tirto.id - Korban meninggal akibat virus corona di daratan Cina sudah menembus angka 1.000. Wabah virus corona juga telah mengganggu aktivitas bisnis di Cina, sehingga memunculkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap perekonomian global.
Data dari Komisi Kesehatan Nasional Cina per Selasa, 11 Februari 2020, menunjukkan korban virus corona di Cina daratan sudah mencapai angka 1.016. Terdapat 2.478 kasus baru yang terkonfirmasi sehingga total mencapai 42.638.
Jumlah korban meninggal akibat virus corona ini lebih banyak dari korban meninggal akibat wabah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) pada 2003. Sejak pertama kali muncul di provinsi Guangdong, SARS dengan cepat menyebar ke negara-negara lain di dunia dan membunuh 800 orang.
SARS menggerus perekonomian sebesar 0,5 hingga 1 persen poin. Dampaknya terhadap perekonomian akibat wabah Corona diperkirakan bisa lebih besar.
Pada 2003, Cina masih menjadi negara dengan perekonomian terbesar keenam di dunia. Sementara saat ini, Cina adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Pelemahan ekonomi sebesar 0,5 hingga 1 persen tentu akan berdampak luar biasa. Saat wabah SARS melanda, kontribusi Cina terhadap perekonomian dunia kurang dari dua persen. Saat ekonomi Cina melemah sekitar satu persen poin akibat wabah SARS, dunia tidak terlalu terguncang.
IMF memperkirakan ekonomi Cina memberikan kontribusi hingga 39,2% dari total pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019. Kontribusi besar dari Cina itu menjadikan Asia sebagai kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dengan kontribusi lebih dari dua pertiga pertumbuhan global. Menurut perkiraan IMF, ekonomi Cina akan tumbuh 6,1 persen pada tahun 2019, dan melambat menjadi 5,8% pada 2020. Proyeksi IMF itu dibuat tanpa memperhitungkan efek pelemahan ekonomi akibat wabah virus Corona.
“Tapi sekarang Cina berkontribusi sekitar seperlima pertumbuhan ekonomi dunia. Pelemahan ekonomi Cina sekitar setengah persen akan berdampak seismik,” kata Taimur Baig, kepala ekonom dan managing director grup riset DBS, seperti dilansir dari CNBC.
Cina saat ini merupakan negara importir sekaligus eksportir terbesar dunia. Data dari WTO menunjukkan Cina sebagai negara importir terbesar kedua di dunia. Cina mengimpor komoditas mulai dari minyak, bijih besi, kedelai, dan juga bagian-bagian dari barang elektronik. Pelemahan permintaan dari Cina sudah pasti akan mengganggu produksi dari negara pemasok.
Cina juga negara eksportir terbesar di dunia. Banyak negara menggantungkan pasokan barang dari Cina, termasuk Indonesia. Jepang dan Vietnam tercatat sebagai salah satu negara yang sangat tergantung pada pasokan barang dari Cina untuk rantai produksinya.
Upaya Menopang Ekonomi
Virus corona terbukti memukul keras perekonomian Cina. Sejumlah perusahaan multinasional telah menyatakan untuk menghentikan sementara proses produksinya. Pada 30 Januari, Toyota mengumumkan untuk menghentikan sementara produksinya hingga 9 Februari.
Sejumlah perusahaan multinasional--mulai dari Facebook, Honda, Nissan, LG Electronics hingga Standard Chartered--memutuskan untuk sementara menghentikan perjalanan bisnis ke Cina. Sejumlah negara, termasuk Indonesia, juga mengeluarkan larangan penerbangan ke Cina.
Sejumlah perusahaan diketahui sedang mencari pinjaman agar bisnisnya bisa tetap berjalan. Reuters melaporkan sekitar 300 perusahaan Cina mencari pinjaman sekitar 57,4 miliar yuan. Dana itu diperlukan untuk mengatasi gangguan akibat ditutupnya sejumlah kota, terhentinya pabrik, dan gangguan suplai.
Beberapa perusahaan mengonfirmasi telah mem-PHK karyawan. Xincao Media, misalnya, menyatakan telah melakukan PHK terhadap 500 karyawan, atau sekitar 10% dari total jumlah pekerja.
Menyadari besarnya dampak virus corona terhadap perekonomiannya, pemerintah Cina mengeluarkan serangkaian kebijakan untuk membantu bisnis-bisnis yang terdampak virus corona.
People’s Bank of China sudah menyatakan akan menggelontorkan 300 miliar yuan pinjaman lunak yang akan disalurkan ke bank-bank untuk membantu pendanaan bisnis-bisnis yang terganggu akibat virus corona.
Dilansir dari CNBC, Bank of China sebelumnya mengumumkan bahwa perusahaan farmasi Hubei telah mengajukan dan menerima pinjaman 150 juta yuan hanya dalam kurun waktu dua hari. Bank of China sudah merancang pinjaman cepat senilai 2,17 miliar yuan untuk perusahaan-perusahaan yang terdampak.
Sejumlah perusahaan fintech juga memberikan pinjaman lunak. MYBank, unit kredit online Ant Financial milik Alibaba, mengumumkan akan menyediakan pinjaman lunak 12 bulan, dengan 3 bulan bebas bunga untuk para peminjam dari provinsi Hubei yang merupakan pusat dari virus Corona.
Berdampak sampai ke Indonesia
Indonesia termasuk negara yang dipastikan akan terkena dampak dari virus corona. Direktur Pelaksana Bank Dunia Mari Elka Pangestu memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa melemah di bawah 5% pada kuartal I-2020. Mari mengatakan penurunan PDB Cina hingga satu persen poin akan mengkoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,3 persen poin.
Pelemahan ekonomi Indonesia bisa terjadi karena Cina merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia. Cina juga merupakan salah satu penyumbang wisatawan terbesar Indonesia.
Di depan anggota parlemen Indonesia pada 28 Januari 2020 Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah mengingatkan dampak virus Corona terhadap perekonomian Indonesia. Menurut Sri Mulyani, munculnya virus corona telah memunculkan pesimisme terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.
Padahal, sedianya perekonomian dunia diharapkan bisa pulih pada tahun 2020 seiring meredanya perang dagang AS-Cina. “Pada 2020 ada optimisme, namun hanya dalam seminggu itu berbalik. Kemudian virus corona ini menimbulkan pesimisme yang menggulung ekonomi pada Januari ini,” kata Sri Mulyani.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan, Kasan memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami perlambatan sekitar 0,23%, jika perekonomian Cina melemah satu persen akibat wabah virus corona. Ia mengatakan, dampak virus corona juga akan menyasar pada kinerja ekspor impor Indonesia pada Januari 2020.
Berdasarkan data BPS, impor nonmigas Indonesia dari Cina tercatat mencapai 44,578 miliar dolar AS pada 2019--terbesar dibandingkan impor dari negara-negara lain. Sementara ekspor Indonesia ke Cina tercatat sebesar 25,852 miliar dolar AS. Cina juga merupakan tujuan ekspor paling besar bagi Indonesia.
Editor: Windu Jusuf