tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut ada 2,67 juta pengangguran baru di Indonesia akibat pandemi COVID-19. Berdasarkan data paparannya, jumlah tersebut otomatis menambah jumlah pengangguran nasional di Indonesia menjadi 9,77 juta orang.
“Pengangguran melebar terkena imbas kontraksi pertumbuhan ekonomi, mulai dari pemutusan hubungan kerja, pekerja dirumahkan, dan penurunan jam kerja. 2,6 juta terdiri dari 2,36 juta angkatan kerja baru yang kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan juta dan terjadi penurunan lapangan kerja yang diciptakan sebesar 310 ribu,” jelas dia dalam Konferensi Pers Virtual APBN KITA, Senin (23/11/2020).
Ia menyebut jumlah pengangguran meningkat tak hanya terjadi di kota, tapi juga di desa. Misalnya tingkat pengangguran di desa meningkat 4,17 persen, sementara di kota lebih parah yaitu mencapai 8,98 persen.
Kondisi tersebut, kata Sri Mulyani, berdampak pada meningkatnya jumlah pekerja informal.
“Jadi dalam hal ini kita melihat banyak masyarakat bergerak dari sektor formal tadinya 44,12 persen di 2019 menjadi 39,53 persen dan mereka sekarang bekerja di sektor informal, sehingga pekerja informal naik," kata dia.
Adanya penambahan penganggur akibat pandemi secara menyeluruh sebenarnya berdampak luas ke 29,12 juta pekerja. Per April-Agustus 2020, kata Sri Mulyani, ada 2,56 juta pekerja ter-PHK, 760 ribu bukan angkatan kerja, 1,77 juta pekerja sementara tidak bekerja, dan 24,03 juta orang mengalami pengurangan jam kerja.
"Jadi kondisi ini akan pengaruhi tingkat kesejahteraan mereka, ini tantangan yang harus kita selesaikan, jadi kita harus waspada," kata dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Abdul Aziz