tirto.id - Sejak sekitar tiga juta tahun lalu, semut dan tanaman hidup berdampingan saling membutuhkan. Kini, semut-semut di Kepulauan Fiji, Pasifik, menjadi petani mini yang bercocok tanam, menurut penelitian yang dipublikasikan pada Senin (21/11/2016) kemarin.
Dengan merekonstruksi sejarah evolusi semut dan tanaman, peneliti menyimpulkan hubungan antara keduanya yang berawal sekitar tiga juta tahun lalu, jauh sebelum lahirnya petani paling produktif, manusia modern.
“Semut dan tumbuhan saling bergantung dan salah satunya tidak bisa hidup tanpa yang lain,” menurut ringkasan hasil studi terkini yang dilakukan oleh peneliti dari University Munich, seperti dikutip dari Antara.
Penelitian yang terbit di jurnal Nature Plants itu menunjukkan bahwa semut-semut di Fiji dengan hati-hati menabur dan memupuk benih pada sedikitnya enam tanaman.
Penelitian juga menjelaskan cara kerja semut bercocok tanam. Awalnya, semut yang dikenal dengan nama Philidris nagasau mengumpulkan benih buah dari enam jenis tumbuhan Squamellaria berbeda. Kemudian, benih diletakkan di celah yang mereka temukan di pohon tersebut.
Secara teratur, semut-semut tersebut memeriksa bibit tanaman yang lalu membentuk ruang kosong di dalam pohon. Ruang kosong itu digunakan para semut untuk buang air besar. Kotoran semut itu kemudian dapat menyuburkan tumbuhan muda dan membantu pertumbuhannya.
Ketika tumbuhan berkembang, ruang kosong berubah menjadi tempat bersarang dan berlindung bagi koloni semut.
Sebagai informasi, Squamellaria juga disebut tumbuhan epifit, yakni tumbuhan yang tumbuh dengan menumpang pada tumbuhan lain. Jenis tumbuhan itu biasanya tumbuh pada pohon dan bergantung pada dukungan struktural. Namun mereka mengekstrak sendiri air dan makanannya dari udara dan hujan.
Sementara itu, New Scientist melaporkan proses bercocok tanam yang dilakukan semut menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh tanpa para miniatur petani yang merawatnya.
“Semut jauh lebih pintar dari yang diduga. Kami menamakannya organisme super karena mereka membentuk jaringan-jaringan yang mirip dengan otak manusia. Informasi yang mengalir di antara koloni semut sungguh gila dibandingkan sistem sosial manusia,” kata Kirsti Abbott dari Universitas New England, Australia yang juga mengaku tidak kaget dengan penelitian tersebut.
Terakhir, Mother Nature Network menambahkan, Fiji mungkin bukan satu-satunya tempat di mana semut bercocok tanam. Australia juga dikabarkan memiliki populasi semut yang mengumpulkan buah-buahan serta tanaman tertentu. Namun hingga kini, belum dapat dipastikan kenapa semut hanya tertarik dengan beberapa tanaman dan bukan yang lain.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh