Menuju konten utama

Sopir Angkot Tanah Abang Merasa Dikhianati Anies-Sandiaga

Dari pantauan Tirto, para sopir angkot yang telah beraudiensi dengan Dishubtrans DKI kembali ke depan Balai Kota dan bergabung di kerumunan massa.

Sopir Angkot Tanah Abang Merasa Dikhianati Anies-Sandiaga
Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi Jakarta Andry Yansyah memimpin audiensi tertutup bersama sopir angkot yang Berdemo di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (22/1/18). tirto.id/Hendra Friana

tirto.id - Ratusan sopir angkutan umum (angkot) yang berdemo di depan Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (22/1/2018) gagal menemui Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI, Sandiaga Uno untuk menyampaikan aspirasi terkait penutupan Jalan Jatibaru, Tanah Abang.

Usai ditemui oleh Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta, Andri Yansyah, mereka tidak membubarkan diri, melainkan terus berorasi di depan pagar Balai Kota DKI yang dijaga ketat anggota kepolisian.

Alasan tidak membubarkan diri, mereka kecewa dengan audiensi yang dilakukan bersama Kadishubtrans di lantai 15 gedung H Balai Kota Jakarta. Dari pantauan Tirto, para sopir angkot yang telah beraudiensi kembali ke depan Balai Kota dan bergabung di kerumunan massa. Mereka berorasi menyampaikan hasil audiensi yang disambut dengan sorakan kecewa.

"Ke mana Gubernur-Wakil Gubernur, tidak bisa dipercaya. Hanya jago omong. Suka berkhianat,” teriak salah seorang orator.

Menurut koordinator aksi Andreas B Rehaery, apa yang dibahas sama sekali tidak menghasilkan solusi, melainkan hanya bersifat normatif terkait dengan sikap dishub terhadap para sopir angkot di sekitar tanah Abang.

"Kami sebenarnya minta ditemui oleh gubernur dan wakil gubernur, tapi mereka tidak bisa. Besok kami dijanjikan untuk bertemu lagi sama Dishub, tapi teman-teman masih tetap akan di sini," ujarnya saat ditemui di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (22/1/2018).

Adapun tuntutan mereka, antara lain: Pertama, dibukanya kembali jalan Jatibaru karena menurutnya telah melanggar UU No. 22 tahun 2009 tentang UU Lalu Lintas Angkutan Jalan. Kedua, terabaikannya hak-hak warga menggunakan trotoar. Ketiga, sulitnya akses masyarakat ke Stasiun Tanah Abang serta terganggunya integrasi antarmoda angkutan yang semula ada di jalan tersebut.

"Akibat penutupan jalan, angkutan tidak dapat melintasi trayek yang biasa mereka lewat. Ini mempengaruhi pendapatan mereka (sopir angkot) dan penumpang juga jadi bingung," imbuhnya.

Dishub Kembali Gelar Pertemuan Besok

Sementara itu, Andri Yansyah menyampaikan bahwa pihaknya akan kembali menggelar rapat bersama para perwakilan sopir angkot, di kantornya di Jalan Taman Jatibaru, Tanah Abang, besok (23/1/12018).

Tujuannya, kata Andri, adalah mengetahui trayek mana saja yang sebenarnya beroperasi di jalan tersebut dan solusi untuk modifikasi trayek karena terdapat perubahan rute akibat penutupan jalan.

"Nanti itu juga akan kita bahas sama-sama [dengan perwakilan sopir angkot], akan kita lihat trayek-trayek mana saja yang bisa dimungkinkan untuk dilakukan modif," kata dia.

Nantinya, ketentuan itu akan dimasukkan ke dalam berita acara untuk selanjutnya dijadikan standar operasional prosedur (SOP) para petugas Dishub DKI dalam melakukan penertiban.

Selain masalah trayek, Dishubtrans juga bakal membentuk tim khusus bersama dengan perwakilan masing-masing angkot yang melintasi Tanah Abang, seperti M03, M08 dan M10, untuk mengontrol jumlah angkot yang beroperasi dalam satu trayek.

“Jadi izin yag dikeluarkan, katalanlah dua ratus, tapi yang operasional 100 sampai 300. Untuk hal itu kami sepakat nih besok jam 9 akan membuat tim kecil,” ujarnya.

Andri melanjutkan “jadi kita betul-betul mengkomparasi data sehingga kami betul-betul tahu, berapa sih sebetulnya armada yang diizinkan untuk beroperasi.”

Baca juga artikel terkait PENATAAN TANAH ABANG atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Abdul Aziz