Menuju konten utama

Sri Mulyani: Indonesia Butuh Pertumbuhan Investasi 8 Persen

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan Indonesia memerlukan pertumbuhan investasi di atas 8 persen per tahun agar mampu memenuhi target pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding sekarang. 

Sri Mulyani: Indonesia Butuh Pertumbuhan Investasi 8 Persen
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri) dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro (kanan) menyimak arahan Presiden Joko Widodo saat sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Rabu (15/3/2017). Sidang kabinet tersebut membahas kapasitas fiskal (Resource Envelopes) dan pagu anggaran indikatif RAPBN 2018, sera peningkatan peringkat Ease of Doing Business (EODB) tahun 2018. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.

tirto.id - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan Indonesia membutuhkan pertumbuhan investasi di atas 8 persen per-tahun agar mendapatkan skenario pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari sekarang.

"Presiden sangat menekankan skenario apapun, semuanya membutuhkan investasi yang lebih besar. Jadi growth (pertumbuhan red) dari investasi harus di atas 8 persen year per year," kata Sri di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, pada Rabu (15/3/2017) seperti dikutip Antara.

Sri mengatakan pertumbuhan investasi saat ini berada di kisaran 6 persen per-tahun. Makanya, menurut dia, untuk bisa mencapai pertumbuhan investasi 8 persen itu tidak mungkin hanya mengandalkan APBN yang saat ini juga masih defisit. Pemerintah berharap pertumbuhan itu datang dari investasi sektor swasta.

"Termasuk kontribusi dari kredit perbankan, capital market, dari sisi BMN capexnya dan PMA, PMDN," kata Sri.

Sementara inflasi, menurut Sri, tetap diasumsikan antara 4,5 plus minus 1. Nilai tukar rupiah sebesar Rp13.300-13.000 atau maksimal Rp13.900 per dolar AS.

Pertumbuhan ekonomi pada 2018, yang ditargetkan berkisar 5,2-6,1 persen, akan disesuaikan tergantung pada perkembangan ekonomi sepanjang semester 1 2017.

Sri Mulyani menambahkan defisit APBN akan diberikan rambu-rambu pada kisaran 2-2,2 persen sehingga diharapkan masih dapat terkendali dengan baik.

"Bahkan, pemerintah dalam hal ini tidak hanya memperhatikan defisit total tapi juga primary balancenya diharapkan bisa lebih turun ke 0,5. Ini sesuatu yang harus kami kombinasikan antara penerimaan negara yang harus tumbuh, tax ratio yang harus tumbuh jadi 11 persen, dan belanjanya harus semakin terfokus pada hal-hal produktif," kata Sri.

Saat memberikan arahan sidang paripurna kabinet pada hari ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2018 mampu terkerek di poin 5,4 hingga 6,1 persen. Dia berpendapat target ini realistis dan kredibel.

"Saya ingin menekankan RAPBN 2018 harus disusun dengan semangat optimisme, tapi harus realistis dan kredibel sejalan dengan perbaikan ekonomi dunia. Kita juga harus berani meningkatkan target pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4 hingga 6,1 persen," kata Jokowi.

Karena itu, Jokowi memerintahkan kepada semua kementerian bekerja keras dan melakukan langkah konkret untuk mewujudkan target pertumbuhan tersebut. Jokowi juga melarang para anak buahnya hanya bekerja monoton, linier, dan biasa-biasa saja.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom