tirto.id - Penelitian mengungkap, otak manusia telah berevolusi menjadi lebih suka dan peka terhadap musik dan ucapan.
Hal ini dijelaskan dalam riset dari Institut Teknologi Massachusetts di Cambridge yang dipublikasikan di Nature Neuroscience.
Riset tersebut menjelaskan, korteks visual antara manusia dan monyet kera memiliki kesamaan, tetapi tidak dengan audio. Tim peneliti membandingkan bagaimana otak manusia dan otak Kera Rhesus bereaksi terhadap rangsangan pendengaran, terutama yang biasanya kita kaitkan dengan manusia, yaitu nada harmonik yang menjadi ciri musik dan ucapan.
"Pidato dan musik mengandung komponen frekuensi harmonik, yang dianggap sama-sama memiliki 'nada'. Manusia memiliki daerah kortikal dengan preferensi respons yang kuat untuk nada harmonis dibanding kebisingan. Kami menemukan bahwa wilayah tertentu dari otak kita memiliki preferensi yang lebih kuat untuk suara dengan nada daripada otak monyet," kata penulis senior Bevil Conway.
"Hasilnya meningkatkan kemungkinan bahwa suara-suara ini, yang tertanam dalam pidato dan musik, mungkin telah membentuk organisasi dasar otak manusia," tambah Conway.
Dalam praktiknya, para peneliti melibatkan tiga kera rhesus dan empat peserta manusia. Mereka memainkan nada harmonis dan suara yang menampilkan lima rentang frekuensi yang berbeda.
Dengan menggunakan gambar MRI fungsional, tim kemudian mengukur respons monyet dan otak manusia terhadap suara dan rentang frekuensi yang berbeda.
Analisis pertama scan MRI fungsional menunjukkan tidak ada banyak perbedaan dalam respons otak antara manusia dan monyet, baik peserta manusia dan kera menunjukkan aktivasi bagian yang sama dari korteks pendengaran.
Tetapi ketika para peneliti menilai pemindaian lebih detail, mereka melihat bahwa otak manusia tampaknya jauh lebih sensitif terhadap "nada" dalam nada harmonik daripada otak kera rhesus, yang tampaknya tidak bisa membedakan antara nada harmonis dan kebisingan biasa.
"Kami menemukan bahwa otak manusia dan monyet memiliki respons yang sangat mirip terhadap suara dalam rentang frekuensi tertentu. Tapi saat kami menambahkan struktur nada, wilayah otak manusia yang sama ini menjadi lebih responsif," jelas Conway.
"Hasil ini menunjukkan bahwa monyet kera dapat mendengarkan musik dan suara lainnya secara berbeda. Sebaliknya, pengalaman kera tentang dunia visual mungkin sangat mirip dengan kita," jelasnya
Bahkan ketika para peneliti mengekspos kera ke suara dengan harmoni yang lebih alami yaitu, rekaman panggilan kera, hasilnya tetap sama. Hal ini mendukung gagasan bahwa otak manusia lebih sensitif terhadap "pitch".
"Temuan saat ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa begitu sulit bagi para ilmuwan untuk melatih monyet dalam melakukan tugas pendengaran yang menurut manusia relatif mudah," catat Conway seperti dilansir Medical News Today.
Editor: Yulaika Ramadhani