tirto.id - Presiden Jokowi berang dituding ada intervensi Istana Negara atau eksekutif terhadap Munas X Partai Golkar. Menurutnya hal itu tidak mungkin dilakukan oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Lantas siapa yang bisa intervensi pemilihan ketua umum Partai Golkar?
"Pak Luhut bisa saja," kata Jokowi dalam pidatonya di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Selasa (3/12/2019).
Namun bukan Luhut saja yang disebut Jokowi. Meski begitu hanya nama Luhut yang disoraki peserta musyawarah. Secara berurutan dia juga menyebut, "Pak Agus bisa. Pak Zainuddin Amali bisa saja. Pak Jerry bisa saja."
Sebab, kata Jokowi, semua orang itu adalah kader Partai Golkar. Jadi memungkinkan untuk menggalang suara dari pimpinan DPD-DPD Partai Golkar.
"Kalau ada menteri yang manggil-manggil DPD ya menterinya Golkar mestinya," tuturnya.
Jokowi pun menantang, siapapun yang berani membuktikan bahwa ada intervensi yang dilakukan Pratikno, untuk maju ke atas panggung.
"Maju ke depan saya beri sepeda," tantang Jokowi,
Setelah itu, Jokowi kembali memuji-muji Politikus Partai Golkar Bambang Soesatyo. Menurutnya Bambang mampu menunjukkan ikatan persaudaraan yang baik.
"Jadi saya sekali lagi ingin mengajak kita semuanya memberikan tepuk tangan kita untuk Pak Bambang Soesatyo," ujarnya.
Beberapa jam sebelum Munas X Partai Golkar dimulai, Bambang mengundurkan diri dalam bursa persaingan ketua umum partai. Salah satu alasan Bambang ialah, karena diminta Politikus Senior Partai Golkar sekaligus Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.
“Ya lobi-lobi antara Pak Luhut dan Airlangga," kata Bambang.
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Dieqy Hasbi Widhana