Menuju konten utama

Sejarah Tahun Baru Masehi dan Penetapannya di Tanggal 1 Januari

Bagaimana sejarah perayaan Tahun Baru Masehi dan penetapannya di tanggal 1 Januari? 

Sejarah Tahun Baru Masehi dan Penetapannya di Tanggal 1 Januari
Sejumlah masyarakat menikmati pesta kembang api di Pantai Ancol, Jakarta Utara, Minggu (1/1). Ribuan masyarakat mengisi waktu libur dengan melihat pesta kembang api dalam rangka menyambut tahun baru 2017 di pantai Ancol. ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/foc/17.

tirto.id - Beberapa hari lagi dunia akan merayakan tahun baru 2022. Perayaan tahun baru akan dimulai pada tanggal 31 Desember dan berakhir dini hari pada tanggal 1 Januari.

Tahun Baru biasanya dirayakan dengan berbagai kegiatan, mulai dari pesta kembang api, berkumpul bersama keluarga, makan bersama, hingga berbagai kegiatan unik lainnya yang digelar secara meriah.

Secara umum, perayaan Tahun Baru dilakukan untuk menyaksikan detik-detik pergantian tahun, sekaligus untuk mensyukuri apa yang telah dilalui selama satu tahun.

Lantas bagaimana awal mula perayaan tahun baru ini terjadi?

Dilansir dari laman British Council, perayaan tahun baru tercatat pertama kali dilakukan sekitar 4.000 tahun yang lalu oleh masyarakat Babel, Mesopotamia.

Pada masa itu, tahun baru yang mereka rayakan jatuh setiap akhir bulan Maret, pada masa pergantian musim.

Tahun baru oleh masyarakat Babel dirayakan ketika hari mulai gelap hingga dini hari. Untuk merayakannya, mereka memiliki tradisi keagamaan yang disebut Akitu.

Tradisi ini dilakukan selama 11 hari berturut-turut dengan berbagai rangkaian ritual yang berbeda-beda pada tiap harinya.

Masyarakat mengarak patung-patung dewa ke jalan-jalan kota. Mereka percaya dengan cara ini, masyarakat Babilonia telah dibersihkan untuk mempersiapkan tahun baru dan musim semi baru.

Peradaban di seluruh dunia menandai perayaan tahun baru dengan berbeda peristiwa. Ada yang menerapkan jatuhnya tahun baru dikaitkan dengan hitungan astronomi.

Misalnya di Mesir, tahun baru pertama kali dimulai dengan banjir tahunan Sungai Nil, yang bertepatan dengan bintang Sirius muncul.

Sementara itu di Cina, tahun baru ditandai ketika terjadi bulan baru kedua setelah titik balik matahari pada musim dingin.

Lain lagi di Persia dan Fenisia, memulai tahun baru mereka di ekuinoks musim semi, yang terjadi ketika matahari bersinar tepat di atas khatulistiwa dan panjang malam hampir sama setiap harinya.

Bagaimana penetapan Tahun Baru Masehi pada 1 Januari?

Penetapan ini berawal dari perkembangan sistem kalender pada zaman Romawi Kuno. Kalender Romawi pada mulanya terdiri dai 10 bulan dan 304 hari. Aturan ini dibuat pada abad ke-8 SM oleh Romulus, pendiri Roma.

Pemimpin selanjutnya, yaitu Numa Pompilius menambahkan bulan baru ke dalam kalender. Bulan itu diberi nama Januarius dan Februarius.

Laman History menjelaskan, ketika kaisar Julius Caesar berkuasa, ia menetapkan 1 Januari sebagai hari pertama tahun.

Penetapan ini dibantu oleh seorang astronom dan matematikawan yang tersohor di Iskandariyah, bernama Sosigenes.

Diketahui permulaan bulan, yaitu Januarius diambil dari nama dewa Janus. Alasan Caesar memilih 1 Januari, digunakan untuk menghormati dewa Janus. Kalender Julius dibuat dengan mengikuti revolusi matahari.

Pada Kalender Julius permulaan musim semi semakin maju, sehingga perayaan Paskah yang sudah disepakati sejak Konsili Nicea I pada tahun 325 tidak tepat lagi.

Karena Kalender Julius dinilai kurang akurat, kemudian Dr. Aloysius Lilius mencetuskan Kalender Gregorius dengan persetujuan Paus Gregorius XIII, pada tanggal 24 Februari 1582.

Pada Kalender Gregorius, tahun dengan kelipatan 100 dianggap sebagai tahun kabisat, jika tahun tersebut bisa dibagi dengan 400. Sistem Kalender Gregorius inilah yang kemudian ditetapkan negara-negara di seluruh dunia.

Baca juga artikel terkait SEJARAH TAHUN BARU MASEHI atau tulisan lainnya dari Chyntia Dyah Rahmadhani

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Chyntia Dyah Rahmadhani
Penulis: Chyntia Dyah Rahmadhani
Editor: Yandri Daniel Damaledo