Menuju konten utama

Sinopsis Film Farewell My Concubine: Kisah Pemeran Opera Tiongkok

Sinopsis Farewell My Concubine menceritakan dua orang pemeran opera bertahan di tengah gejolak-gejolak sosial.

Sinopsis Film Farewell My Concubine: Kisah Pemeran Opera Tiongkok
Ilustrasi Film. foto/istockphoto

tirto.id - Farewell My Concubine (1993) merupakan film berlatar masa berdirinya Republik Tiongkok hingga Revolusi Kebudayaan era Mao. Dalam era yang silih berganti, film ini menceritakan bagaimana dua orang pemeran opera bertahan di tengah gejolak-gejolak sosial.

Digarap oleh sutradara Chen Kaige, film ini berhasil memenangkan berbagai penghargaan bergengsi internasional seperti Palme d’Or Cannes Film Festival pada tahun 1993. Film ini juga masuk ke dalam jajaran 100 film terbaik versi Time, dan menempati peringkat ke-12 dalam 100 film terbaik versi BBC tahun 2018.

Pada saat tayang perdana, film ini menuai banyak pujian dari kritikus film. Kritikus memuji keberanian sang sutradara untuk membawa tema kontroversial di tengah bayang-bayang sensor Pemerintah Tiongkok pada zamannya. Film ini bahkan sempat mengalami penarikan oleh pemerintah Tiongkok dan merilisnya kembali dengan sensor.

Sinopsis Farewell My Concubine

Pada tahun 1924, seorang ibu membawa anaknya ke dalam sebuah rombongan opera. Ia meminta pemimpin opera, Master Guan, untuk membawa anak laki-lakinya yang feminin, Douzi. Master Guan menolak karena anak tersebut memiliki enam jari. Akhirnya, sang ibu memotong satu jari anaknya, kemudian meninggalkannya pada Master Guan setelah menyetujui sebuah kontrak darah.

Selama berada di sana, Douzi mengalami perundungan sebab ia anak seorang pelacur. Namun, seorang anak bernama Shitou menghentikan perundungan tersebut dan mereka berdua menjadi sahabat.

Suatu kali, seorang anak bernama Laizi mengajak Douzi ke luar dari rombongan. Namun setelah melihat pertunjukan opera, mereka kembali ke rombongan. Douzi kemudian dihukum dengan kekerasan oleh Master Guan. Melihat temannya dihukum atas ajakannya, Laizi menggantung dirinya di ruang latihan rombongan.

Rombongan tersebut kemudian bermain untuk seorang kasim bernama Zhang. Setelah berhasil melakukan pertunjukkan, Zhang mengambil Douzi dan melakukan kekerasan seksual terhadapnya. Dalam perjalanan kembali ke rombongan, Douzi menemukan seorang bayi yang dibuang oleh orang tuanya dan membawa dia ke dalam rombongan Master Guan.

Pada masa-masa konfrontasi Republik Tiongkok dengan Jepang tahun 1937, Douzi bersama dengan Shitou menjadi seorang penyanyi opera terkenal. Mereka dikenal sebagai Cheng Dieyi untuk Douzi, serta Xiaolou untuk Shitou. Douzi kini jatuh hati terhadap Shitou, dan sangat cemburu ketika Shitou kini bertunangan dengan Juxian.

Douzi kemudian pergi ke rumah Yuan Shiqing, seorang penggemar opera yang kaya, untuk minum. Ketika Douzi mabuk, Yuan mencium dan memperkosanya. Kemudian Douzi ditemukan oleh pasukan kavaleri Jepang di dalam sebuah becak troli dengan membawa pedang pemberian Yuan.

Shitou ditangkap oleh tentara Jepang karena menolak untuk tampil di depan tentara Jepang. Juxian kemudian meminta Douzi untuk menyanyi di depan tentara Jepang yang menjadi syarat untuk membebaskan Shitou. Douzi setuju dengan syarat Juxian harus meninggalkan Shitou. Namun saat Shitou bebas, Douzi ditolak oleh Shitou dan pergi bersama istrinya, Juxian.

Douzi kemudian jatuh dalam jurang candu sedangkan Shitou meninggalkan opera. Ketika mereka mengunjungi Master Guan, Douzi dan Shitou kembali bekerja sama di dalam opera. Saat Master Guan meninggal, Douzi dan Shitou merekrut Xiao Si, yang dahulu adalah bayi terlantar yang dibawa oleh Douzi, untuk mengikuti rombongan opera mereka.

Douzi melatih Xiao Si dengan kejam sebagaimana dulu ia dilatih oleh Master Guan. Hal ini mendorong Xiao Si untuk ikut ke dalam barisan pemuda Partai Komunis Tiongkok. Ketika Revolusi Kultural terjadi di daratan Tiongkok, Shitou dan Douzi ditangkap dan diadili karena dianggap sebagai bagian dari tradisi lama yang kontra-revolusi.

Ketika diadili, Shitou menuduh Douzi lah yang tergila-gila dengan opera dan adalah seorang homoseksual. Douzi kemudian menuduh istri dari Shitou, Juxian, sebagai seorang mantan pelacur. Shitou ingin menghindari penghakiman kemudian menyangkal bahwa ia mencintai Juxian.

Setelah itu, Juxian menggantung dirinya sendiri. Teriakan Shitou menggema dari dalam rumahnya diiringi dengan sebuah lantunan lagu propaganda revolusi.

Selang beberapa waktu, Douzi dan Shitou bermain opera kembali untuk terakhir kalinya. Douzi yang memainkan peran Permaisuri Yu mengambil pedang yang dibawa Shitou sebagaimana yang ditetapkan peran. Namun kali ini Douzi sungguh menghidupi perannya dengan benar-benar mengakhiri nyawanya.

Farewell My Concubine menceritakan sebuah kisah pengkhianatan manusia yang kerap muncul pada masa-masa krisis dan keputusasaan. Di bagian lain, film ini kerap memperlihatkan samarnya kehidupan panggung serta kehidupan nyata lewat obsesi Douzi terhadap Shitou serta permainan perannya.

Baca juga artikel terkait FILM FAREWELL MY CONCUBINE atau tulisan lainnya dari Stanislaus Axel Paskalis

tirto.id - Film
Kontributor: Stanislaus Axel Paskalis
Penulis: Stanislaus Axel Paskalis
Editor: Alexander Haryanto