Menuju konten utama

Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949 dan Alasan Perlu Diperingati

Serangan Umum 1 Maret memperkuat posisi indonesia dalam perundingan di Dewan Keamanan PBB yang berhasil membuat pihak Belanda akhirnya terdesak.

Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949 dan Alasan Perlu Diperingati
Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949. wikimedia commons/free

tirto.id - Tepat pada 21 Juli 1947, Belanda melancarkan agresi militer ke-II untuk menguasai kembali Republik Indonesia yang telah merdeka. Serangan Umum 1 Maret 1949 merupakan sebuah respons atas Agresi Militer Belanda ke-II yang menjadikan kota Yogyakarta sebagai sasaran utamanya.

Saat itu, Yogyakarta menjadi ibu kota Indonesia karena situasi di Jakarta tidak aman setelah adanya proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Dengan kegigihan dan semangat yang pantang menyerah, tentara bersama rakyat Indonesia bersatu melancarkan serangan besar-besaran hingga berhasil merebut kembali Yogyakarta selama 6 jam.

Tokoh-tokoh yang terlibat dalam serangan ini antara lain Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Kolonel A.H Nasution, Jendral Soedirman, dan Letkol Soeharto. Sedangkan dari pihak Belanda yakni Van Mook bersama Louis Joseph Maria Beel.

Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1994

Dikutip laman Kemdikbud, Belanda melakukan propaganda kepada di dunia luar bahwa tentara Indonesia telah tidak ada. Kemudian, Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengirimkan surat kepada Letnan Jendral Soedirman untuk meminta izin diadakannya serangan.

Jendral Sudirman pun menyetujuinya dan meminta Sri Sultan HB IX untuk berkoordinasi dengan Letkol Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Komandan Brigade 10/Wehkreise III.

Setelah melakukan strategi yang matang, pada 1 Maret 1949 pagi, serangan secara besar-besaran dilakukan secara serentak di seluruh wilayah Yogyakarta dan sekitarnya dimulai, dengan fokus serangan di kota Yogyakarta.

Pada pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB, sirine dibunyikan dan serangan segera dilancarkan ke berbagai penjuru kota. Berita kemenangan ini kemudian menyebar hingga akhirnya sampai ke Washington DC, Amerika Serikat dan saat itu PBB sedang melakukan sidang dan diikuti oleh perwakilan Indonesia.

Pada penyerangan ini, Letkol Soeharto menjadi pemimpin pasukan dari sektor barat hingga ke batas Malioboro. Kemudian, di sektor Timur dipimpin oleh Ventje Sumual, sektor selatan dan timur dipimpin oleh Mayor Sardjono, serta sektor utara oleh Mayor Kusno.

Sedangkan untuk sektor kota sendiri dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki. Tentara Negara Indonesia (TNI) berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam. Tepat pukul 12.00 WIB, sebagaimana yang telah ditentukan sebelumnya, pasukan TNI mundur.

Dengan berhasilnya Serangan Umum 1 Maret ini, meski hanya mampu menguasai Yogyakarta selama 6 jam telah membuktikan bahwa eksistensi tentara Indonesia masih ada.

Situasi tersebut memberi dampak besar kepada pihak Indonesia yang sedang bersidang di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Serangan ini juga memperkuat posisi indonesia dalam perundingan di Dewan Keamanan PBB yang berhasil membuat pihak Belanda akhirnya terdesak.

Alasan Perlu Diperingati Hari Serangan Umum 1 Maret 1994

Seperti yang dilansir dari Antara, Hari Serangan Umum 1 Maret 1994 perlu diperingati untuk mengenang serangan yang dilakukan TNI dan rakyat Indonesia yang merupakan respons terhadap Agresi Militer Belanda ke-II atas pendudukan Ibu Kota RI di Yogyakarta.

Alasan lainnya yakni karena serangan tersebut menjadi juga bukti eksisnya negara Indonesia, serta membuktikan bahwa Republik Indonesia masih ada, meski kepimpinan negara ditawan dan terbukti berdampak secara Internasional.

Berdirinya NKRI telah melalui berbagai proses sejarah yang panjang sejak tumbuhnya kolonialisme di Indonesia di awal abad 17 hingga akhir masa perang kemerdekaan tahun 1949.

Pada serangkaian peristiwa tersebut melahirkan tokoh-tokoh pahlawan bangsa dan sebagian dari peristiwa itu telah diperingati sebagai hari besar nasional salah satunya yakni Hari Serangan Umum 1 Maret 1949.

Baca juga artikel terkait SERANGAN UMUM 1 MARET atau tulisan lainnya dari Yunita Dewi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yunita Dewi
Penulis: Yunita Dewi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari