Menuju konten utama

Sejarah Museum Bank Mandiri yang Ada di Video Musik Terbaru AgnezMo

Sejarah Museum Bank Mandiri yang ada di video klip lagu terbaru penyanyi AgnezMo berjudul "F Yo Love Song".

Sejarah Museum Bank Mandiri yang Ada di Video Musik Terbaru AgnezMo
AGNEZ MO F Yo Love Song. youtube/Agnez mo

tirto.id - Penyanyi AgnezMo mengeluarkan video klip terbarunya pada tanggal 19 Mei 2021. Video klip dengan lagu yang berjudul "F Yo Love Song" tersebut sampai saat ini sudah ditonton lebih dari 700 ribu kali penayangan di YouTube.

Video musik tersebut mengambil latar di salah satu tempat di kawasan Jakarta, yaitu Museum Mandiri.

Museum Bank Mandiri berlokasi di kawasan Kota Tua atau lebih tepatnya berada di Jalan Lapangan Stasiun No. 1.

Selain itu, kawasan Kota Tua sendiri terdiri dari banyak sekali bangunan dan museum-museum bersejarah lainnya. Kawasan ini tidak jauh dari Stasiun Jakarta Kota.

Dilansir dari laman jakarta.go.id, Museum Bank Mandiri merupakan bangunan cagar budaya yang menempati area seluas 1.039 m².

Pada awalnya, gedung yang dibangun tahun 1929 dengan gaya arsitektur Neiuw-Zakelijk ini merupakan bangunan yang digunakan untuk kantor Nederlandsche Handel Maatschappij NV di Batavia.

Berbagai koleksi perbankan diantaranya perlengkapan operasional bank, surat berharga, numismatik, buku besar, mesin hitung uang, brankas, dan lain-lain.

Semua koleksi tersebut terdapat di ruang tata pamer yang didesain menarik sehingga terasa nuansa perbankan tempo dulu.

Sejarah Museum Bank Mandiri

Museum Bank Mandiri pada awalnya bernama Gedung Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM). Gedung ini merupakan perusahaan dagang milik Belanda bernama NHM yang kemudian berkembang menjadi perusahaan di bidang perbankan. Perusahaan inilah yang menjadi cikal bakal beridirinya Museum Bank Mandiri.

Di tahun 1830 ketika sistem tanam paksa (cultuurstelsel) berlaku di Indonesia, perusahaan NHM juga memberlakukan hal yang sama dengan melakukan pembelian rempah-rempah.

Melansir Encyclopedia Jakarta Tourism, perusahaan NHM ini berfungsi sebagai fasilitator dalam perdagangan rempah-rempat tersebut antara warga pribumi dengan Belanda.

Hingga pada akhirnya gedung NHM didirikan pada tahun 1929 oleh J.J.J de Bruyn, A.P. Smits, dan C. Van de Linde.

Gedung ini selesai dan berhasil diresmikan pada tanggal 14 Januari 1933 oleh Cornelis Johannes Karel van Aalst selaku presiden NHM ke-10. Namun, pada 1960 gedung NHM beralih menjadi milik Indonesia setelah gedung NHM dinasionalisasi untuk keperluan perbankan nasional.

Pada awalnya kegiatan utama dari gedung NHM sendiri adalah melakukan pengiriman barang dan penjualan Hindia Belanda, serta membantu pemerintah Hindia Belanda melakukan pengiriman uang ke Cina, Australia, dan India.

Setelah dinasionalisasi, gedung ini berubah menjadi Kantor Pusat Bank Exim (Bank Ekspor Impor Indonesia) pada tanggal 31 Desember 1968.

Kemudian bank tersebut melakukan merger bersama dengan Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, dan Bank Pembangunan Indonesia.

Ketiga bank inilah yang melahirkan Bank Mandiri. Penamaan Bank Mandiri sendiri diusulkan oleh B.J. Habibie.

Bentuk arsitektur dari Museum Bank Mandiri juga sederhana dengan bentuk simetris yang merupakan ciri khas gaya art deco.

Adapun pengaruh gaya kubisme dapat dilihat dari atap datar dengan struktur bertingkat dan motif-motif geometris pada tembok balkon.

Arsitektur Bangunan Museum

Gedung Museum Bank Mandiri atau ex-Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) dirancang oleh 3 orang arsitek belanda yaitu J.J.J de Bruyn, A.P. Smits dan C. van de Linde.

Menurut laman jakarta.go.id, gedung ini mulai dibangun tahun 1929 dan pada tanggal 14 Januari 1933 dibuka secara resmi Oleh C.J Karel Van Aalst, Presiden NHM ke-10. Gedung ex-NHM ini tampak kokoh dan megah dengan arsitektur Niew Zakelijk atau Art Deco Klasik

Koleksi Museum

Koleksi museum terdiri dari berbagai macam koleksi yang terkait dengan aktivitas perbankan "tempo doeloe" dan perkembangannya, koleksi yang dimiliki mulai dari perlengkapan operasional bank, surat berharga, mata uang kuno (numismatik), brandkast, dan lain-lain.

Koleksi perlengkapan operasional bank "tempo doeloe" yang unik, antara lain adalah peti uang, mesin hitung uang mekanik, kalkulator, mesin pembukuan, mesin cetak, alat pres bendel, seal press, safe deposit box maupun aneka surat berharga seperti bilyet deposito, sertikat deposito, cek, obligasi, dan saham.

Di samping itu, ornamen bangunan, interior dan furniture musuem ini masih asli seperti ketika didirikan.

Baca juga artikel terkait SOSIAL BUDAYA atau tulisan lainnya dari Abraham William

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Abraham William
Penulis: Abraham William
Editor: Yandri Daniel Damaledo