Menuju konten utama

Startup Singapura Caplok UrbanIndo, Siapa Lagi Berikutnya?

UrbanIndo hanya satu dari sekian situs jual beli properti yang jatuh ke tangan asing.

Startup Singapura Caplok UrbanIndo, Siapa Lagi Berikutnya?
Ilustrasi jual beli properti. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Bisnis rintisan atau startup di Indonesia terus menjadi bidikan para perusahaan global. Di bidang layanan situs jual beli properti, beberapa akuisisi sudah terjadi seperti baru-baru ini dialami UrbanIndo.

UrbanIndo, sebuah startup yang menyajikan informasi properti asal Bandung diakuisisi dengan nilai yang masih dirahasiakan oleh 99.co, sebuah perusahaan asal Singapura.

“Ya, kita UrbanIndo diakuisisi 99.co,” kata Rurin Claradiesty, Vice President of Public Relations 99.co kepada Tirto.

Akuisisi ini akan memperkuat posisi mereka sebagai salah satu portal properti di Indonesia dan Singapura.

"Tim kami sangat percaya bahwa dengan sinergi antara perusahaan teknologi properti terkemuka di kedua negara, kami akan memberikan lebih banyak produk baru yang menarik di masa depan untuk melayani pembeli, agen, dan pemain real estate utama di tingkat regional," kata Petra Barus, Chief Technology Officer UrbanIndo dalam keterangan resminya.

UrbanIndo didirikan oleh Arip Tirta dan Deepak Gupta pada 2011. Data dari Similiar Web mencatat UrbanIndo berada di posisi ke-943 situsweb Indonesia. UrbanIndo, per bulan Desember kemarin, memperoleh lalu-lintas internet sebanyak 1,97 juta kunjungan. Ini menjadikan UrbanIndo salah satu startup di bidang properti yang menjanjikan.

Sebelum aksi pembelian UrbanIndo oleh 99.co berhembus, dalam catatan crunchbase, UrbanIndo telah dua kali mendapatkan pendanaan Seri A. Pendanaan pertama terjadi pada 10 Mei 2012, tak tercantum berapa nilai dana yang diterima. Pendanaan berikutnya terjadi pada 5 Juni 2013. Saat itu, uang senilai $2 juta mengalir ke UrbanIndo.

Di dua pendanaan itu, East Ventures merupakan salah satu firma investasi startup yang menyokong UrbanIndo. East Ventures mengklaim telah sukses mengentaskan empat startup menyandang predikat unicorn.

Usai dua pendanaan tersebut, pada pekan keempat Januari 2018, pihak 99.co resmi melakukan akuisisi terhadap UrbanIndo. 99.co bukanlah startup biasa, perusahaan yang didirikan oleh Darius Cheung dan Conor McLaughlin pada 2014 disokong oleh Eduardo Saverin, salah satu sosok pendiri raksasa media sosial Facebook.

Data dari CrunchBase mencatat hingga kini, 99.co telah berhasil memperoleh pendanaan sekitar US$10,1 juta. Darius Cheung, dalam laporan Business Times, mengungkapkan soal akuisisi terhadap UrbanIndo oleh 99.co “akan membawa 99.co mengalami pertumbuhan 10 kali lipat di Indonesia.”

Akuisisi UrbanIndo oleh startup asal Singapura menambah daftar startup di bidang properti asal Indonesia yang bergabung dengan jaringan entitas bisnis asing. Rumah.com, Rumahdijual.com, dan Rumah123.com, merupakan startup di bidang properti Indonesia yang lebih dahulu mengalaminya.

Rumah.com merupakan bagian dari PropertyGuru, suatu perusahaan konsultan properti yang berasal dari Singapura. PropertyGuru didirikan oleh Jani Rautianen dan Steve Melhwish pada 2006 lalu. Meskipun berasal dari Singapura, PropertyGuru mendapat suntikan dana dari pemodal asal Indonesia.

Pada Juni 2015, EMTEK, perusahaan konglomerasi asal Indonesia yang menaungi Liputan6 dan Bukalapak, bersama-sama dengan TPG dan Sequence Capital menyuntik PropertyGuru sebesar S$175 juta.

Selanjutnya pada Desember 2015, Rumahdijual.com, startup yang didirikan oleh Yohanes Aristianto, bergabung dengan PropertyGuru. Ini terjadi karena Rumahdijual.com dibeli oleh Rumah.com.

Sementara itu Rumah123.com sempat menjadi bagian dari iProperty Group, sebelum pada akhirnya sejak Februari 2016, Rumah123.com sudah jadi bagian REA Group. REA Group merupakan perusahaan portal properti yang berbasis di Australia. REA Group membeli seluruh saham iProperty Group.

Ali Tranghanda, Executive Director Indonesia Property Watch, mengungkapkan bahwa penguasaan startup jual-beli properti di tangan asing bukan hal yang mengkhawatirkan.

“Memang persaingan kapital, startup lokal dikuasai asing. Pengaruhnya tidak ada. Ini mungkin masalah data. Mau nggak mau data kita ke sana. Tapi relatif nggak sebesa seperti e-commerce, data terbatas pada agen-agen properti saja. Nggak masalah,” kata Ali kepada Tirto.

infografik situs properti

Ali mengungkapkan bahwa ketertarikan entitas bisnis asing masuk ke pasar properti di Indonesia salah satunya karena bonus demografi. Populasi penduduk usia produktif di Indonesia meningkat, terutama dikuasai kalangan muda yang akan atau baru menikah yang membutuhkan rumah.

Pada laporan 2017 yang dirilis Lamudi, salah satu pemain di bidang jual-beli properti online. Dalam laporan mereka disebutkan bahwa pengunjung Lamudi yang mencari properti didominasi kalangan berusia antara 25 tahun hingga 34 tahun atau setara 41,97 persen.

Selain bonus demografi, keterkaitan asing terhadap properti Indonesia adalah soal harga. Menurutnya, properti di Indonesia relatif lebih murah dibandingkan negara-negara di kawasan Asia lain.

“Jadi artinya pasar termasuk Singapura negaranya mahal, mereka beralih, berlomba-lomba masuk ke indonesia,” terangnya. “Indonesia seksi di mata asing,” kata Ali.

Selain itu, masuknya pemain asing pada startup properti di Indonesia membuka peluang properti Indonesia dijajakan pada pasar asing. Begitupun sebaliknya, para pemburu properti asal Indonesia dapat ditawarkan properti-properti dari luar.

“Indonesia ke asing, asing ke Indonesia,” terang Ali.

Layanan serupa juga ditawarkan oleh UrbanIndo, Rumah.com, serta Rumah123.com, memang menjanjikan. Realtor, portal properti asal AS dalam laporannya berjudul “Real Estate in a Digital Age 2017 Report” menyebut bahwa kini layanan online lebih diutamakan masyarakat untuk mencari informasi properti. Pada 1981, sebanyak 22 persen pembeli rumah menggunakan koran untuk mencari rumah di iklan baris. Pada 2016, sebanyak 44 persen pembeli rumah mencari informasi menggunakan media online.

Di sisi pengembang pun melakukan langkah serupa. Lebih dari 90 persen firma properti memiliki situsweb, termasuk memasang informasi jualannya di situswebnya.

Manisnya layanan ini didukung oleh permintaan properti yang menghangat. Laporan JLL Indonesia bertajuk “Jakarta Property Market Review Q3 2017” mengatakan bahwa pasar properti memang bergairah. Ini terkait dengan pertumbuhan ekonomi di angka 5,1 persen di kuartal III-2017. Properti di berbagai sektor, terutama perkantoran mengalami peningkatan permintaan. JLL menyebut, firma teknologi yang kini sedang menanjak menjadi penyumbang terbesar permintaan di bidang perkantoran.

Sementara itu, dalam laporan Collier Quarterly Q3 2017 menyebut bahwa sektor properti, terutama apartemen di Jakarta, diperkirakan akan tumbuh di tahun 2018 ini terutama terkait dengan ajang Asian Games maupun ekspatriat yang bekerja di proyek-proyek khusus di Jakarta.

Prospeknya properti di Indonesia tentu menjadi daya tarik bagi pemain global. Setelah UrbanIndo tak menutup kemungkinan situs sejenis bakal dikuasai asing.

Langkah akuisisi oleh perusahaan global di Indonesia tentu tujuannya untuk memperluas pasar mereka. Namun, ada beberapa akuisisi terjadi justru bagian dari strategi menghadang kompetitor, membelinya lalu membenamkannya seperti pada e-commerce Tokobagus dan Berniaga.

Apakah ini akan terjadi juga dengan startup jual beli properti?

_____________________

Catatan: Pada naskah ada koreksi soal akuisisi Rumah123.com oleh REA Group, yang sebelumnya tertulis masih dimiliki oleh iProperti Group.

Baca juga artikel terkait STARTUP atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra