Menuju konten utama

Soal Tuduhan Mahar Politik, PAN Bisa Coret AHY dari Bursa Cawapres

Dengan tuduhan tersebut, nama AHY akan dicoret dari pertimbangan PAN," kata Drajad.

Soal Tuduhan Mahar Politik, PAN Bisa Coret AHY dari Bursa Cawapres
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. tirto.id/Haris Prabowo.

tirto.id -

Anggota Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Drajad Wibowo menyatakan kemungkinan tidak akan menimbang nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai calon wakil presiden. Kesempatan itu tertutup setelah Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief melontarkan tuduhan PAN menerima uang Rp500 miliar untuk memuluskan langkah Prabowo maju dalam Pilpres 2019.

"Tuduhan AA [Andi Arief] itu merugikan Demokrat dan AHY sendiri. Nama AHY sebenarnya termasuk yang dipertimbangkan oleh PAN. Dengan tuduhan tersebut, nama AHY akan dicoret dari pertimbangan PAN," kata Drajad saat dikonfirmasi Tirto, Kamis (9/8/2018) sekitar pukul 10.30 WIB.

PAN memandang, ujaran Andi Arief telah merusak komunikasi Demokrat dengan partai lain, termasuk PAN. Mereka beralasan, tuduhan tersebut sebagai tuduhan yang jahat. Bahkan, Drajad menegaskan dukungan PAN terhadap Prabowo bisa berubah apabila mantan Danjen Kopassus itu memilih AHY sebagai cawapres.

"Prabowo sudah tahu sikap PAN jika hal ini terjadi," kata Drajad.

Drajad mengakui, PAN membuka opsi nama Sandiaga Uno sebagai wakil Prabowo dalam Pilpres 2019. Namun, partai berlambang matahari itu ingin Prabowo disandingkan dengan Zulkifli Hasan (Ketua Umum PAN). Sampai saat ini, Drajat mengklaim posisi Sandi berada di bawah Zulhas.

"Kami juga belum tahu apakah Sandi akan mundur dari Gerindra dan atau masuk PAN. PAN —khususnya pak Amien Rais — juga terus berkonsultasi dengan ulama dan habib yang banyak sekali berdatangan ke kediaman Pak Amien," kata Drajad.

Sebelumnya, Andi Arief menyebut Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno setor Rp500 miliar kepada PKS, PAN, dan Gerindra. Uang tersebut sebagai mahar jatah cawapres pendamping Prabowo.

Andi yang juga hadir di rumah SBY menyebut Prabowo sebagai "jenderal kardus". Ia menuding mantan Danjen Kopassus lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Andi juga mengklaim Rp500 miliar yang disetor Sandiaga tersebut benar adanya. Meski demikian, Andi mengatakan menyambut maksud baik Prabowo yang dijadwalkan sambangi rumah SBY pada Kamis (9/8/2018) pagi.

"Bagi kami pertemuan dua jenderal, Prabowo dan SBY, melegakan. Bisa memberi jalan keluar untuk Indonesia yang lebih baik dan tidak terjadi perselingkuhan," pungkas Andi.

Kadiv Advokasi dan Hukum DPP Demokrat Ferdinand Hutehean perlu berkali-kali ditanya hingga akhirnya mengungkap alasan Wasekjen Demokrat Andi Arief mencuit Prabowo Subianto sebagai "Jenderal Kardus" melalui akun twitternya.

Pada mulanya Ferdinand membantah bahwa cuitan itu asli. Menurutnya akun @AndiArief_ diretas.

"Saya dengar tadi kena hack," ujar Ferdinand selepas keluar dari rumah Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (9/8/2018).

Namun, ketika didesak para wartawan, Ferdinand mengungkapkan bahwa cuitan Andi Arief ialah pernyataan emosional semata. Ferdinand berharap hal itu tidak dipermasalahkan lebih lanjut.

"Jangan dipersoalkan. Kita maklumi anak-anak muda kadang ini tapi semua masih dalam komunikasi yang baik berjalan. Kita tunggu besok," ujar Ferdinand.

Pernyataan Andi tersebut membuat relasi Demokrat dan Gerindra renggang. Para kader Gerindra pun balik menyebut SBY sebagai "Jenderal Baper".

Menanggapi kekisruhan itu, Ferdinand mengatakan SBY berusaha meredakan emosi para kader Demokrat. Hal itu pula yang dilakukan SBY dalam pertemuan dengan para petinggi Demokrat di rumahnya. Pertemuan itu digelar sejak Rabu (8/8/2018) pukul 20.00 dan selesai Kamis (9/8/2018) pukul 1.30.

"Ketum terutama meredakan emosi para kader. Itu yang paling banyak. Tidak boleh emosional segala macam," ujar Ferdinand.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri