tirto.id - Hingga Januari 2021, realisasi pembiayaan utang APBN telah menyentuh Rp165,8 triliun. Realisasi ini naik 143 persen dari periode sama 2020 dengan Rp68,2 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan kenaikan tajam realisasi utang ini disebabkan karena perbedaan defisit APBN 2020 dan 2021. Tahun lalu, defisit diperkirakan 1,76 persen. Pada 2021, defisit sudah menyentuh 5,7 persen dari PDB.
“Defisit Januari. Karena defisit meningkat tajam. Januari 2020 APBN belum direvisi. Defisit itu masih 1,76 persen, sekarang sudah 5,7 persen sejak awal tahun,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual, Selasa (23/2/2021).
Defisit pada tahun 2021 ditetapkan senilai Rp1.006,4 triliun. Angka ini meningkat dari posisi defisit awal tahun 2020 yang belum direvisi sesuai Perppu dan Perpres 72/2020 dengan nilai Rp307,2 triliun.
Dengan defisit melebar sejak awal 2021, pemerintah mencari pembiayaan utang lewat penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) hingga penarikan pinjaman lebih awal juga. Hal ini tercermin oleh peningkatan tajam realisasi SBN Januari 2021.
Penerbitan SBN netto Januari 2021 menyentuh Rp169,7 triliun naik 135,7 persen dari realisasi Januari 2020 yang hanya Rp72 triliun.
“Sampai 31 Januari 2021 pembiayaan utang mencapai Rp165,8 triliun penerbitan SBN Netto Rp169,7 triliun. Naik 135,7 persen dari tahun lalu,” ucap Sri Mulyani.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali