Menuju konten utama

Stok Ayam Berlebih, GPPU Usul Kurangi Impor Bibit Ayam Indukan

Peternak ayam mengeluhkan kelebihan pasokan anak ayam petelur dan pedaging atau Day Old Chicken (DOC).

Stok Ayam Berlebih, GPPU Usul Kurangi Impor Bibit Ayam Indukan
Peternak memberi makan ayam broiler di Desa Gilangharjo, Pandak, Bantul, DI Yogyakarta, Kamis (27/6/2019). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah.

tirto.id - Peternak ayam mengeluhkan kelebihan pasokan anak ayam petelur dan pedaging atau Day Old Chicken (DOC). Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) Achmad Gawami mengatakan kelebihan pasokan ini membuat peternak kesusahan karena harga jual mereka jatuh.

"Ya karena oversupply atau penurunan permintaan yang belum kita ketahui. Ini bikin harga jadi hancur. Ayam kan produk yang enggak bisa disimpan," ucap Achmad kepada wartawan saat ditemui di kantor Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementan, Senin (26/8/2019).

Achmad mengatakan saat ini peternak belum benar-benar dapat menentukan apa penyebab dari suplai yang berlebih. Namun, faktor penyebabnya terbagi menjadi dua yaitu adanya kemungkinan penurunan permintaan atau pasokan ayam DOC yang diproduksi ternyata kelebihan.

Soal penurunan permintaan, Achmad membenarkan kalau trennya sudah dimulai pada Januari 2019 bahkan November 2018. Sejak tahun lalu, intinya ia mengatakan permintaan terus menurun sehingga sempat membuat harga jatuh dan peternak menjerit.

"Ini tahun terparah," ucap Achmad.

Soal faktor kelebihan produksi, Achmad mengatakan kemungkinan ini dapat dilihat dari potensi kelebihan DOC sebanyak 3 juta per minggu. Padahal, kebutuhannya hanya antara 58 sampai maksimum 60 juta per minggu.

Namun, untuk saat ini Achmad lebih mau berfokus pada mengantisipasi kelebihan pasokan. Sebabnya, lebih mudah mengatur suplai ketimbang meningkatkan permintaan.

"Penurunan demand saya tidak bisa menilai tapi yang jelas terjadi semacam kelebihan produksi ayam. Kelebihan dari DOC lebih atau demand yang turun. Yang bisa kita otak-atik kan supply-nya," ucap Achmad.

Achmad pun mengusulkan kepada pemerintah untuk mengurangi produksi DOC. Caranya, ia mengusulkan agar impor Grand Parent Stock (GPS) selaku indukan ayam jangan lebih dari 720 ribu ekor untuk tahun ini. Jumlah ini jauh di bawah rencana pemerintah di angka 787 ribu.

Bila hal ini berhasil maka Achmad memperkirakan dampaknya baru akan terasa 2 tahun lagi. Perhitungannya nanti GPS yang diimpor membutuhkan waktu 7-8 bulan untuk menghasilkan ayam indukan untuk DOC boiler dan telur atau parent stock (PS).

Lalu PS akan membutuhkan waktu 7-8 bulan untuk menghasilkan DOC atau final stock (FS) yang akan di suplai kepada peternak ayam telur dan boiler. Ayam FS berupa DOC masih harus dipelihara 1-3 bulan untuk bisa dijual oleh peternak.

"Tadinya 787 ribu. Jadi dikurangi impornya. Tahun lalu catatan 707 ribu. Laporan pemerintah. Persisnya berapa anggap aja benar. Nanti naik dikit lah 3-4 persen. Tumbuu iya tapi jangan kebanyakan," ucap Achmad.

Menanggapi hal itu, Direktur Pembibitan dan Produksi, Ditjen PKH, Kementan, Sugiono mengatakan bahwa usulan peternak belum akan dilakukan. Intinya ia mengatakan rencana mengurangi impor itu belum final. Pemerintah, katanya, masih melakukan kajian untuk menentukan langkah yang akan diambil.

"Belum ada keputusan. Akan berlanjut. Masih dihitung jadi bukan maksudnya mengurangi," ucap Sugiono melalui pesan tertulis, Senin (26/8/2019).

Baca juga artikel terkait PRODUKSI DAGING AYAM atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri