Menuju konten utama

Sejarah Pantomim di Dunia hingga Masuk ke Indonesia

Ulasan singkat tentang sejarah pantomim di dunia dan awal perkembangannya di Indonesia.

Sejarah Pantomim di Dunia hingga Masuk ke Indonesia
Seniman Pantomim yang tergabung dalam Sanggar Arsita menunjukan aksinya saat Pentas Pantomim Yogyakarta 2023 bertajuk Mime Mupakara di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Yogyakarta, Selasa (13/6/2023). ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/foc.

tirto.id - Sejarah pantomim di dunia bisa ditarik asal-muasalnya dari abad ke-16. Seni pantomim disinyalir lahir dari pertunjukan commedia dell'arte, bentuk awal teater profesional dari Italia yang populer selama abad ke-16 hingga 18. Pantomim menjadi salah satu dari ciri khas pertunjukan commedia dell'arte.

Setelah populer di Eropa, seni pertunjukan ini terus berkembang hingga menyebar secara global, termasuk ke Indonesia.

Seni pertunjukan pantomim kini masih sering dipentaskan di berbagai panggung teater modern, layar kaca, bahkan jalanan.

Ringkasan Sejarah Pantomim di Dunia

Pantomim diyakini semula berkembang dari Italia abad 16. Seni pementasan pantomim yang berkembang di Italia itu memperoleh pengaruh dari tradisi pertunjukan komedi di zaman Yunani kuno.

Dikutip dari History, pantomim lahir lewat sebuah komedi jalanan bernama Commedia dell'Arte yang dipentaskan pada era Renaisans. pertunjukan tersebut menampilkan komedi slapstik yang membuat penonton tertawa terbahak-bahak.

Uniknya, bahkan tanpa satu patah katapun yang diucapkan pemain, para penonton bisa memahami maksud dan jalan cerita. Penonton juga bisa mengidentifikasi berbagai karakter yang terlibat dalam seni jalanan tersebut.

1. Sejarah perkembangan pantomim di Italia dan Prancis

Pertunjukan Commedia dell'Arte semakin berkembang usai mereka memutuskan untuk melakukan tur keliling Italia dan Prancis. Mereka banyak berpentas di berbagai pekan raya, festival, dan jalanan sehingga mencapai popularitasnya.

Karakter terkenal dari Commedia dell'Arte adalah badut Pierrot yang ikonik. Selain Pierrot ada juga karakter lelaki tua Pantalone, pelayan bernama Arlecchino, dan seorang gadis bernama Columbine.

Dalam beberapa versi kisah, ada satu lagi karakter bernama Punchinello. Karakter ini menjadi cikal bakal boneka dan tokoh dongeng Mr. Punch yang populer di Eropa.

Popularitas pantomim di Italia dan Prancis nyatanya mendulang kesuksesan besar di abad ke-16.

2. Sejarah perkembangan pantomim di Inggris

Memasuki akhir abad ke-17, seni pertunjukan pantomim mulai dipentaskan di Inggris. Meskipun sejarah mencatat pantomim sudah masuk di Inggris sejak abad ke-17, tetapi kepopulerannya baru berlangsung pada awal abad ke-18.

Pantomim menjadi seni pertunjukan yang tidak hanya dinikmati oleh masyarakat kelas bawah, tetapi juga kalangan bangsawan, termasuk Ratu Elizabeth. Bahkan, pantomim memperoleh sebutannya, yakni pantomime dari masyarakat Inggris pada 1717.

Istilah pantomim berasal dari bahasa Yunani, yaitu "pantomimus." Kata tersebut jika diterjemahkan artinya peniru segalanya.

Dikutip dari laman University of York tokoh pantomim yang berjasa mengenalkan seni tersebut di Inggris bernama John Rich. Rich adalah seorang penari, akrobat, sekaligus seniman pantomim terkenal di Inggris.

Ia pertama kali mementaskan pantomim di tahun 1720-an di sebuah teater di Lincoln's Inn Fields. Rich menjadi penemu genre pertunjukan yang dikenal sebagai Harlequinade.

Harlequinade sendiri adalah pertunjukan akrobatik yang diperankan oleh karakter bernama badut Harlequin. pertunjukan tersebut mengambil jalan cerita pantomim yang penuh komedi dan dikombinasikan dengan sulap.

Ketika Harlequinades menjadi lebih populer, semakin banyak teater membuat versinya masing-masing. Salah satu yang paling terkenal adalah pementasan Harlequinade karya Joseph Grimaldi.

3. Sejarah perkembangan pantomim di era film bisu

Masa kejayaan pantomim berikutnya berlangsung saat era film bisu di abad ke-20. Sesuai sebutannya, era film bisu adalah masa di mana film-film yang diproduksi tanpa dialog.

Para tokoh film hanya memanfaatkan gestur dan ekspresi wajah untuk bisa menyampaikan jalan cerita. Oleh karena itu, seni pertunjukan pantomim sangat berkembang pada era ini.

Film bisu pertama yang terkenal adalah The Great Train Robbery yang tayang pada tahun 1903. Film ini mengisahkan tentang perampokan di sebuah kereta.

Film bisu pantomim yang paling populer diperankan oleh tokoh Charlie Chaplin dalam filmnya The Tramp (1915). Ia menjadi tokoh pantomim modern yang ikonik bahkan hingga saat ini.

Sejarah Pantomim Muncul di Indonesia

Sejarah perkembangan pantomim di Indonesia diperkirakan baru berlangsung setelah kemerdekaan. Menurut Nur Iswantara dalam Seni Pertunjukan Pantomim di Yogyakarta (1995) pantomim pertama kali masuk ke Indonesia sejak diperkenalkan di Jogja pada 1970-an.

Tokoh perintis pantomim di Indonesia bernama Moortri Poernomo, seorang tokoh teater terkenal asal Yogyakarta.

Moortri berkontribusi dalam mengajarkan konsep dasar dan gerakan-gerakan pantomim di Akademi Seni Drama dan Film Indonesia (ASDRAFI) Yogyakarta.

Tokoh lainnya yang juga dianggap sebagai perintis pantomim di Indonesia adalah Merit Hendra, Azwar AN, dan Wisnu Wardhana.

Pada tahun 1981, murid Moortri yang bernama Deddy Ratmoyo menggelar pertunjukan pantomim bernama Tukang Loak. Dilanjutkan oleh Jemek Supardi yang menggelar pentas pantomim berjudul Jemek Numpang Perahu Nuh pada 1982 di Senisono Art Gallery.

Sejak saat itu, sejumlah seniman mulai melirik pantomim untuk dipentaskan di berbagai kesempatan. Pada dekade yang sama, pementasan pantomim ditayangkan di stasiun televisi TVRI Yogyakarta.

Perkembangan seni pantomim juga sampai ke Ibu Kota. Pada 1987 berdiri kelompok teater pantomim di Jakarta bernama Sena Didi Mime. Kelompok tersebut didirikan oleh Sena A. Utoyo dan Didi Petet ketika mereka masih menjadi mahasiswa di Institut Kesenian Jakarta.

Seiring berjalannya waktu, pementasan pantomim semakin populer di Indonesia. Tak hanya dipentaskan, pantomim juga diajarkan di sekolah-sekolah dalam materi seni pertunjukan.

Baca juga artikel terkait SENI TEATER atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Addi M Idhom