tirto.id - Temuan terbaru dari riset Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) menyimpulkan bahwa situs Candi Adan-Adan tertimbun endapan piroklastik hasil letusan gunung Kelud purba. Situs di Desa Adan-Adan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri tersebut juga tertimbun endapan piroklastik hasil letusan Gunung Kelud dari sejumlah periode berbeda.
Karena itu, menurut Geolog anggota Tim Puslit Arkenas, Agus Setianto ada dugaan pembangunan kompleks Candi Adan-Adan berhenti beberapa kali saat muncul letusan gunung Kelud.
“Ada 11 lapisan (Penimbun Situs Adan-Adan). Yang paling tua itu endapan piroklastik Kelud purba,” kata Agus pada Senin (2/10/2017).
Dia menambahkan, “Nah, di atasnya, ada endapan Paelosol, di mana masyarakat daerah ini sudah hidup dan setelah itu mulai membuat bangunan. Kemudian, saat sedang membangun, terjadi letusan piroklastik dari Kelud, sehingga untuk sementara ditinggal.”
Menurut Agus, pembangunan situs Adan-Adan terindikasi kuat berlangsung berangsur saat Gunung Kelud tidak aktif. Misalnya, diawali pembuatan arca, lantai dan bangunan induk. Lalu, pembangunan terhenti ketika ada erupsi Gunung Kelud di masa berikutnya.
Lapisan piroklastik penimbun situs itu diketahui sangat tebal yaitu sekitar 50 sentimeter dari formasi pasir kasar sampai lapisan abu.
“Tidak sampai lahar, hanya abu piroklastik yang menghujani daerah ini. Itu kenapa kemungkinan banyak bangunan yang ditemukan berformasi unfinish (tak selesai) karena mungkin sering ditinggal,” kata Agus.
Selain itu, menurut dia, adanya lapisan pasir Tufan setebal 40 sentimeter menunjukkan kembali tanda letusan Kelud yang pernah menimbun area situs. Setelah timbunan letusan kelud yang keempat kalinya ini, tidak ditemukan lagi pengaruh signifikan dari letusan Kelud berikutnya.
Situs Adan-Adan Diduga Dibangun Sebelum Abad 11
Dari sisi peninggalan, arkelog Ismail Luthfi, yang menekuni bidang epigrafi, menyimpulkan bahwa situs Adan-Adan bisa dikategorikan sebagai sebuah bangunan candi. Ada beberapa faktor dan temuan yang mendukung kesimpulan itu.
“Pertama, data awal, ada makara. Pada masa yang lebih kuno, makara biasanya perpaduan dengan kala. Namanya kala makara. Kalanya ada di atas, makaranya ada di bawah. Di sini (situs Adan-Adan), kami juga mendapatkan pasangan itu walau sudah tidak bersatu.” kata dosen Arkeologi di Universitas Negeri Malang tersebut.
Temuan dua kepala kala, meskipun pada umumnya empat buah, sudah dapat disimpulkan bahwa bangunan situs ini berdinding. Terdapat ambang pintu, dan di bagian atas terdapat kala. “Jadi, bila direkonstruksi, tentu ada sebuah bangunan ruang berdinding empat,” ujarnya.
Seperti diketahui, keistimewaan dari temuan tim Puslit Arkenas dalam eksavasi tahap kedua di Situs Adan-Adan ini adalah adanya arca Drawapala dengan postur besar berposisi berdiri. Selain itu ukuran makara yang sangat besar dibanding umumnya juga menarik. Apalagi, pola ukirannya khas.
Menurut Luthfi, timnya sempat terkejut saat penggalian, karena semakin ke dalam ditemukan lagi lapisan yang merujuk aktivitas budaya lebih tua.
“Awalnya kami berfikir bahwa ini berasal dari periode awal abad ke-11, ternyata ada kemungkinan di lapisan terakhir yang dibuka masih ada potensi lapisan budaya lagi,” kata Luthfi. “Jika dikaitkan dengan temuan di sekitar daerah sini, memang ada informasi bahwa wilayah Kediri ini sudah jadi wilayah budaya sejak abad ke 9 Masehi, jaman Raja Sindok.”
Meskipun demikian, Luthfi mengatakan umur pasti dari benda-benda purba di situs Adan-Adan baru bisa dipastikan setelah hasil tes laboratorium keluar.
“Kita akan lakukan radiokarbon dating, menggunakan lapisan tanah yang ada. Tapi, dari gaya seni, merujuk pada gaya seni yang jauh sebelum Majapahit. Bahkan sebelum Singasari. Jadi kami simpulkan sementara di masa periode Kerajaan Kediri,” ujarnya.
Namun, dia menambahkan, “Potensi lebih tua dari itu juga ada.”
Sebelumnya, komplek bebatuan candi termasuk makara dan kala, yang sudah muncul di permukaan tanah, ini disebut oleh warga sekitar Desa Adan-Adan dengan nama Candi Gempur. Bahkan, beberapa batu-bata dari struktur candi sudah ada yang berpindah tempat dan fungsi menjadi bangunan warga sebelum akhirnya pihak tim Puslit Arkenas melakukan ekskavasi pertama pada 2016.
Rangkaian ekskavasi tahap kedua yang dilakukan oleh Puslit Arkenas akan berakhir pada Selasa (3/10/2017). Temuan arca dan benda-benda purba lainnya akan dikubur kembali sebagai sebuah langkah prosedur dan keamanan.
Kecamatan Gurah dan Pagu di Kabupaten Kediri selama ini memang dikenal memiliki banyak sekali situs-situs peninggalan bersejarah yang tersebar di banyak desa. Misalnya, petilasan Sri Aji Jayabaya, Arca Totok Kerot, situs Tondowongso, situs Gurah, situs Calonarang, situs Cangkring, situs Semen, situs Babadan dan lainnnya.
Penulis: Tony Firman
Editor: Addi M Idhom