Menuju konten utama

Status Gunung Awu Naik Jadi Level III Siaga, Radius Bahaya 3,5 Km

Masyarakat dilarang beraktivitas di radius 3,5 km dari kawah puncak Gunung Awu, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.

Status Gunung Awu Naik Jadi Level III Siaga, Radius Bahaya 3,5 Km
Gunung Awu di Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara. (ANTARA/Jerusalem Mendalora).

tirto.id - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menaikkan status Gunung Awu di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, menjadi Level III atau siaga per 11 Mei 2022 pukul 24.00 Wita.

"Tingkat aktivitas Gunung Awu dinaikkan dari Level II (waspada) menjadi Level III (siaga)," kata Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono melalui keterangan tertulis, Kamis (12/5/2022).

Eko menjelaskan pada 11 Mei 2022 pukul 15:00 Wita teramati asap kawah berwarna putih sedang setinggi 30 meter di atas puncak Gunung Awu. Jenis gempa yang terekam pada periode 1 Januari hingga 10 Mei 2022 terdiri dari: Vulkanik dangkal, Vulkanik Dalam, Tektonik lokal, dan Tektonik jauh.

Selama tingkat aktivitas Level II, rata-rata kejadian gempa vulkanik dangkal adalah delapan kejadian per hari dan gempa vulkanik dalam lima kejadian per hari. Lalu pada 9 Mei 2022, terjadi kenaikkan jumlah gempa vulkanik yang signifikan, yaitu 88 kali gempa vulkanik dangkal dan 147 kali gempa vulkanik dalam.

Pada 10 Mei 2022, kenaikan jumlah gempa vulkanik semakin signifikan, yaitu 90 kali gempa vulkanik dangkal dan 203 kali gempa vulkanik dalam. Karakteristik erupsi Gunung Awu dapat bersifat magmatik eksplosif, efusif maupun freatik.

Potensi bahaya Gunung Awu berupa erupsi magmatik yang menghasilkan lontaran material pijar dan aliran piroklastik, erupsi freatik yang didominasi uap, gas gunung api maupun material erupsi sebelumnya.

Potensi pembongkaran kubah lava dapat terjadi saat tekanan di dalam sistem magmatik mengalami peningkatan signifikan. Potensi bahaya lain berupa emisi gas gunungapi seperti CO, CO2, H2S, N2, dan CH4.

"Gas-gas tersebut dapat membahayakan jiwa jika konsentrasi yang terhirup melebihi nilai ambang batas aman," ucapnya.

Selain itu, lanjut Eko, potensi bahaya sekunder saat erupsi terjadi berupa aliran lahar yang berasal dari material piroklastik yang jatuh di bagian lereng dan terbawa air hujan mengikuti alur-alur sungai yang berhulu dari Gunung Awu.

Pengamatan visual Gunung Awu menunjukkan sedikit gejala perubahan berupa kemunculan asap dari kubah dan adanya kenaikan jumlah gempa vulkanik yang sangat signifikan. Hal itu mengindikasikan sedang terjadi proses peretakan batuan di bawah tubuh Gunung Awu yang diikuti dengan pergerakan fluida (gas, cairan, padatan batuan) ke permukaan yang lebih dangkal.

"Nilai energi gempa menunjukkan peningkatan drastis pada periode 9 dan 10 Mei, berkaitan dengan kenaikan jumlah gempa-gempa vulkanik," kata dia.

Selama status siahga, Badan Geologi mengimbau kepada masyarakat dan wisatawan agar tidak mendekati dan beraktivitas di dalam radius 3,5 km dari kawah puncak Gunung Awu.

Masyarakat di sekitar Gunung Awu diharap tetap tenang dan tidak terpancing isu-isu mengenai aktivitas Gunung Awu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

"Masyarakat harap mengikuti arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat," tuturnya.

Saat ini, PVMBG terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, BPBD, dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe dalam upaya memitigasi erupsi Gunung Awu.

Baca juga artikel terkait GUNUNG BERAPI atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Gilang Ramadhan