tirto.id - Semeru adalah Gunung tertinggi di Pulau Jawa. Pada Minggu (5/12/2021), Gunung Semeru melontarkan awan panas guguran dengan jarak luncur 4.000 meter dari puncak atau 2.000 meter dari ujung aliran lava ke tenggara (Besuk Kobokan).
PVMBG juga mendeteksi gempa vulkanis yang berkaitan dengan letusan, guguran, dan hembusan asap kawah, yang terdiri atas 34 kali gempa letusan, dua kali gempa awan panas guguran, 13 kali gempa guguran, 15 kali gempa embusan, dan satu kali gempa tektonik jauh. Hingga hari ini, Senin (6/12/2021) PVMBG menegaskan aktivitas Semeru masih berada pada level II atau waspada.
Jumlah korban erupsi Gunung Semeru yang tercatat mencapai 14 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka-luka. Sedangkan jumlah bangunan yang terdampak mencapai 2.970 rumah warga dan 13 fasilitas umum.
Untuk mengenal Gunung Semeru lebih detail, berikut informasi selengkapnya.
Gunung Semeru, 1 dari 7 Puncak Tertinggi di Indonesia
Gunung Semeru menjadi satu dari tujuh gunung di Indonesia yang masuk dalam daftar “Seven Summits Indonesia” atau tujuh puncak tertinggi di Indonesia.
Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI memasukkan Semeru dalam daftar yang sama dengan Carstensz Pyramid atau Puncak Jaya di Papua, Gunung Kerinci di Sumatra, Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Gunung Bukit Raya di Kalimantan, Gunung Latimojong di Sulawesi, dan Gunung Binaiya di Kepulauan Maluku.
Dengan masuknya Gunung Semeru dalam daftar Seven Summits Indonesia, maka bisa dikatakan bahwa Gunung Semeru merupakan Gunung tertinggi di Pulau Jawa. Berikut adalah fakta-fakta tentang Gunung Semeru.
Semeru, Gunung Tertinggi di Pulau Jawa
Gunung Semeru terletak di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Ia memiliki ketinggian 3.676 mdpl yang kerap disebut sebagai “Atapnya Pulau Jawa” karena merupakan gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa. Secara administratif, Gunung Semeru masuk ke dalam dua kabupaten di Jawa Timur, yaitu Kabupaten Lumajang dan Malang.
Gunung Api Semeru diklasifikasikan sebagai gunung api aktif berbentuk strato atau kerucut terbentuk karena materi letusan gunung berapi merupakan campuran antara hasil erupsi efusif dan erupsi eksplosif serta tipe vulkano lemah, tipe ini mempunyai ciri tekanan gasnya sedang, dapur magma tidak terlalu dalam.
Menurut laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Semeru pertama kali meletus pada tanggal 8 November tahun 1818. Sementara letusan Gunung Semeru yang menelan banyak korban terjadi pada 3 Februari 1994. Dalam letusan, tercatat 275 orang meninggal dunia, demikian seperti dikutipEnsiklopedia Ilmu Pengetahuan Terlengkap oleh Dedy Ardiansyah.
Hingga kini, Gunung Semeru terus mengeluarkan lahar panas dan tidak pernah berhenti, dengan pusat aktivitas berada di Puncak Kawah Mahameru yang menuju ke arah timur di wilayah Lumajang.
Jalur Pendakian Gunung Semeru
Gunung Semeru sendiri memiliki dua jalur pendakian, yaitu jalur Ranu Pane, yang dapat diakses melalui kota Malang dan jalur kedua yaitu Jalur Senduro, dapat diakses melalui Lumajang. Dari kedua jalur ini, jalur Ranu Pane lah yang paling umum digunakan oleh para pendaki.
Untuk mencapai puncak Gunung Semeru, waktu paling cepat yang diperlukan yaitu 2 hari 1 malam. Atau, jika menginginkan perjalanan yang lebih santai, pendaki dapat melalui jalur kota Malang atau Lumajang dengan waktu 2 hari 3 malam.
Perjalanan dapat dimulai dari terminal kota Malang menuju Desa Tumpang, kemudian naik jeep menuju Pos Ranu Pani, di mana para calon pendaki diharuskan mengurus terlebih dahulu surat ijin pendakian di Desa Gubuk Klakah.
Setelah berjalan sekitar 3 jam dari pos Ranu Pani, pendaki akan menemui sebuah pemandangan alam, yaitu Ranu Kumbolo. Ia merupakan sebuah danau seluas 14 hektar, yang terletak pada ketinggian 2.400 mdpl. Danau dengan air yang sangat jernih ini dijadikan sebagai pos bagi para pendaki sebelum mereka meneruskan perjalanan menuju puncak Mahameru.
Dari Ranu Kumbolo, para pendaki masih harus melewati beberapa daerah, di antaranya Padang Oro-Oro Ombo, Cemoro Kandang, pos Kalimati, dan pos terakhir sebelum menuju Mahameru, yaitu Arcopodo.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Alexander Haryanto
Penyelaras: Yulaika Ramadhani