Menuju konten utama

Sinopsis Black Swan, Film Natalie Portman Tentang Sisi Lain Balet

Sinopsis Black Swan, film yang diperankan Natalie Portman tentang sisi lain dari seni pertunjukan balet dan gemerlap lampu sorot panggung.

Sinopsis Black Swan, Film Natalie Portman Tentang Sisi Lain Balet
Ilustrasi film. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Mengisahkan sisi lain dari seni pertunjukan balet dan gemerlap lampu sorot panggung, Black Swan menjadi puncak kejayaan bagi Natalie Portman. Film bergenre psychological thriller ini sukses mengantarkan aktris tersebut dalam merebut piala Oscar pertamanya.

Dirilis pada tahun 2010, Black Swan mengulik kerasnya industri tari yang digambarkan sebagai panggung perhelatan para balerina dalam menunjukkan kehebatannya.

Dikutip dari laman IMDB, Black Swan berhasil memenangkan 97 penghargaan yang diantaranya termasuk Golden Globes Awards. Selain itu, Black Swan juga dapat meraih untung sebesar 331,266,710 juta dolar AS.

Disutradarai oleh Darren Aronofsky, film berdurasi hampir dua jam ini fokus menyoroti realita kisah persaingan para balerina yang ternyata tidak semanis di atas panggung.

Melalui alunan musik klasik dari pertunjukan asli karya Tchaikovsky, Black Swan tak hanya memanjakan mata penonton dengan koreografi yang memukau.

Sentuhan Tchaikovsky dalam Black Swan seperti menyulap penontonnya untuk duduk di balkon gedung opera dan menyaksikan pertunjukan asli Swan Lake.

Dalam film Black Swan, Aronofsky seakan memberikan surat tersirat kepada penonton akan peran penting mental health awareness bagi seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa Black Swan menghadirkan perspektif baru mengenai dunia seni tari melalui setiap adegannya.

Sinopsis Film Black Swan

Black Swan dibuka dengan Nina yang sedang menari dengan rok tutu-nya sebagai Odette sembari ditemani oleh alunan musik karya Tchaikovsky. Menyadari bahwa itu hanya bunga tidur, Nina justru positif untuk mendapatkan peran utama sebagai Odette pada pertunjukan yang akan datang.

Ambisius dan pekerja keras adalah dua kata yang sangat pas untuk mendeskripsikan Nina, penari profesional dari New York City Ballet. Sedari masa pelatihannya, Nina dapat dikatakan sebagai penari yang memiliki teknik yang sempurna. Oleh karena itu, Nina merupakan salah satu orang yang digadang-gadang memiliki masa depan karir yang cerah.

Semua bermula ketika Thomas Leroy sang direktur artistik memberikan kabar yang cukup menggemparkan para penari di New York City Ballet. Principal dancer kebanggaan Leroy memutuskan untuk berhenti menari, mengharuskan dirinya mencari pengganti pemeran utama bagi produksi pertunjukan terbarunya.

Ia mencari satu penari ideal yang dapat memerankan dua karakter sekaligus dalam seri Swan Lake. Hal ini tentunya tidak mudah, dikarenakan dua karakter yang akan diperankan oleh satu prima balerina memiliki kepribadian yang bertolak belakang.

Dua karakter tersebut, Odile dan Odette, menjadi ciri khas yang Leroy ingin tampilkan di pertunjukan Swan Lake. Nina pun merasa sangat tertantang karena jika terpilih, ini menjadi kali pertama ia memerankan dua karakter sekaligus dalam satu pertunjukan.

Karakter Odette digambarkan sebagai angsa yang cantik, anggun, dan menawan. Di lain sisi, Odette mencerminkan sisi gelap dari potret angsa putih yang identik dengan keindahan.

Leroy menilai Nina tidak dapat memerankan dua karakter tersebut secara apik. Memang betul faktanya bahwa Nina sangatlah pas saat memerankan Odile dengan teknik menarinya yang sempurna dan pembawannya yang menawan. Sayangnya, Leroy tidak merasakan hal yang sama terhadap Nina dalam memerankan Odile yang digambarkan sebagai sosok angsa yang tangguh.

Akibat Nina yang justru terkesan terlalu anggun untuk memerankan sosok Odile, Leroy pun terpaksa untuk mengganti niat awalnya. Akhirnya, ia mendatangkan penari baru bernama Lily yang baru saja pindah dari kota Chicago.

Pujian bertubi-tubi dilontarkan oleh sang direktur artistik kepada Lily, saat ia mencoba untuk berdansa memerankan Odile. Tak hanya itu, Leroy pun tak henti membandingkan Nina dengan sang pendatang baru tersebut sehingga membuatnya geram dan merasa tersaingi.

Sifat Nina yang tidak mau kalah akhirnya terus berlatih setiap hari, hingga tanpa sadar ia justru menyakiti dirinya sendiri. Ia stres berat akibat tekanan konstan yang diberikan oleh Leroy. Ia juga kerap menjalani diet ketat, yang ditunjukkan ketika ia menolak untuk memakan bahkan hanya sesuap kue pemberian ibunya.

Film Black Swan menyoroti kisah perjalanan Nina dalam mencuri spotlight dalam memenangkan pemeran utama di pertunjukan Swan Lake. Melewati tekanan batin dan pergulatan emosional, Black Swan berhasil menunjukkan sisi gelap dari industri seni tari yang sering kali diabaikan oleh publik.

Baca juga artikel terkait BLACK SWAN atau tulisan lainnya dari Maysa Ameera Andarini

tirto.id - Film
Kontributor: Maysa Ameera Andarini
Penulis: Maysa Ameera Andarini
Editor: Yantina Debora