Menuju konten utama

Sri Mulyani (Akhirnya) Pulang Lagi

Enam tahun yang lalu, ia berurai air mata meninggalkan Kementerian Keuangan. Sri Mulyani memilih terbang ke Washington untuk mengabdi ke Bank Dunia, ketimbang menjadi bulan-bulanan ketika menyelamatkan Bank Century. Kini, Sri Mulyani mendapatkan amanat jabatan yang sama.

Sri Mulyani (Akhirnya) Pulang Lagi
Sri Mulyani memberikan kuliah umum di fakultas hukum Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. [Tirto/Andrey Gromico]

tirto.id - Kamis sore, 20 Mei 2010, suasana kantor Kementerian Keuangan tiba-tiba hening. Semua orang terdiam ketika bekas orang nomor satu di “Lapangan Banteng” itu memberikan pidato perpisahannya. Itulah hari terakhir Sri Mulyani Indrawati berdiri di kantor yang sudah dihuninya sejak 2005.

“Saya ingin menyampaikan untuk mohon pamit,” kata Sri Mulyani mengawali kata perpisahannya.

Baru satu kalimat, Sri Mulyani yang mengenakan kebaya berwarna hijau itupun terdiam. Sekitar 30 detik ia berusaha menguasai emosinya hingga akhirnya tepuk tangan dari hadirin menyemangati Sri Mulyani untuk kembali melanjutkan pidatonya.

“Saya boleh menangis karena sudah bukan Menteri Keuangan,” lanjut dia sambil tersenyum dan disambut applause dari hadirin.

“Menteri keuangan enggak boleh nangis pak Agus (Agus Martowardojo), nanti Rupiah terguncang,” candanya kepada Agus Martowardojo yang ditunjuk sebagai Menkeu baru.

“Ini ekspresi kelegaan. Saya menyampaikan kelegaan. Menyampaikan pamit kepada teman-teman yang sudah memberikan yang terbaik,” lanjut wanita kelahiran Bandar Lampung, 26 Agustus 1962 itu. Ia pun menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantunya selama menjadi menteri keuangan.

Itulah akhir dari karier gemilang Sri Mulyani sebagai pejabat negara. Ia memutuskan menerima tawaran sebagai Managing Director Bank Dunia, setelah menjadi “bulan-bulanan” para politisi dalam kasus penyelamatan Bank Century (kini Bank Mutiara). Sebuah upaya penyelamatan perekonomian negara dari krisis yang kemudian dipolitisir sehingga Sri Mulyani harus memikul bebannya.

Padahal prestasinya sebagai menteri keuangan sangatlah cemerlang. Ia merupakan Menkeu yang sukses merintis reformasi birokrasi. Semua orang pasti mengakui keberhasilan Sri Mulyani menerapkan upaya itu. Sri Mulyani pula orang yang mempersilakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk masuk ke Direktorat Jenderal Bea Cukai (BC) sehingga bisa menemukan adanya kenakalan-kenakalan oknum saat menerima gepokan-gepokan uang suap.

Segelintir oknum-oknum nakal Kemenkeu memang masih saja ditemukan, tetapi setidaknya Sri Mulyani telah meletakkan dasar yang kuat di Kemenkeu melalui reformasi birokrasi. Ia ubah mental seluruh pegawai Kemenkeu untuk berani bersih dan melayani masyarakat. Di kemudian hari, reformasi birokrasi di Kemenkeu yang dirintis oleh Sri Mulyani diadopsi oleh sejumlah kementerian dan lembaga lainnya.

Alumnus University of Illinois, Amerika Serikat (AS), ini juga beberapa kali menerima penghargaan atas kinerjanya yang luar biasa sebagai Menkeu. Pada 2006 majalah Euromoney memberikan penghargaan sebagai Finance Minister of the Year. Sedangkan Emerging Markets memilihnya sebagai Menteri Keuangan terbaik di Asia dua tahun secara beruntun, 2007 dan 2008.

Peran Sri Mulyani begitu penting ketika Indonesia terkena imbas krisis global tahun 2008. Krisis di Amerika Serikat (AS) kemudian menjamur ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Namun, kesigapan pemerintah, membuat Indonesia berhasil menahan gempuran krisis tersebut. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun mengakui peran besar Sri Mulyani saat menangani krisis 2008 itu.

“Negara mencatat kerja keras dan kegigihan saudari. Selamatnya Indonesia dari krisis karena kerja keras saudari,” kata presiden kepada Sri Mulyani, saat melantik Menkeu baru Agus Martowardojo Mei 2010 lalu.

Sri Mulyani pun “menghilang” beberapa saat, sebelum akhirnya sebuah media asing memuat fotonya sedang berjalan di Washington. Mengenakan batik berwarna abu-abu, Sri Mulyani tampak tersenyum dengan cerah. Beban-beban yang sempat terlihat di wajahnya seperti hilang. Ia rupanya sangat menikmati pekerjaan barunya.

“Saya sangat bergairah bisa bergabung dengan Bank Dunia. Saya tahu ini adalah institusi yang sangat prestisius. Dan saya tahu bahwa sekarang ini adalah waktu yang menantang bagi Bank Dunia untuk berubah dan merespons terhadap kebutuhan-kebutuhan baru para kliennya,” ungkap Sri Mulyani dalam wawancara pertamanya yang dimuat di situs Bank Dunia.

Prestasi Sri Mulyani semakin gemilang di Bank Dunia. Namanya sempat disebut-sebut masuk dalam daftar Presiden Bank Dunia. Sri Mulyani bahkan menguasai 81 persen suara dalam polling tentang siapa yang akan menjadi Presiden Bank Dunia selanjutnya, menggantikan Robert Zoellick. Polling tersebut memang tidak bisa dijadikan patokan dan Sri Mulyani akhirnya batal menjadi Presiden Bank Dunia. Namun setidaknya hal itu bisa menjadi hal yang membanggakan karena ada nama salah satu tokoh dari Indonesia yang diperhitungkan untuk memimpin salah satu institusi paling berpengaruh di dunia. Apalagi di kemudian hari, Sri Mulyani mendapatkan tambahan kepercayaan sebagai Chief Operating Officer (COO).

Per November 2013, Sri Mulyani pun menjabat sebagai Direktur Pelaksana sekaligus COO. Praktis ia pun menjadi orang nomor dua di Bank Dunia. Sebagai COO, Sri Mulyani bertanggung jawab untuk operasi di semua wilayah dan jaringan terkait pembangunan manusia, pembangunan berkelanjutan, pengurangan kemiskinan, manajemen ekonomi, serta pengembangan sektor swasta. Sebuah pekerjaan yang sangat berat untuk menangani dunia, yang diemban oleh seorang wanita dari Indonesia.

Dari semua rekam jejaknya itu, Sri Mulyani kemudian sering masuk dalam daftar orang paling berpengaruh di dunia. Pada edisi terakhir, yakni 2013, Sri Mulyani berada di urutan ke-55 Wanita Paling Berpengaruh di Dunia versi majalah Forbes. Tahun sebelumnya, Sri Mulyani duduk di posisi 72. Forbes menulis Sri Mulyani merupakan wanita paling senior yang duduk di bank dunia sejak Mei 2010 sebagai Direktur. Ia mengawasi negara-negara di bagian Asia dan Afrika, Amerika Latin hingga Timur Tengah. Sri Mulyani juga pernah berhasil membawa Indonesia bertahan dari serangan krisis keuangan global tanpa cedera sedikitpun ketika menjadi Menteri Keuangan.

Komitmennya terhadap pemberantasan korupsi juga selalu menjadi berita internasional. Sebuah organisasi di bawah Thomson Reuters Foundation yang bergerak di bidang hak asasi wanita, TrustLaw menggambarkan Sri Mulyani sebagai sosok yang memegang peranan penting memberantas korupsi.

"Seorang perempuan dapat membuat perbedaan besar dalam melawan korupsi. Sri Mulyani Indrawati adalah buktinya. Sri Mulyani memiliki reputasi yang bisa dibilang berani ketika ia membersihkan pajak di Indonesia dan meningkatkan pendapatan negara sebagai Menteri Keuangan wanita pertama di negaranya," jelas TrustLaw dalam artikelnya.

Sri Mulyani juga pernah masuk dalam daftar 'The Most Powerful Woman You've Never Heard Of' yang dirilis oleh Foreign Policy. Foreign Policy yang merupakan sebuah majalah di bawah divisi The Washington Post Company. Ini merupakan majalah dua bulanan di AS yang didirikan pada tahun 1970 oleh Samuel P. Huntington.

Dalam majalah edisi Mei-Juni 2012, Sri Mulyani berada di posisi 18 wanita yang paling berpengaruh yang tidak pernah anda dengar. Ia tidak kalah dari Presiden Kosovo Atifete Jahjaga, Calon Presiden Meksiko Josefina Vasquez Mota dan Kanselir Jerman Angela Merkel.

Penghargaan demi penghargaan terus dikantongi oleh Sri Mulyani. Namanya pun semakin mendunia. Namun ia tetap membumi. Sesekali ia tetap datang ke Indonesia dalam kapasitasnya sebagai pejabat Bank Dunia dan memberikan nasihat-nasihatnya tentang perekonomian Indonesia.

Sri Mulyani juga sepertinya tidak terlalu terbebani oleh kritikan dari para politikus yang terus menerus menyerangnya karena menyelamatkan Bank Century. Ibu 3 anak ini maju terus sehingga kariernya di dunia internasional terus meningkat. Secara terbuka, Ia mengungkapkan alasan mengapa ia sangat menikmati dan mencintai pekerjaannya sekarang.

"Berjalan keluar dari Bandar Udara Keflavik (Islandia) dengan hempasan angin arktik di wajah saya hingga 50 km per jam. Saya berpikir, I love my job (saya mencintai pekerjaan saya)," ungkap Sri Mulyani , dalam sebuah tulisan di blog-nya di situs Bank Dunia.

"Pekerjaan di mana seorang penduduk tropis seperti saya menikmati keramahan penduduk Islandia dan memperbolehkan saya untuk belajar dari pengalaman mereka yang sulit hingga berada di atas. Dengan 320.000 warganya dan dengan negara yang hanya seukuran negara bagian Kentucky, subkutub Islandia memiliki banyak pelajaran untuk mengembangkan pembangunan," imbuh Sri Mulyani.

Kiprah Sri Mulyani di dunia internasional sepertinya akan segera terhenti. Presiden Joko Widodo memanggilnya pulang. Ia kembali mendapat amanat jabatan sebagai menteri keuangan. Sri Mulyani menggantikan Bambang Brodjonegoro yang dipindah menjadi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas. Pos itu dulunya pernah diduduki oleh Sri Mulyani sebelum menjadi menteri keuangan.

Namanya sempat disebut-sebut ketika Presiden Jokowi menyusun kabinet. Pos menteri keuangan kabarnya sudah ditawarkan. Namun, Sri Mulyani tampaknya masih trauma dengan ganasnya politik di Indonesia. Ia memilih bertahan di Bank Dunia. Kini, situasi politik sudah berubah. Sri Mulyani akhirnya mau kembali ke tanah air.

Pepatah bijak mengatakan: sesuatu yang pergi, meskipun kembali ia tak akan sama lagi. Apakah Sri Mulyani demikian?

__________

Baca juga artikel terkait berikut:

Serba-Serbi Sejarah Kabinet di Indonesia

Baca juga artikel terkait RESHUFFLE atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Nurul Qomariyah Pramisti
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti