tirto.id - Pendiri Lembaga Survei SMRC, Saiful Mujani menyebut persentase elektabilitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menduduki jabatan yang sama di periode ketiga hanyalah 15,5 persen. Menurutnya elektabilitas Jokowi sama seperti Ketua Umum Prabowo Subianto yang mendapatkan suara 14,6 persen.
"Elektabilitas Jokowi jauh di bawah Ganjar yang pada simulasi ini mendapatkan suara 23,1 persen, sedikit di bawah suara Anies 17,2 persen," kata Saiful Mujani dalam pemaparan hasil survei pada Kamis (5/1/2023).
Elektabilitas Jokowi terlampau rendah. Saiful menyebut seharusnya Jokowi unggul mendekati 50 persen sebagai orang yang sudah dua kali menjadi presiden dan memiliki tingkat kepuasan publik di atas 70 persen.
"Terlalu jauh gap antara sekitar 74,2 persen yang puas (dengan kinerja Jokowi) dengan yang memilih hanya sekitar 15,5 persen," jelasnya.
Dalam catatan survei SMRC, perolehan Jokowi tertinggi hanya terjadi pada Mei 2021 saat pandemi COVID-19 masih berlangsung. Saat itu Jokowi memperoleh hasil suara sebesar 28,0 persen. Namun suara itu tidak bertahan lama, dan terus menurun hingga akhirnya saat ini berada di angka 15,5 persen.
"Karena itu, kalau menginginkan Pak Jokowi maju lagi untuk ketiga kalinya dalam pilpres dengan asumsi bahwa dia pasti akan dipilih, datanya tidak ada, datanya tidak menunjukkan itu," ujarnya.
Ada sejumlah faktor yang membuat elektabilitas Jokowi anjlok. Di antaranya adalah pikiran publik yang memang menganggap Jokowi tidak akan maju dalam Pilpres. Publik sudah memiliki pilihan tokoh lain seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto.
Menurut Saiful, pemikiran untuk melanjutkan kekuasaan Jokowi karena dia dinilai bagus adalah normal. Namun hal ini akan membuat tidak ada suksesi kepemimpinan. Pemimpin yang dinilai bagus akan terus-menerus dipertahankan. Sehingga menimbulkan masalah demokrasi.
"Sudah ada orang lain yang diharapkan bisa menggantikan Pak Jokowi," terangnya.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Fahreza Rizky