tirto.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan Rabu (11/5/2022) pagi pukul 09.00 WIB di zona hijau pada angka 6.833. Sementara itu posisi tertinggi pada pagi ini mencapai 6.835. Namun, lewat menit pertama IHSG langsung anjlok di level 6.798.
IHSG pagi ini sudah diperdagangkan dengan volume 454 juta lembar dan nilai transaksi yang terjadi mencapai Rp395 untuk 32.072 kali perdagangan. Kemudian pagi ini setidaknya ada 194 saham yang bergerak menguat dan 96 saham melemah, sementara 210 sisanya ada di posisi stagnan.
"Kami pikir dampak tertunda koreksi pasar AS selama libur panjang Idul Fitri terhadap IHSG telah diperhitungkan, dan IHSG akan pulih ke depannya," kata Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya dalam kajiannya di Jakarta, Rabu (11/5/2022), sebagaimana diberitakan Antara.
Selain itu, analis Artha Sekuritas Dennies Christopher Jordan menjelaskan secara teknikal candlestick membentuk hanging man pada area support mengindikasikan potensi rebound.
"Penguatan akan didukung aksi bargain hunting dimana saham-saham berkapitalisasi besar sudah menyentuh level oversold. Di sisi lain, saat ini pasar saham mulai memasuki periode rilis kinerja emiten per 1Q22," jelas dia dalam analisa harian, Rabu (11/5/2022).
Serupa dengan IHSG pagi ini, bursa Amerika Serikat ditutup beragam. Dow Jones ditutup 32.160 (-0,26%), NASDAQ ditutup 11.737 (+0,98%), S&P 500 ditutup 4.001 (+0,25%).
Bursa saham Wall Street ditutup bercampur dengan dua dari tiga indeks mengalami pelemahan. Saham sektor perbankan jatuh seiring dengan koreksi pada imbal hasil US Treasury.
Tercatat, imbal hasil US Treasury tenor acuan 10-tahun turun dari level tertinggi lebih dari tiga tahun dan kembali berada di bawah 3 persen. Saham teknologi juga masih ditekan aksi jual dikarenakan pertumbuhan dan arus kas masa depan yang dikhawatirkan akan buruk karena dampak inflasi.
Presiden AS Joe Biden dalam pidatonya pada hari Selasa, yang membahas inflasi tinggi, mengatakan dia sedang mempertimbangkan untuk menghapus tarif era Trump di China sebagai cara untuk menurunkan harga barang di AS.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Maya Saputri