Menuju konten utama

Ekspor Nonmigas RI Loyo, Target Pemerintah Dinilai Terlalu Muluk

Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menilai bahwa target ekspor non-migas yang dipatok tumbuh 8 persen pada tahun ini tak akan tercapai.

Ekspor Nonmigas RI Loyo, Target Pemerintah Dinilai Terlalu Muluk
Pekerja menyelesaikan produksi NC212i untuk Ministry of Agriculture (MOAC) Thailand di Hanggar PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Rabu (9/1/2019). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi.

tirto.id - Kinerja ekspor non-migas Indonesia pada Maret 2019 sedikit membaik dibandingkan Februari yang tercatat 11,44 miliar dolar AS. Sepanjang bulan tersebut, total ekspor non-migas Indonesia tercatat mencapai 12,93 miliar dolar AS, atau naik 13 persen.

Meski demikian, capaian ekspor non-migas sepanjang Januari hingga Maret itu masih jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2018 yang tercatat mencapai 40,22 miliar dolar AS. Berdasarkan data BPS, ekspor non-migas triwulan pertama 2019 terkoreksi 7,83 persen menjadi 37,07 miliar dolar AS.

Melihat kinerja yang masih loyo awal tahun, Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menilai bahwa target ekspor non-migas yang dipatok tumbuh 8 persen pada tahun ini tak akan tercapai.

"Dari sisi eksternal demand-nya sedang melambat karena perang dagang Amerika-Cina, sehingga dalam posisi seperti itu kita akan sulit mengejar target untuk tumbuh 8 persen di tahun ini. Untuk mencapai 1 persen aja susah apalagi 8 persen," ujarnya kepada Tirto, Senin (22/4/2019).

Di samping itu, kinerja manufaktur dalam negeri untuk menopang ekspor non-migas juga masih lesu. Tekanan global dan domestik itu, menurut Faisal, harusnya bisa diperhitungkan oleh pemerintah sehingga tidak terlalu muluk-muluk dalam mematok target.

"Boleh saja punya optimisme lebih tinggi, tapi lihat juga realitasnya. Belum lagi kebijakan restriktif kelapa sawit Uni Eropa. Pembenahan manufaktur juga belum berprogres, terus daya dorongnya apa kalau bukan manufaktur?" imbuhnya.

Karena itulah, ia berharap pemimpin yang resmi menjabat pada periode 2019-2024 dapat melakukan pembenahan untuk meningkatkan kinerja dan daya saing ekspor Indonesia.

Apalagi, ekspor Indonesia ke hampir semua negara tujuan utama terkoreksi pada tahun ini.

Berdasarkan data BPS, hanya tiga dari 13 negara tujuan utama yang tercatat mengalami pertumbuhan sepanjang triwulan 1, yakni Thailand, Korea Selatan dan Taiwan.

Nilai ekspor non-migas masing-masing negara itu tumbuh sebesar 9,38 persen, 7,58 persen dan 28,81 persen dibandingkan Januari-maret 2018. Ekspor ke Thailand mencapai 3,11 miliar dolar AS, sementara Korea Selatan sebesar 1,75 miliar dolar AS dan Taiwan mencapai 869 juta dolar AS.

Baca juga artikel terkait EKSPOR

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Hendra Friana
Reporter: Hendra Friana
Editor: Maya Saputri