tirto.id - Data terbaru virus Corona di Indonesia hingga Selasa (10/11/2020) menunjukkan adanya 53.846 kasus aktif COVID-19 dengan penambahan 3.799 kasus baru. Menghadapi masa pandemi yang panjang, dalam Pedoman Perubahan Perilaku Penanganan COVID-19, terdapat 3 strategi utama dalam melawan COVID-19, yaitu kenali diri, kenali musuh, dan kenali medan perang.
Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19, hingga Selasa (10/11) ada total 444.348 kasus virus Corona yang terkonfirmasi di 503 kabupaten/kota dalam 34 provinsi seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, kasus aktif mencapai 12,1 dari yang terkonfirmasi. Sementara itu, 14.761 orang meninggal karena pengaruh COVID-19 (3,3 persen) dan 365.741 orang sembuh (84,6 persen).
Data-data tersebut menunjukkan bahwa masa pandemi COVID-19 belum berakhir. Mengingat tingkat penularan virus Corona yang tinggi, peran serta masyarakat untuk terlibat dalam tindakan pencegahan jadi penting.
Dalam Pedoman Perubahan Perilaku Penanganan COVID-19 yang dirilis Oktober 2020 oleh Satuan Tugas Penanganan COVID-19, ada 3 strategi penting yang bisa diterapkan masyarakat saat pandemi, yaitu kenali diri, kenali musuh, dan kenali medan perang.
Kenali Diri Sendiri
Data Satgas Penanganan COVID-19 hingga Selasa (10/11) menunjukkan, jumlah kasus positif COVID-19 terbanyak di Indonesia justru datang dari rentang usia 31 hingga 45 tahun (30,7 persen). Mereka diikuti rentang usia 19-30 tahun (24,7 pesen), 46-59 tahun (23,2 persen), 60 tahun atau lebih (10,4 persen), 6 hingga 18 tahun (8,4 persen), dan 0-5 tahun (2,6 persen).
Kelompok usia 19 hingga 45 tahun diasumsikan memiliki daya tahan tubuh (imun) yang tinggi. Namun, COVID-19 dapat menyerang siapa saja tanpa kecuali. Justru kelompok muda berpeluang terpapar tanpa menunjukkan gejala (asimtomatik). Jika tidak ada kesadaran yang baik, ia dapat menyebabkan kematian bagi orang-orang di sekitarnya (silent killer).
Terdapat orang-orang dengan risiko tinggi tertular virus Corona. Yang pertama, adalah mereka yang berusia lanjut atau 60 tahun ke atas. Di Indonesia, tingkat kematian karena pengaruh COVID-19 terbanyak ada di rentang usia tersebut (43,5 persen), diikuti usia 46-59 tahun (38,4 persen).
Orang dengan risiko tinggi lainnya adalah mereka yang berpenyakit penyerta/komorbid. Di Indonesia komorbid orang positif COVID-19 tertinggi adalah hipertensi (50,1 persen), diabetes melitus (35,3 persen), penyakit jantung (19 persen), penyakit paru obstruktif kronis (9,2 persen), penyakit ginjal (5,9 persen), TBC (1,6 persen), kanker (1,5 persen), hingga gangguan imun (1,3 persen).
Selain itu, orang dengan daya tahan tubuh rendah, terlepas dari faktor usia atau komorbid, juga berisiko tinggi tertular COVID-19. Demikian pula dengan orang yang mengalami obesitas (berat badan berlebih) dengan BMI di atas 27Kg/m2.
Dengan mengenali diri sendiri, apakah termasuk orang yang potensial tertular tanpa gejala atau berisiko tinggi, seseorang akan memiliki strategi lebih baik dalam melawan COVID-19, terutama dengan menerapkan prinsip 3M.
Kenali Musuh
Strategi lain adalah mengenali musuh, virus SARS-CoV-2 atau virus corona. Virus ini menyerang sistem pernapasan manusia dan menimbulkan gangguan ringan sampai berat, bahkan hingga kematian.
Gejala umum seseorang yang terinfeksi virus ini di antaranya adalah demam dengan suhu 38 derajat Celcius atau lebih, batuk, kelelahan, sakit kepala, nyeri tenggorokan, pilek/hidung tersumbat, sesak napas, mual/muntah, diare, dan penurunan kesadaran.
Sejauh ini, COVID-19 menular dari manusia ke manusia, terutama dari orang-orang yang berjarak dekat. Virus ini menyebar lewat droplet atau cipratan liur seseorang, entah dari mulut atau hidung ketika bersin, batuk, hingga berbicara. Droplet ketika seseorang bersin (tanpa masker) dapat mencapai radius hingga 6 meter, sedangkan jika berbicara, bisa meluncur sejauh 2 meter.
COVID-19 dapat menular secara langsung ketika seseorang terkena droplet orang lain yang terinfeksi, atau tidak langsung ketika seseorang memegang benda yang terkena droplet orang terinfeksi, lantas menyentuh hidung, mulut, atau mata.
Kenali Medan Perang
Strategi penting lain adalah mengenai medan perang atau memahami berada di mana, apakah zona merah, zona oranye, zona kuning, atau zona hijau.
Zona merah bermakna daerah dengan risiko kasus penularan Corona sangat tinggi, zona oranye artinya daerah risiko sedang, zona kuning berarti daerah risiko rendah, dan zona hijau bermakna daerah tidak terdampak kasus Corona.
Berdasarkan data Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, padaawal November ini jumlah kabupaten/kota yang masuk ke zona oranye mengalami peningkatan dari 360 menjadi 371 kabupaten/kota.
Selain memahami berada di zona merah, oranye, kuning, atau hijau, yang perlu diperhatikan adalah menghindari lokasi yang berisiko menjadi tempat penularan COVID-19. Lokasi itu terutama tempat yang potensial menciptakan kerumunan seperti pasar, sekolah, gedung, dan lain-lain.
Setelah mengenali diri sendiri, musuh, dan medan perang, penerapan strategi melawan COVID-19 adalah dengan 3M: memakai masker, mencuci tangan, juga menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
Menggunakan masker yang benar dengan cara yang tepat dapat memberikan 2 keuntungan. Pertama, mencegah masuknya droplet ke mata, hidung, atau mulut kita saat orang lain batuk, bersin, atau berbicara. Kedua, masker dapat menahan droplet yang keluar saat kita batuk/bersin/berbicara sehingga tidak menularkan virus kepada orang lain.
Menjaga jarak penting mengingat penularan COVID-19 melalui droplet. Idealnya menjaga jarak adalah di kisaran 2 meter.
Langkah ketiga adalah mencuci tangan dengan sabun selama minimal 20 detik. Jika tidak ada air dan sabun, gunakan hand sanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60%.
----------
Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Editor: Agung DH