tirto.id - Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil mengatakan banyak komoditas pertanian yang berpotensi besar untuk diekspor masih belum populer di kalangan petani dalam negeri.
Dia mencontohkan jeruk nipis dan jeruk purut merupakan komoditas yang berpelungan besar untuk diekspor ke Arab Saudi dan Belanda.
“Semua komoditas pasti bisa diekspor apalagi yang kurang populer. Jeruk nipis dan [jeruk] purut dulu saya buang-buang, tapi bisa diekspor ternyata," kata Ali kepada wartawan usai pelepasan 8 komoditas ekspor pertanian di Tanjung Priok pada Senin (22/4).
“Yang diekspor jangan yang sudah sering saja. Harus ditambah ke komoditas lain,” tambah Ali.
Contoh lainnya, Ali menambahkan, adalah daun ketapang. Menurut dia, daun pohon ketapang yang selama ini banyak hidup di bantaran sungai dan jarang dimanfaatkan ternyata layak ekspor. Dia mengaku, beberapa waktu lalu, Barantan pernah melepas ekspor daun ketapang dari Banyumas.
Dried Black Soldier Fly Larvae atau larva belatung, kata Ali, juga merupakan komoditas ternak yang layak ekspor. Pada hari ini, misalnya, Barantan melepas 11,4 ton larva belatung untuk diekspor ke Belanda.
Ali mengatakan larva belatung diekspor sebagai bahan pengganti pakan ikan yang dihargai 4 dolar AS per kilogram, atau lebih mahal ketimbang nilai jualnya di dalam negeri, yakni Rp7.000-12.000/kg.
“Komoditas unggulan yang baru keluar dan terekspor yaitu larva belatung, diekspor ke belanda,” ucap Ali.
Dia menambahkan Barantan akan memfasilitasi masyarakat yang ingin membudidayakan komoditas-komoditas pertanian ekspor baru ini. Masyarakat, kata dia, dapat mendatangi Badan Karantina Pertanian yang ada di daerah.
“Kalau ada, nanti bawa ke kami barangnya. Kami akan arahkan untuk ekspornya,” ujar Ali.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Addi M Idhom