tirto.id - Kementerian Keuangan telah membuat skenario anjloknya pertumbuhan ekonomi kuartal II atau Q2 2020. Dalam skenario itu, seluruh komponen pengeluaran yang menjadi tolak ukur pertumbuhan ekonomi tercatat minus dan kontraksi dobel digit pada ekspor-impor.
Dalam paparan Kementerian Keuangan, Kamis (9/7/2020) di Badan Anggaran DPR RI, skenario dibagi dalam rentang buruk sampai baik. Pada skenario terburuk, pertumbuhan ekonomi Q2 2020 keseluruhan bisa minus 5,1 persen dan posisi terbaiknya di kisaran minus 3,5 persen.
"Di kuartal kedua, kita perkirakan akan terjadi penurunan dari pertumbuhan ekonomi kita yang menggunakan titik [tengah] di minus 3,8 persen,” ucap Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam rapat Banggar DPR RI.
Detailnya, skenario pertumbuhan konsumsi pada Q2 2020 diprediksi minus 4,1 persen sampai minus 2,5 persen. Lalu konsumsi pemerintah diprediksi minus 5,9 persen sampai minus 2,3 persen.
Estimasi pertumbuhan Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB) yang mengukur investasi lebih buruk dari konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Perkiraan Q2 2020 berada di kisaran minus 7,4 persen sampai 5,8 persen.
Lalu skenario ekspor-impor menjadi yang terburuk pertumbuhannya. Ekspor diperkirakan minus 24,9 persen sampai minus 23,3 persen. Impor diprediksi tumbuh minus 28,7 persen sampai minus 27,1 persen.
Perkiraan Q2 2020 ini menunjukkan penurunan pertumbuhan signifikan dibanding Q1 2020. Secara berturut-turut capaian Q1 kemarin adalah konsumsi 2,7 persen, konsumsi pemerintah 3,7 persen, PMTB 1,7 persen, ekspor 0,2 persen, dan impor minus 2,2 persen.
Prediksi ini turun jauh dibanding perkiraan Kemenkeu, Senin (6/4/2020) yang masih optimistis pertumbuhan tahun 2020 bisa mencapai 2,3 persen.
Rinciannya, konsumsi Q2 2020 diprediksi bisa dijaga di angka 2,3 persen, PMTB bisa ditahan minus 0,3 persen, konsumsi pemerintah tetap tumbuh positif 9,7 persen. Sementara itu, ekspor diyakini masih bisa dijaga di minus 18,3 persen dan impor minus 22,4 persen.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri