tirto.id - Sejumlah menteri luar negeri dari Asia dan Eropa pada Sabtu (18/11/2017) mengunjungi Bangladesh guna membahas konflik dan krisi pengungsi Rohingya. Perundingan itu akan membahas dukungan internasional bagi Bangladesh.
Sekitar 618.000 warga Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar sejak operasi militer dilancarkan di negara bagian Rakhine pada Agustus lalu. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pengamat sempat menyatakan bahwa konflik itu setara dengan pembersihan etnis.
Menteri Luar Negeri Bangladesh A. H. Mahmood Ali mengaku akan membawa timpalannya dari Jerman, Swedia dan Jepang, serta kepala diplomatik UE Federica Mogherini ke kota perbatasan Cox's Bazar untuk melihat kamp pengungsi asal Rohingya pada Minggu (19/11/2017).
Menurut laporan, para pengungsi itu terkurung di dalam kamp besar dan kotor. UNICEF juga memperkirakan ada sekitar 25.000 anak pengungsi yang mengalami kekurangan gizi parah sehingga bisa menyebabkan meninggal dunia.
Dhaka melarang Rohingya meninggalkan kamp itu karena khawatir akan ada arus masuk di kota-kotanya yang lebih besar.
"Semoga kunjungan ini akan menghasilkan lebih banyak bantuan internasional bagi komunitas Rohingya," kata Kementerian Luar Negeri Bangladesh.
Selain itu, sejumlah menteri dari Asia dan Eropa itu juga akan bertemu dengan Perdana Menteri Bangladesh Prime Minister Sheikh Hasina.
Sebelumnya, Perdana Menteri Cina Wang Yi juga sudah tiba di Dhaka pada Sabtu, meski belum jelas apakah dia akan melakukan perjalanan ke Cox's Bazar.
Dalam hal ini, Cina adalah sekutu utama Myanmar, yang menghadapi tekanan internasional berkenaan dengan kekerasan terhadap Rohingya.
Bangladesh dan Myanmar secara prinsip sudah setuju memulai repratriasi Rohingya namun masih bergumul dengan detailnya.
Para menteri luar negeri Asia dan Eropa akan bertemu di Myanmar pada Senin dan Selasa.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto