Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Sejarah Perlawanan Rakyat Minahasa Terhadap Spanyol

Sejarah perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara terhadap Spanyol terjadi tahun 1644 hingga 1654.

Sejarah Perlawanan Rakyat Minahasa Terhadap Spanyol
Sejumlah pria memeragakan tarian perang Kabasaran khas Minahasa di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (28/8/2020). ANTARA FOTO/Adwit B Pramono/pras.

tirto.id - Sejarah perlawanan rakyat Minahasa, Sulawesi Utara, terhadap Spanyol terjadi tahun 1644 hingga 1654. Perang ini ditengarai disebabkan oleh ketidaksenangan rakyat Minahasa terhadap usaha monopoli perdagangan yang dilakukan oleh Spanyol.

Pada abad ke-16, tepatnya tahun 1512, menjadi awal dari masuknya pengaruh bangsa Eropa yaitu Portugis ke Nusantara yakni di Ternate, Maluku Utara. Kedatangan Portugis ini bertujuan untuk menyebarkan agama Kristen Katolik sembari mencari rempah-rempah yang akan dijual di pasar internasional.

Selanjutnya, pada 1521, Spanyol mengikuti jejak Portugis dengan mendarat di Tidore. Seiring berjalannya waktu, kekuatan Portugis dan Spanyol semakin meluas di daerah Sulawesi. Kedua bangsa Eropa ini berhasil memasuki daerah utara Sulawesi, tepatnya wilayah Minahasa.

Latar Belakang Misi Spanyol di Minahasa

Dalam buku Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Sulawesi Utara (1984) karangan J.P. Tooy dan kawan-kawan dijelaskan bahwa misi kedua bangsa ini masuk ke Minahasa untuk menyebarkan ajaran Nasrani. Pada 1563, Raja Siau dibaptis bersama rakyat Minahasa.

Misi penyebaran agama Kristen Katolik di Minahasa oleh Portugis dilanjutkan oleh Spanyol sejak tahun 1580. Awalnya, keberadaan Spanyol diterima baik oleh rakyat Minahasa. Pada 1606. sebuah armada pimpinan Christoval Suarez untuk mengikat persahabatan antara Kerajaan Spanyol dengan rakyat Minahasa.

Akan tetapi, itikad baik dari rakyat Minahasa kepada disalahgunakan oleh Spanyo, juga niat kaum misionaris mereka dalam menyebarkan agama Katolik harus tercoreng oleh ulah para tentara.

Tindakan para prajurit Spanyol sangat menyakiti hati rakyat Minahasa. Mereka dengan seenaknya merampas makanan, bahkan tega bertindak tidak senonoh terhadap kaum perempuan di Minahasa, demikian tulis J.P. Tooy dan kawan-kawan dalam bukunya.

Perlawanan Rakyat Minahasa Terhadap Spanyol

Ketidaksenangan rakyat atas perilaku tentara Spanyol memuncak pada 1644. Tentara Spanyol yang sedang memasuki desa memukul dan melukai salah seorang pemimpin rakyat Minahasa yang ada di Tomohon.

Dikutip dari Watuseke F.S. dalam Sejarah Minahasa (1968), rakyat Minahasa menganggap perbuatan itu sudah keterlaluan dan menurunkan martabat serta harga diri pemimpin yang dihormati oleh seluruh rakyat. Peristiwa ini pun menjadi tanda dimulainya perlawanan rakyat Minahasa terhadap Spanyol.

Perlawanan dimulai di Tomohon. Rakyat Minahasa mengangkat senjata untuk melawan pasukan Spanyol. Pemimpin Minahasa kemudian meminta bantuan Belanda untuk mengusir Spanyol.

Kondisi yang demikian membuat pasukan Spanyol semakin terdesak. Spanyol pun harus mundur sampai ke Benteng Manado, karena kekuatan rakyat Minahasa yang dibantu Belanda semakin kuat.

Pada akhirnya, Spanyol berhasil dikalahkan dan keluar dari Minahasa. Akan tetapi, keluarnya Spanyol menjadi era baru masuknya Belanda dengan era penjajahan yang baru pula.

Baca juga artikel terkait SEJARAH INDONESIA atau tulisan lainnya dari Alhidayath Parinduri

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Alhidayath Parinduri
Penulis: Alhidayath Parinduri
Editor: Iswara N Raditya