkan oleh sebagian cahaya Matahari yang diblokir oleh Bumi. Sementara saat melewati sepenuhnya umbra Bumi, Bulan akan berwarna kemerahan karena menyerap cahaya Matahari saat gerhana.

Ketika Bulan berwarna merah saat gerhana inilah, banyak orang menamakannya blood moon. Namun, menurut ilmuwan NASA istilah blood moon yang dikenal satu dekade terakhir dipopulerkan oleh para relijius fanatik.

Mereka yakin blood moon adalah kiamat dan gerhana bulan ini akan menjadi yang terakhir," kata Fred Espenak, ilmuwan emeritus di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard milik NASA kepada Wired.

Espenak menambahkan, tak akan ada hal besar yang akan terjadi pada 31 Januari nanti selain gerhana bulan total yang luar biasa.

Bagian selanjutnya dari lunar trifecta ini adalah supermoon. Noah Petro, ilmuwan riset di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard milik NASA menyebutkan sejarah supermoon ini bukan berasal dari astronomi tapi astrologi.

NASA mengungkapkan fenomena supermoon sebetulnya bukan hal yang terlalu istimewa. Karena orbit Bulan yang mengelilingi Bumi tidak melingkar sempurna, jaraknya bervariasi dari waktu ke waktu. Apogee adalah titik yang paling jauh, sementara perigee yang paling dekat.

Supermoon terjadi saat bulan purnama berada di perigee. Ini berarti bulan akan sekitar 14 persen lebih terang dari biasanya, demikian menurut NASA.

Selanjutnya, peristiwa lunar trifecta yang lain adalah blue moon. Supermoon 31 Januari merupakan bulan purnama yang kedua kalinya di bulan ini. Bulan purnama ini biasanya dipisahkan 29 hari. Setiap bulan kalender hanya memiliki satu bulan purnama.

Maka, bila terjadi dua kali seperti yang pada 31 Januari nanti, peristiwa ini biasa disebut sebagai blue moon. Fenomena blue moon ini pun langka karena rata-rata terjadi dua setengah tahun sekali.

"Istilah blue moon artinya ada dua bulan purnama dalam sebulan, tapi sangat tergantung di mana Anda berada,” ungkap Espenak.

Dengan merangkum tiga peristiwa lunar trifecta yang terjadi bersamaan pada 31 Januari 2018 ini, muncullah istilah super blue blood moon. Artinya, gerhana bulan total akan mengubah supermoon kedua di bulan Januari atau blue moon ini menjadi blood moon berwarna oranye atau merah kecoklatan.

Gerhana bulan total ini menjadi pertunjukan puncak yang pantas ditunggu saat malam hari. Menurut catatan BMKG, peristiwa gerhana bulan total ini dapat diamati di Indonesia pada pukul 20.29 WIB sekitar 77 menit.

Gerhana bulan pertama tahun 2018 ini termasuk langka karena hanya terjadi sekitar 150 tahun silam. Peristiwa gerhana total yang berbarengan dengan supermoon ini terjadi pada masa lampau pada 31 Maret 1866.

Infografik Tunggal Fakta Supermoon

Baca juga artikel terkait GERHANA BULAN atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari